BALANGAN – Warga Desa Dahai, Kecamatan Paringin, Kabupaten Balangan berhenti membudidaya ikan keramba akibat kualitas air tidak menentu, yang membuat ribuan ikan mati.
“Kami sempat menggunakan aliran sungai di desa kami untuk membudidaya ikan keramba dengan jumlah cukup banyak, dan saat ini kami lebih memilih tidak lagi membudidaya ikan karena kualitas air yang tidak menentu,” kata salah satu warga bernama Juanda, Senin (12/6).
Ia mengatakan, keramba miliknya biasa diletakkan di sungai yang tidak jauh dari rumahnya. Meski budidaya ikan hanya sampingan, namun untuk keuntungannya juga lumayan.
Juanda mengungkapkan, beberapa waktu lalu sempat ada kejadian ikan keramba miliknya mati mendadak sebanyak dua ribu ekor. Meskipun sudah mendapat ganti rugi, namun akhirnya ia memilih tidak lagi memelihara ikan.
“Sekarang saya berkebun karet saja karena khawatir ikan mati lagi, dan memanfaatkan air sungai hanya untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci,” ujarnya.
Menurutnya, setiap hari debit air sungai tidak menentu, kadang bisa surut namun tiba-tiba bisa kembali naik, serta untuk warna air juga berubah-ubah bisa coklat lalu berubah bening.
Warga setempat juga di beri peluang membudidaya ikan menggunakan sistem bioflok, namun saat ini tidak lagi digunakan karena di rasa kurang menghasilkan.
Kepala Desa Dahai Sulaiman mengatakan, saat ini warga sudah jarang memelihara ikan keramba menggunakan aliran air sungai. “Warga lebih memilih berkebun dan juga menanam padi saat musim penghujan,” katanya.
Ia menyebutkan, potensi budidaya ikan sempat menjanjikan bagi warga. Namun saat ini melihat kondisi air sungai, warga tak berani mengambil risiko kembali memelihara ikan di sungai. ant