
Setelah sebulan menikmati bulan penuh berkah dengan menjaga diri dari segala hawa nafsu. Sekarang, seluruh umat muslim pun merayakan kemenangannya. Lebaran, menjadi momentum menyucikan diri, memulai kembali aktivitas dengan semangat dan jiwa yang baru. Didikan yang diperoleh selama bulan Ramadhan, menjadi modal awal untuk bertransformasi menjadi pribadi yang baru. Gerbang awalnya ada di momentum lebaran ini. Oleh karena itu, memaknai lebaran tidak boleh salah, tidak boleh hanya sekedar berkunjung ke keluarga, menghabiskan kue raya yang tersedia, dan berbagi THR kepada sanak saudara. Lebih dari itu, lebaran, harus dimaknai sebagai titik awal untuk kembali bangkit dalam meraih kemenangan.
Seolah, seperti terencana, momentum lebaran dan peringatan hari pendidikan tahun ini diperingati saling beriringan. Spirit kemenangan di lebaran hendaknya menjadi ruh yang dipertahankan dan diaplikasikan dalam dunia pendidikan. Meskipun, sebagaimana yang diketahui bersama, bahwa, pendidikan telah bertransformasi dari tahun ke tahun. Gebrakan inovasi yang dimunculkan begitu terasa. Meskipun, banyak juga yang menyatakan, bahwa, inovasi yang dimunculkan, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pelbagai program sebelumnya. Tetapi, apapun itu, momentum peringatan hari pendidikan tahun ini, hendaknya penuh dengan harapan baru yang menyegarkan kembali para kepala sekolah, guru, dan stakeholder lain di bidang pendidikan dalam melaksanakan tugasnya.
Penyegaran pendidikan, dapat berwujud dalam beberapa bentuk sebagai berikut, diantaranya, ertama, meningkatkan kesejahteraan para guru. Sekilas, wujud tersebut bukanlah isu baru di dunia pendidikan Indonesia. Isu kesejahteraan guru, seringkali disuarakan, baik di media maupun di jalan oleh para demonstran. Tetapi, nyatanya, sampai sekarang, isu kesejahteraan guru masih menjadi salah satu isu pendidikan yang harus diperjuangkan. Pasalnya, begitu banyak guru-guru, terutama yang berstatus sebagai guru honorer, masih mendapatkan gaji yang terbilang sangat rendah. Jangankan mampu menghidupi kebutuhan keluarganya, kebutuhan pribadinya pun terkadang tidak tercukupkan. Oleh karena itu, di peringatan hari pendidikan tahun ini, kita berharap, kesejahteraan guru dapat meningkat sebagaimana janji yang pernah diucapkan.
Kedua, kembali menyuarakan dan menyegerakan pemerataan pendidikan. Meskipun saat ini, sektor pendidikan, telah bertransformasi penuh ke dalam dunia digital. Tetapi, tidak semua lembaga pendidikan yang mampu menerapkan transformasi tersebut. Kendala utamanya, ada di fasilitas sekolah yang tidak memadai. Jangankan komputer dan android, jaringan internet pun tidak tampak keberadaannya. Padahal, untuk mengaplikasikan seperangkat teknologi digital dalam dunia pendidikan, jaringan internet menjadi kunci utama yang wajib ada. Dalam hal ini, sebenarnya pemerintah sudah bekerja penuh untuk mewujudkannya. Hanya saja, sampai sekarang masih ada daerah-daerah yang belum terjamah. Oleh karena itu, kita berharap, sekolah-sekolah yang belum terjamah tersebut dapat mendapatkan haknya, sebagaimana yang diperoleh oleh sekolah-sekolah lainnya. Sehingga, upaya digitalisasi, tidak lagi menemui permasalahan yang menyatakan sangat sulit untuk direalisasi.
Ketiga, terus menyuarakan pendidikan karakter di setiap jenjang pendidikan. Sebagaimana yang sering diberitakan, rasanya, hampir setiap hari, selalu ada aksi kriminal yang dilakukan oleh para pelajar, mulai dari kekerasan, tawuran, judi, pelecehan, hingga berujung pada pembunuhan. Seolah, mereka memperoleh kepuasan setelah melakukan pelbagai tindakan kejahatan tersebut. Lebih lanjut, pelakunya pun tidak hanya datang dari keluarga susah, bahkan bisa juga berasal dari keluarga yang terpandang. Seperti kasus penganiyaan yang dilakukan oleh anak pejabat kepolisian terhadap mahasiswa yang baru-baru ini terjadi. Sebelumnya, aksi yang sama juga pernah dilakukan oleh seorang anak pejabat perpajakan, berkat kelakuannya tersebut, pelaku ditahan oleh pihak kepolisian. Selain dari dua aksi tersebut, masih banyak lagi tindakan kejahatan yang dilakukan oleh para pelajar, hanya saja tidak banyak mendapat sorot media.
Momentum lebaran memiliki ruh kemenangan yang begitu terasa, begitu juga dengan semangat kembali ke fitrah yang sangat kental dirasakan. Semoga semua spirit tersebut dapat terus bertahan dan diaplikasikan dalam dunia pendidikan. Menghadirkan kemenangan dalam wujud penerapan kurikulum merdeka dan mengembalikan nilai-nilai semula ke asalnya. Jangan karena sibuk memenuhi hegemoni digitalisasi, sampai abai dengan nilai – nilai baku yang telah diformulasikan dan ditetapkan oleh para tokoh-tokoh pendahulu di sektor pendidikan, seperti konsep pendidikan yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara, 3 nasihat pendidikan yang bermakna, tidak boleh dilupakan begitu saja. Meskipun di sisi lain, penyegaran-penyegaran di sektor pendidikan memang harus terus digelorakan.