JAKARTA – Kenaikan harga gula yang sedang terjadi saat ini diprediksi berlangsung lama. Kondisi ini disebabkan kondisi iklim dan India sebagai negara penghasil gula dunia mengurangi produksi serta kuota ekspor. Untuk menyiasati kondisi itu, pengusaha makanan dan minuman menekan harga produksi dengan mengurangi ukuran produk. Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman mengatakan, kenaikan harga gula berdampak pada pelaku industri makanan dan minuman.
Hanya saja, bagi industri besar yang mempunyai kontrak jangka panjang dengan produsen, diprediksi masih lebih aman. “Namun, bagi pengusaha kecil yang tidak punya kontrak akan langsung terdampak harga pokok produksinya,” ujar Adhi.
Akibat naiknya harga gula, beberapa industri akhirnya melakukan efisiensi agar ongkos proksi bisa dikurangi. Banyak industri melakukan inovasi bahan baku alternatif maupun mengubah kemasan.
Data Badan Pangan Dunia (FAO) menunjukkan, indeks harga gula rata-rata mencapai 157,6 poin pada Mei 2023, naik 5,5 persen dari bulan sebelumnya. Adapun kenaikan indeks harga gula tersebut terjadi dalam empat bulan berturut. Indeks harga gula bahkan naik 3,3 poin atau 30,9 persen dibandingkan Mei 2022.
Di tengah kenaikan harga gula, pengusaha makanan minuman mengaku lebih memilih mengurangi margin usaha daripada menaikkan harga jual, terutama di tengah tahun ini. Menurut Adhi, hal itu menjadi langkah strategis yang paling mungkin dipilih untuk menjaga daya beli masyarakat.
“Karena kenaikan harga juga butuh persiapan dan ego dengan retail dan distributor. Jadi, kebanyakan industri memilih untuk mengurangi margin daripada menaikkan harga di tengah tahun. Terpaksa juga mengurangi ukuran produk untuk menyesuaikan daya beli konsumen,” ujar Adhi.
Ia mengusulkan kepada pemerintah untuk membuat kebijakan strategis agar kenaikan harga gula dunia tak berimbas kepada daya belmasyarakat. Khusus untuk gula impor, Adhi mengusulkan pemerintah bisa memberikan kelonggaran pajak ataupun bea masuk.
“Kami usulkan sementara pemerintah BMDTP bea masuk ditanggung pemerintah. Agar industri tetap berdaya saing, daya beli dan inflasi terkendali,” ujar dia.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Putu Juli Adika mengungkapkan, kenaikan harga gula dunia disebabkan kondisi iklim yang terjadi di India saat ini. Gangguan iklim tersebut membuat ekspor gula India mengalami penurunan 50 persen, dari yang sebelumnya 12 juta ton menjadi 6 juta ton.
“Itu sudah memengaruhi pemenuhan kebutuhan dunianya. Di beberapa tempat juga seperti itu,” ujar Putut, akhir pekan lalu.
Putu mengungkapkan, harga gula dua sedikit mengalami peningkatan harga, utamanya pada Juni. Tahun lalu, harga gula dunia sekitar 18 sen per pound, tapi saat ini harga gula global sudah menginjak angka 26 sen per pound. bisn/mb06