oleh : Raudhatul Tassya Khairunisa (Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia, Universitas Andalas)
LGBT atau akronim dari Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender sudah tidak asing lagi di dengar pada telinga masyarakat. Hanya saja keberadaannya begitu sensitif dan dapat menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Kontra disini tentu saja dalam agama sangat dilarang dan bahkan menyalahi adat dan kepantasan sosial. Sedangkan pro disini adalah adanya kebebasan bagi setiap individu dalam menyikapi dirinya dengan didasari HAM yang dimana HAM menjadi satu-satunya hal yang dijunjung tinggi. Lalu, sebenarnya apa itu LGBT?
Dilansir dari www.dosenpsikologi.com, LGBT menurut American Psyciatric Association (APA) menguraikan menurut hurufnya yaitu:
·Lesbian : merupakan gangguan seksual yang menyimpang dimana Wanita tertarik pada Wanita lainnya.
·Gay : merupakan perilaku menyimpang seksual dimana laki-laki tertarik dengan sesame laki-laki. Gay juga disebut dengan homoseksual.
·Biseksual : merupakan perilaku menyimpang dimana seseorang menyukai dua gender sekaligus baik Wanita maupun pria.
·Transgender : merupakan perubahan alat kelamin dikarenakan seseorang merasa alat kelaminnya tidak menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya yang merupakan kebalikan dari apa yang dia miliki. Kondisi ini memicu seorang Wanita yang memiliki sifat tomboy dan merasa seperti laki-laki akan merubah jenis kelaminnya menjadi laki-laki dan juga sebaliknya dengan cara operasi kelamin.
Perilaku yang sangat disayangkan ini masih marak terjadi di dunia. Ada beberapa negara yang membebaskan perilaku menyimpang tersebut dengan berlandaskan HAM harus ditegakkan. Misalnya negara 3 negara di asia yaitu Taiwan, Thailand, dan Vietnam. Di Thailand sendiri telah melegalkan pernikahan sesame jenis pada awal Juni 2022. Sedangkan di Taiwan merupakan negara pertama yang melegalkan LGBT dengan persetujuan undang-undang yang menjamin hak pasangan ini untuk menikah pada tahun 2019 lalu. Ada sekitar 7.200 pasangan sesame jenis yang telah menikah di Taiwan. Lalu terakhir di Vietnam yang juga melegalkan pernikah sesame jenis dengan dicabutnya denda pernikahan sesame jenis pada tahun 2013 lalu. Walau begitu di negara Vietnam masyarakatnya masih menyembunyikan orientasi seksual mereka dari keluarga.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Di Indonesia sendiri melarang bahkan mengecam keras adanya tindakan LGBT tersebut. Beberapa waktu lalu, pertemuan komunitas LGBT se-ASEAN yang akan diadakan di Jakarta dibatalkan dan mendapat banyak kecaman salah satunya yaitu Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hal ini dapat terlihat bahwa Indonesia sangat menentang keras adanya tindakan LGBT yang ada di Indonesia.
Bagaimana dengan kondisi kesehatan para LGBT tersebut? Dilansir dari klikdokter.com, bahwa ada beberapa masalah kesehatan yang berisiko tinggi bagi kaum LGBT yaitu sebanyak 40% kaum LGBT berpikir serius dalam melakukan percobaan bunuh diri, sedangkan kasus depresi sebantyak 40% pria biseskaul memiliki gangguan depresi, dibandingkan dengan pria homoseksual dan heteroseksual. Lalu pada kaum LGBT penyalahgunaan obat terlarang, rokok, dan alkohol meningkat, meningkatnya resiko kanker, gangguan pola makan, dan penyakit akibat gangguan hormon. Hingga yang paling banyak terjadi adalah penularan HIV/AIDS.
Dilansir dari halodoc.com, HIV (Human Immunodeficency Virus) adalah virus yang menyerah sistem kekebalan tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi dimana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak mampu lagi melawan infeksi yang timbul.
Pada tahun 2022, kasus HIV dan AIDS menurut laporan Badan Narkotika Nasional (BNN) sebanyak 62.856 kasus di Indonesia dengan rincian 9.901 kasus AIDS dan 52.955 kasus HIV. Dalam hal ini tentu saja menjadi hal yang sangat dikhawatirkan. Namun bagaimana cara dengan cara mencegah penyakit menular tersebut dan penyuluhan dari pemerintah dalam mengatasi LGBT ini? sejauh info yang didapat, disetiap provinsi, kota, kabupaten, bahkan dalam lingkup Pendidikan pun sudah banyak melakukan penyuluhan dalam mengatasi LGBT tersebut dan mencegah penyakit menular ini. yaitu dengan mmberikan edukasi terkait bahayanya dan maraknya tindakan LGBT yang dapat mengakibatkan adanya penyakit menular. Selain itu, dengan pendekatan agama juga sering dilakukan, berharap berkurangnya tindakan LGBT ini dikalangan masyarakat.
Lalu dengan melarang adanya film-film atau media hiburan yang berbau LGBT juga menjadi salah satu hal dalam mengatasi adanya LGBT di Indonesia dan yang paling penting adalah dengan diberlakukannya larangan perbuatan cabul sesama jenis ataupun berbeda dan pernikahan sesame jenis dalam Undang-Undang.
