Oleh : Farhatul Uyun (Mahasiswa Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Di era globalisasi ini manusia dapat dengan mudah menggunakan teknologi yang ada, bukan hanya orang dewasa melainkan anak-anak juga dapat menggunakannya. Teknologi saat ini digunakan juga dalam dunia pendidikan karena sangat membantu proses pembelajaran dan pengembangan ilmu pengetahuan. Akan tetapi, teknologi mempunyai dampak positif dan dampak negatif dalam ranah pendidikan. Banyaknya kasus tawuran antar pelajar, kasus cyberbullying, pelecehan seksual pada anak merupakan tanda lemahnya karakter bangsa. Karakter bangsa yang baik harus dibentuk dan diajarkan sedini mungkin agar dapat menekan angka kriminal pada kasus-kasus tersebut.
Karakter bangsa yang baik dapat dibentuk melalui pendidikan karakter yang dapat diperoleh di sekolah, di rumah maupun di lingkungan masyarakat. Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik cerdas, tetapi juga mempunyai budi pekerti dan sopan santun sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya maupun orang lain. Pada intinya pendidikan Karakter adalah pendidikan yang mendukung perkembangan sosial, emosional, dan etis siswa. Pendidikan karakter bertujuan agar peserta didik sebagai penerus bangsa mempunyai akhlak dan moral yang baik untuk menciptakan kehidupan berbangsa yang adil, aman dan makmur.
Pembentukan karakter merupakan kebutuhan utama bagi setiap orang terutama bagi peserta didik di sekolah mulai dari usia dini. Pada sisi lain masing-masing manusia telah memiliki karakter tertentu, namun perlu disempurnakan. Pentingnya pendidikan karakter di sekolah sebagai tempat mendidik generasi penerus bangsa, hal ini berangkat dari kondisi objektif dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang saat ini telah terjadi penyimpangan-penyimpangan seperti kekerasan, korupsi, manipulasi, kebohongan-kebohongan, tidak adanya panutan dan keteladanan di kalangan para pemimpin, kepalsuan, pelanggaran dan pemutar balikan hukum, dan sebagainya. Hal ini mendorong dunia pendidikan untuk membentuk dari awal peserta didik sebagai manusia yang masih bersih untuk diberikan pendidikan karakter, walaupun sudah terlambat, tetapi lebih baik daripada tidak dimulai.
Karakter seseorang akan terbentuk bila aktivitas dilakukan berulang-ulang secara rutin hingga menjadi suatu kebiasaan, yang akhirnya tidak hanya menjadi suatu kebiasaan saja tetapi sudah menjadi suatu karakter. Maka dari itu, pendidikan karakter harus dilakukan sedini mungkin agar anak mampu menanamkan karakter yang baik sehingga mereka bisa membawanya hingga usia dewasa. Pendidikan karakter di sekolah dapat diterapkan pada semua mata pelajaran. Setiap mata pelajaran yang berkaitan dengan norma-norma perlu dikembangkan dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Beberapa nilai-nilai yang dapat ditanamkan dan dikembangkan dalam pendidikan karakter yaitu: 1) Religius, sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain; 2) Toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya; 3) Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan; dan masih banyak lagi nilai-nilai yang dapat di tanamkan dan dikembangkan untuk menciptakan karakter bangsa yang baik.
Penanaman-penanaman nilai karakter tersebut dapat diimplementasikan dan dijadikan budaya sekolah. Proses yang efektif untuk membangun budaya sekolah adalah dengan melibatkan dan mengajak semua pihak atau pemangku kepentingan untuk bersama-sama memberikan komitmennya. Banyak nilai yang dapat dan harus dibangun di sekolah, seperti nilai peduli dan kreatif, jujur, tanggung jawab, disiplin, sehat dan bersih, saling peduli antar sesama. Sekolah adalah laksana taman atau lahan yang subur tempat menyemaikan dan menanam benih-benih nilai tersebut. maka dari itu, pendidikan karakter di sekolah adalah tugas bersama.
Dalam meningkatkan karakter peserta didik diperlukan peran keluarga, guru dan masyarakat sekitar. Keluarga sebagai tempat utama dan pertama peserta didik menjalani kehidupan dan pendidikannya hendaklah mengawasi dan membimbing dengan penuh kasih sayang, tegas dan cermat. Orang tua menjadi orang yang paling bertanggung jawab atas perkembangan karakter anak karena orang tua merupakan penyelenggara pendidikan paling utama dan pertama sebelum pendidikan pendamping lainnya. Orang tua juga berperan mengawasi dan membatasi anak-anak dalam menggunakan ponsel, mengatur waktu kapan anak harus mengerjakan tugas sekolahnya, bersosialisasi dengan teman, bersosialisasi dengan keluarga, dan menggunakan ponsel atau gadget.
Sedangkan, guru berperan untuk mempersiapkan berbagai pilihan dan strategi untuk menanamkan setiap nilai-nilai, norma-norma dan kebiasaan-kebiasaan ke dalam mata pelajaran yang diampunya. Selain itu, guru juga berperan sebagai rolemodel dalam pandangan peserta didik sehingga guru akan menjadi patokan bagi sikap peserta didik. Guru tidak hanya mengajarkan konsep karakter yang baik, tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik untuk dapat mengimplementasikan pada kehidupan sehari-hari.
Selain itu, masyarakat juga memainkan peran yang tak kalah penting, yaitu sebagai contoh atau model yang dapat menjadi pendorong keberhasilan para peserta didik dalam menerapkan nilai norma, dan kebiasaan-kebiasaan karakter yang baik. Sekolah bersama komite sekolah dan masyarakat secara bersama-sama menyusun suatu kegiatan yang dapat mendukung terwujudnya pembudayaan dan penanaman karakter yang baik bagi seluruh warga sekolah. Adapun kegiatan yang dapat dilakukan antara lain seperti, melakukan gotong royong membersihkan tempat-tempat umum seperti masjid, sungai, dan lainnya. Selain itu, masyarakat sekitar juga berperan dalam mengawasi dan memotivasi perkembangan karakter peserta didik.
Pendidikan Karakter sebagai salah satu jalan untuk mengembalikan manusia pada kesadaran moralnya harus selalu dikawal oleh semua pihak, mulai dari keluarga, lembaga pendidikan, media massa, masyarakat, dan pemerintah harus bahu membahu bekerja sama dalam tanggung jawab ini. Tanpa keterlibatan semua pihak, ideal-ideal dari dilaksanakannya pendidikan karakter hanya akan berakhir di tataran wacana dan gagasan. Oleh karena itu perlu program aksi secara menyeluruh dari semua komponen bangsa ini.