Oleh: Fadhila Rohmah
Pinjaman Online saat ini merebak di tengah-tengah masyarakat. Berbagai aplikasi tercipta untuk memberikan penawaran menggiurkan kepada masyarakat berupa pinjaman uang secara online. Pinjaman online atau yang disingkat pinjol ini dinikmati berbagai kalangan, terutama masyarakat kalangan menengah ke bawah karena menawarkan pinjaman uang dengan jumlah besar dalam sekali pinjam dan angsuran pembayaran yang realistis untuk setiap peminjaman. Aplikasi seperti ini dianggap sebagai solusi bagi masyarakat, terutama dalam situasi sedang membutuhkan uang dalam waktu yang cepat dengan jumlah yang besar.
Namun, apa yang dianggap solusi ternyata memunculkan masalah lainnya. Akhir-akhir ini, kasus berbagai kalangan masyarakat yang terjerat hutang pinjaman online sampai jutaan rupiah bahkan lebih telah merebak pula di masyarakat. Di Kalimantan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mencatat jumlah akumulasi lender atau pemberi pinjaman hingga Juni 2023. Angka tertinggi pinjaman online diduduki oleh Kalimantan Timur dengan jumlah pinjaman sebesar Rp. 4,25 Triliun. Disusul di peringkat kedua Kalimantan Selatan sebesar Rp. 2,96 Triliun, Kalimantan Barat sebesar Rp. 2,35 Triliun, Kalimantan Tengah sebesar Rp. 1,40 Triliun, dan Kalimantan Utara sebesar Rp. 360 Miliar (dikutip dari KalselTimes).
Kalimantan Selatan memegang posisi kedua dengan jumlah pinjaman online terbesar se-Kalimantan. Jumlah pinjaman sebesar itu disebutkan berasal dari 500 ribu orang peminjam di Kalsel yang terjerat pinjaman online tersebut. Mereka melakukan pinjaman online karena desakan kebutuhan hidup sehari-hari yang menekan, disaat harga kebutuhan hidup yang tinggi tidak bisa dipenuhi hanya dengan gaji atau pendapatan biasa. Desakan ini memaksa mereka untuk mengambil pinjol yang bisa meminjamkan uang dalam jumlah besar. Tidak hanya demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, tidak bisa dipungkiri ada pula yang melakukan pinjaman online untuk mengikuti life-style atau gaya hidup konsumerisme saat ini.
Kebutuhan akan uang memang sebuah kebutuhan yang niscaya. Namun, yang menjadi titik perhatian adalah bahwa banyak orang-orang yang terdesak membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Hal ini memperlihatkan kondisi tingginya tuntutan kehidupan dengan harga-harga yang terus naik. No free lunch, tidak ada makan siang gratis memang menggambarkan kehidupan saat ini dimana segalanya harus dibeli dengan uang. Bahan kebutuhan pokok yang terus naik setiap tahunnya, belum lagi tuntutan gaya hidup yang tinggi pula. Masyarakat dituntut memenuhi kebutuhannya sendiri, bertaruh pada kerasnya bekerja dan tingginya pendapatan yang belum tentu semua orang memilikinya.
Kondisi ini memperlihatkan abainya negara sebagai penopang dan pelayan rakyat. Orientasi negara untuk hadir membersamai dan mensejahterakan rakyat belum tampak terlaksana dengan sempurna. Karena faktanya, rakyat harus mengais sendiri kesejahteraannya dengan banting tulang yang kenyataannya dengan bekerja saja masih tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang tinggi. Realitas ini disambut oleh para kapitalis untuk membuka bisnis pinjaman online atau pinjol yang menawarkan tawaran-tawaran manis mendapatkan uang dalam jumlah besar dengan sekali peminjaman. Pinjol terlihat seakan menjadi solusi menggiurkan, namun justru membawa masalah lain berupa banyaknya masyarakat yang terjerat hutang pinjol yang tinggi. Hal ini adalah hal yang wajar disaat bantuan yang seharusnya bisa diberikan secara cuma-cuma oleh negara, justru dikomersialisasikan oleh para kapitalis sebagai lahan bisnis. Negara tidak menjamin penuh kesejahteraan rakyat dan peluang itu diambil oleh alih bisnis-bisnis pinjaman yang digerakkan oleh para kapitalis.
Tugas negara adalah pelayan rakyat dan orientasinya bergerak pada memberikan kesejahteraan bagi seluruh rakyat tanpa pandang bulu. Hal ini diterangkan dalam Islam bahwa amanah kepemimpinan diemban oleh orang-orang yang akan bertugas mengerahkan tenaga, waktu, pikiran untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Orientasi ini disupport oleh seluruh sistem negara. Sistem ekonomi Islam yang berdiri mandiri memiliki berbagai kas pemasukan negara, termasuk salah satu kas pemasukan terbesar ada pada pengelolaan SDA yang merupakan milik rakyat. Pengelolaannya diatur dan diurus oleh negara, dan hasilnya kembali kepada rakyat dalam bentuk pemenuhan kebutuhan berupa pendidikan, kesehatan, dan berbagai pelayanan lainnya yang dapat dinikmati dengan gratis.
Negara membuka lapangan pekerjaan sebesar-besarnya dan seluas-luasnya yang dapat menjangkau seluruh kalangan masyarakat. Support sistem ini tentu membuat rakyat tidak perlu bergantung pada pinjaman, karena mudahnya akses lapangan pekerjaan dan jaminan kebutuhan serta pelayanan yang serba gratis. Semua dapat diwujudkan ketika negara mengambil alih secara penuh tugas pelayanan rakyat dan berorientasi penuh terhadap mewujudkan kesejahteraan rakyat. Semua telah diterangkan di dalam sistem Islam bahwa demikianlah kepemimpinan yang amanah itu.