Oleh : Ummu Husna ( Muslimah di Kalimantan)
Kasus tawuran pelajar masih terus terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Jajaran Polsekta Banjarmasin Utara mengamankan belasan remaja yang terlibat tawuran “perang” sarung di 2 lokasi berbeda di Jalan Sultan Adam dan Jalan Sungai Andai, Banjarmasin Utara, Minggu (2/4) dinihari. Kapolsek Banjarmasin Utara, Kompol Agus Sugianto mengatakan, diamankannnya belasan remaja ini merupakan tindak lanjut adanya informasi terjadinya tawuran remaja. Berdasarkan informasi tersebut, Polsekta Banjarmasin Utara langsung bergerak ke lokasi untuk melakukan penertiban. Sebagian besar di antaranya berhasil dibubarkan, namun ternyata masih ada yang nekat kembali lagi hingga akhirnya diamankan. Hasilnya, beberapa orang remaja yang masih berusia belasan tahun dan rata-rata pelajar SMP dan SMA tersebut berhasil diamankan. Dalam penertiban, petugas di lapangan juga berhasil menemukan barang bukti yang digunakan untuk tawuran di antaranya sarung yang diikat dengan batu. (kalimantanpost.com/03/04/2023)
Selain tawuran, remaja juga kerap kali melakukan balap liar. Anggota Lantas Polsekta Banjarmasin Selatan, akan melakukan pengamanan balapan liar (Bali) di Jalan Bumi Mas dan di Jalan Gubernur Soebarjo Banjarmasin Selatan. “Itu dilakukan saat menjelang berbuka puasa serta selesai sahur. Pasalnya banyak anak muda berkumpul di jam itu, oleh sebab itulah mereka sangat mengganggu tempat jalan-jalan karena Balapan liar ini meresahkan,” sebutnya. (kalimantanpoat.com/13/04/2021)
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2021 ada 188 desa/kelurahan di seluruh Indonesia yang menjadi arena perkelahian massal antar pelajar atau mahasiswa. Jawa Barat menjadi provinsi dengan lokasi kasus tawuran pelajar terbanyak, yakni terjadi di 37 desa/kelurahan. Diikuti Sumatera Utara dan Maluku dengan masing-masing 15 desa/kelurahan yang mengalami kasus serupa. (katadata.co.id/28/03/2022)
Penyebab tawuran menurut sosiolog Musni Umar mengatakan bahwa maraknya tawuran di kalangan remaja disebabkan belum efektifnya sistem pendidikan di Indonesia untuk membentuk akhlak dan prestasi. Dampak kegagalan dalam pembentukan karakter yaitu siswa yang mudah terpengaruh. Ketika karakter terbentuk, anak dapat dengan mudah mengambil tindakan positif. Jadi pembentukan karakter moral ini tidak berhasil. (Kompasiana.com/04/12/2022)
Walaupun sekarang sedang memasuki bulan Ramadan, namun tawuran pelajar masih ada dan tentu sangat meresahkan masyarakat. Seharusnya ini tidak terjadi. Namun diisi dengan amalan-amalan yang bisa menambah pahala. Oleh sebab itu, pemerintah harus mengerahkan usaha ekstra untuk mengkondisikan Ramadan berjalan dengan khusuk. Tidak terganggu oleh kriminalitas yang dilakukan remaja. Misalnya dengan rajin patroli dan melakukan razia oleh aparat di setiap jalan yang memang sering dijadikan tempat tawuran dan balapan liar.
Miris, ketika usia remaja dihabiskan dengan kegiatan yang tidak bermanfaat bahkan dikatakan perbuatan buruk. Seharusnya, pemuda sebagai tonggak penerus bangsa yang melahirkan atau mengukir prestasi yang gilang gemilang bagi agama dan negara. Namun yang ada malah sebaliknya, hanya menjadi biang keresahan bagi orang tua dan masyarakat.
Sistem pendidikan turut mempengaruhi bagaimana kondisi remaja sekarang. Pembentukan karakter yang beriman dan bertakwa masih belum menjadi visi mis sekolah. Kalaupun sudah menjadi visi misi sekolah namun pada prakteknya tidak berkorelasi. Lebih menekankan kepada nilai akademik tapi moral masih belum baik.
Oleh sebab itu, sistem pendidikan Islam diperlukan untuk menyelesaikan masalah ini. Jika pada bulan Ramadan ada kegiatan-kegiatan yang menuntun siswa menyibukkan diri dengan beramal yang mendatangkan pahala, namun itu hanya sesaat. Bersifat sementara, tidak mencegah masalah sampai akarnya. Jadi, harus ada peran negara yang mengadopsi dan mendukung sistem pendidikan Islam untuk ditetapkan. Sehingga terlaksana secara terstruktur dan tersistem. Dengan tujuan membentuk manusia memiliki kepribadian Islam, memiliki pemahaman Islam, menguasai IPTEK dan keterampilan.
Akidah Islam menjadi dasar dan penentuan arah tujuan pendidikan, penyusunan kurikulum serta proses belajar mengajar. Pendidikan dibiayai oleh negara dengan semurah-murahnya bahkan gratis. Memberikan peluang bagi semua lapisan masyarakat untuk bersekolah yang lebih tinggi dengan sarana dan prasarana yang terbaik. Negara memberikan jasa para pengajar dengan upah yang terbaik. Sehingga tidak ada pengajar yang nyambi pekerjaan lain karena upah sebagai guru tidak mencukupi.
Dengan demikian, tawuran remaja yang meresahkan dapat ditekan. Remaja yang gemar melakukan perbuatan sia-sia dan perbuatan buruk yaitu mencelakakan orang lain, menjadi pribadi yang lebih sholih. Mereka semangat mencetak prestasi, mengkaji Islam dan bermanfaat bagi umat. Maka akan tercipta generasi emas peradaban bangsa dan menjadi agen perubahan dunia. Pastilah semua menginginkannya.