Oleh: Noralimah, S.Pd (Pendidik)
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Selatan menetapkan sebanyak 13 titik kampung moderasi beragama yang tersebar di 13 kabupaten/kota pada 2023.
Kepala Kanwil Kemenag Kalimantan Selatan Dr. H. Muhammad Tambrin di Banjarmasin, Kamis, menyampaikan, kampung ini diciptakan untuk mempraktekkan sikap dan praktik beragama yang moderat di tengah keragaman agama, suku, budaya etnik dan tradisi. (Antara Kalsel, 27/07/2023)
Peluncuran kampung moderasi beragama di Kalimantan Selatan, dilakukan secara serentak di Indonesia, yakni, sebanyak 2.563 kampung di Nusantara. Diantaranya Kota Banjarmasin di Kelurahan Sungai Andai, Banjarmasin Utara.
Begitu juga Desa Kota Raja di Kecamatan Amuntai Selatan dan Kelurahan Antasari di Kecamatan Amuntai Tengah, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) terpilih menjadi Kampung Moderasi Beragama (KMG). (Kanalkalimantan.com, 27/07/2023)
Sebelumnya Kementerian Agama Kota Banjarmasin melalui Seksi Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) melaksanakan Sosialisasi Kampung Moderasi Beragama yang dihadiri Penyuluh Agama Islam, Lurah, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama Kecamatan Banjarmasin Timur, Senin (12/06/23) di Aula Kantor Urusan Agama Kecamatan Banjarmasin Timur.
Kepala Seksi Bimas Islam H. Ahmad Sya’rani, M.Ag mengatakan Kampung Moderasi Beragama merupakan program Kementerian Agama RI. Menurut Sya’rani kampung yang dipilih sudah memiliki konsep Kampung Moderasi Beragama yaitu tidak terdapat perbedaan perlakuan dalam segi muamalah, pergaulan keseharian sudah mencerminkan moderasi beragama. “Saling membantu tanpa ada perbedaan kepada orang yang berbeda suku, agama dan keyakinan,” ujarnya. (Kemenag.go.id, 25/06/2023)
Moderasi beragama terus dinarasikan sebagai sesuatu yang sangat penting di tengah keberagaman Indonesia. Alasannya, untuk menjaga keutuhan dan persatuan bangsa. Toleransi sebagai wujud moderasi terus-menerus diopinikan sebagai solusi untuk kerukunan.
Kampung Moderasi Beragama yang diciptakan untuk mempraktekkan sikap dan praktik beragama yang moderat di tengah keragaman agama, suku, budaya etnik dan tradisi. Sehingga, saling membantu tanpa ada perbedaan kepada orang yang berbeda suku, agama dan keyakinan
Moderasi juga mengajarkan toleransi kebablasan yang merusak akidah dan menoleransi kemaksiatan. Merusak akidah karena atas nama toleransi beragama umat Islam dituntut untuk mengakui kebenaran semua agama. Umat Islam dituntut untuk bertoleransi dalam hal peribadatan umat lain versi moderasi. Padahal aktivitas ini sangat bertentangan dengan Islam. Seperti menggunakan atribut saat natal, mengucapkan selamat pada hari raya umat lain, atau umat Islam diminta toleransi terhadap orang yang tidak berpuasa pada bulan Ramadhan.
Moderasi beragama sejatinya merupakan proyek global penjajah. Seiring agenda kampanye Amerika Serikat (AS), yaitu Global War on Terorism (GWoT) pasca serangan World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001 untuk melawan radikalisme, ekstremisme, dan terorisme
Bahaya moderasi beragama lainnya, yaitu meracuni akidah umat Islam. Karena moderat sejatinya bagian dari proses sekularisasi pemikiran Islam yang menyerukan sikap Islam inklusif (terbuka), serta toleran yang kebablasan terhadap ajaran agama lain dan pada semua pandangan serta budaya, meskipun merupakan maksiat
Kampung moderasi yang diserukan sejatinya akan menjauhkan umat dari Islam yang kaffah. Seruan untuk menjalin tali persaudaraan dengan nonmuslim cukup banyak diserukan oleh para penganut moderasi hari ini.
Setiap muslim memang diperintahkan untuk berbuat baik kepada nonmuslim selama mereka tidak melakukan permusuhan, tetapi bukan berarti menganggap mereka saudara. Terlebih lagi, Islam melarang setiap muslim menjadikan nonmuslim sebagai sahabat setia (kepercayaan). Sebagaimana berfirman dalam QS Ali Imran: 118,
Umat Islam hanya akan mulia jika menerapkan Islam yang kaffah, serta membuang jauh ide-ide yang rusak. Hanya dengan membela Islam sajalah kaum muslim bisa tinggi, terhormat, bermartabat, bahkan menjadi umat terbaik di hadapan umat-umat lain di seluruh dunia.
Bahkan umat Islam sangat toleran terhadap umat yang berbeda agama. Terbukti selama 13 abad Islam diterapkan. Hubungan umat islam dan nonmuslim begitu rukun. Walaupun berbeda bangsa, suku, warna kulit, bahkan agama. Hal ini telah ditorehankan tinta sejarah tegaknya Negara Islam yang wilayahnya membentang dari timur hingga ke barat.