
JAKARTA – Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) memprediksi kenaikan harga gula dunia akan berlangsung lama. Hal ini dipengaruhi kondisi iklim dan India sebagai negara penghasil gula dunia mengurangi produksi dan kuota ekspornya.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) Adhi Lukman menyampaikan, kenaikan harga gula berdampak pada pelaku industri makanan dan minuman. Hanya saja, bagi industri besar yang mempunyai kontrak jangka panjang dengan produsen masih lebih aman.
“Bagi industri besar yang punya kontrak panjang masih lebih aman tidak akan terpengaruh signifikan atas kenaikan harga ini. Namun bagi pengusaha kecil yang tidak punya kontrak akan langsung terdampak harga pokok produksinya,” ujar Adhi, Senin.
Adhi menjelaskan beberapa industri akhirnya melakukan efisiensi agar ongkos produksi bisa dikurangi. Banyak industri melakukan inovasi bahan baku alternatif maupun mengubah kemasan. “Kita melakukan penyesuaian kemasan ataupun inovasi bahan baku untuk bisa menjaga daya beli konsumen,” kata Adhi.
Data FAO menunjukkan, Indeks Harga Gula rata-rata mencapai 157,6 poin di bulan Mei 2023 naik 5,5 persen dari bulan sebelumnya. Adapun kenaikan indeks harga gula tersebut terjadi dalam empat bulan berturut. Indeks harga gula bahkan naik 37,3 poin atau 30,9 persen dibandingkan Mei 2022.
Lebih lanjut Adhi menjelaskan, banyak pengusaha untuk mengurangi margin usaha daripada menaikan harga jual terutama di tengah tahun ini. Hal ini langkah strategis yang paling mungkin dipilih untuk menjaga daya beli masyarakat.
“Karena kenaikan harga juga butuh persiapan dan negosiasi dengan retail dan distributor. Jadi kebanyakan pelaku industri memilih untuk mengurangi margin daripada menaikan harga di tengah tahun,” kata Adhi.
Adhi juga menjelaskan beberapa industri akhirnya melakukan efisiensi agar ongkos produksi bisa dikurangi. Banyak industri melakukan inovasi bahan baku alternatif maupun mengubah kemasan. “Terpaksa juga mengurangi ukuran produk untuk menyesuaikan daya beli konsumen,” ujar Adhi.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika mengungkapkan, kenaikan harga gula dunia disebabkan oleh kondisi iklim yang terjadi di India saat ini. Sehingga ekspor gula di India itu sendiri mengalami penurunan 50 persen, dari yang sebelumnya 12 juta ton menjadi 6 juta ton.
“Kenaikan karena kondisi iklimnya, sehingga di India itu turun ekspor, 12 juta menjadi sekitar 6 juta ton. Itu sudah mempengaruhi pemenuhan kebutuhan dunia. Di beberapa tempat juga seperti itu,” ujar Putut akhir pekan lalu.
Putu mengungkapkan, harga gula dunia sedikit mengalami peningkatan harga, utamanya pada Juni, di mana pada tahun lalu harga gula dunia sekitar 18 sen per pound. Namun saat ini, harga gula global sudah menginjak angka 26 sen per pound. rep/mb06