
Tidak terasa kurang beberapa hari lagi kita akan merasakan lebaran bersama. Lebaran merupakan saat-saat dimana umat Islam bersuka cita. Pasalnya, pada hari tersebut seluruh umat Islam bergembira karena telah mengakhiri ibadah puasanya selama sebulan penuh. Setelah selama di bulan Ramadhan menahan lapar dahaga, tepat tanggal satu Syawal semua larangan tersebut dicabut dan kemudian dibolehkan kembali untuk makan dan minum sepanjang hari. Itu makanya, hari raya Idul Fitri di negara kita disebut dengan Lebaran.
Konon katanya istilah Lebaran ini berasal dari bahasa Jawa, meskipun sebagian masyarakat di sana lebih akrab menyebutnya dengan Riyadin, Rioyo, atau bodo. Kata Lebaran adalah kata dasar yang berasal dari kata lebar yang artinya selesai. lebih tepatnya selesai melaksanakan ibadah puasa. Dalam kamus besar bahasa Indonesia Lebaran diartikan sebagai hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal setelah selesai menjalankan ibadah puasa selama sebulan.
Kebiasaan Mudik
Satu hal yang tak bisa dipisahkan dari Lebaran adalah kebiasaan mudik yang dilakukan oleh perantau. Tidak afdol rasanya kalau Lebaran tidak bersama orang tua dan sanak saudara. Seperti sudah menjadi hal yang wajib, bagi masyarakat Indonesia berlebaran dengan mudik kembali ke kampung halamannya. Mudik ibarat dua sisi mata uang, kalau sisi yang satu tidak ada maka sisi yang lain tidak berguna. Jadi, mudik bahkan bukan lagi pilihan tapi sebuah keharusan.
Mudik yang asal katanya dari udik, artinya desa atu kampung. Kemudian istilah ini digunakan untuk kegiatan seseorang kembali ke kampung halamannya. Menurut sejarah, bangsa Indonesia dulunya berasal dari suku Yunnan, China. Sebenarnya sejak masa prasejarah dulu tradisi mudik ini telah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Sudah menjadi fitrah bahwa manusia yang dulu maupun sekarang sama-sama memiliki kerinduan terhadap sanak saudara. Hanya saja pada masa prasejarah, dengan sifat manusianya yang nomaden dan masih animisme, maka kembalinya ke tanah leluhur bertujuan untuk menyembah arwah nenek moyang.
Semangat Mudik
Sejak datangnya Islam di Indonesia, dan masyarakat banyak memeluk agama Islam maka tujuan mudik diubah. Semangat untuk kembali ke kampung yang biasa dilakukan di hari raya Idul Fitri tersebut bertujuan untuk silaturrahmi dengan sanak keluarga.
Kegiatan mudik banyak dilakukan terutama oleh masyarakat kota. Sudah sama diketahui bahwa di kota-kota besar lebih banyak pendatang dari pada penduduk asli. Maka tidak heran kalau kota seperti Jakarta bagai kota mati saat hari raya Idul Fitri tiba. Sunyi bukan karena masyarakatnya tidak berhari raya, namun hingar bingar yang biasa dijumpai di sana seketika menjadi sepi karena sebagian besar penduduk di sana mudik Lebaran.
Tradisi mudik sangat berkelitan antara sosial, budaya, ekonomi dan keberagamaan. Lebaran yang dijadikan kesempatan orang untuk mudik, setidaknya dimaknai ke dalam beberapa hal. Pertama; Idul Fitri, diartikan sebagai hari raya fitrah. Umat Islam berkeyakinan semasa akhir Ramadhan dan hari pertama bulan Syawal, semuanya bagaikan bayi yang baru dilahirkan kembali dalam keadaan fitrah. Kedua ; kata fitri yang artinya fitrah mengajak umat manusia kembali kepada fitrahnya yaitu orang tua yang kemudian diartikan menjadi mudik.
Banyak ulama yang menempatkannya dalam konteks keberagamaan: kembali ke fitrah sebagai upaya kesalehan yang bersifat spiritual vertikal yang konkrit, dimaknai lewat jalan kesalehan sosio-horizontal. Silaturahim menjadi sarana sekaligus hasil.
Dalam konteks sosio-horizontal, tradisi mudik bisa menjadi cermin pasang-surutnya kehidupan. Jumlah pemudik bisa dijadikan salah satu faktor walaupun tidak otomatis. Membesarnya jumlah pemudik tidak selalu menjadi cermin kemajuan, bahkan bisa sebaliknya. Itu sebabnya, sebagai migran penduduk desa yang melakukan migrasi ke kota untuk mencari nafkah benar-benar memanfaatkan momen Lebaran ini dengan mudik untuk melepas kerinduan bersama sanak famili.
Tidak sedikit mereka yang mudik juga membawa kendaraan pribadi seperti motor dan mobil ikut bersamanya pulang ke kampung halaman. Ini adalah fenomena sosial bahwa mereka yang bekerja di kota ingin menunjukkan harta yang dimilikinya sebagai bukti sukses selama di kota.
Dalam konteks ekonomi kita lihat, kesempatan mudik mendorong orang untuk memperbanyak produk dan meluaskan pelayanan-pelayanan jasa yang sacara langsung bersentuhan dengan orang yang mudik. Dan dalam hal ini maka jasa transportasi adalah yang banyak dibutuhkan. Kemudian jasa komunikasi melalui celular. Karena itu, perusahan penyedia kartu seperti Telkomsel, Indosat dan lain sebagainya menawarkan tarif semurah-murahnya.
Dalam konteks tradisi dan budaya, mudik juga telah menjadi trademark bagi Indonesia. Jadi kalau ada negara Asia Tenggara lain yang melakukan mudik, maka Indonesialah pionernya. Terakhir, semoga kegiatan mudik di Lebaran kali ini semua berjalan lancar. Mudah-mudahan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah lebih baik. Dan jangan lupa agar senantiasa waspada ketika mudik. Karena mungkin banyak hal yang tidak diinginkan bisa terjadi. Maka dari itu ikhtiarlah dan juga berdoa.