Oleh: Cameliya Febiyola Nurahim
Bulan Ramadhan bulan yang mulia, sudah menjadi sebuah kewajiban sebagai seorang muslim menyambutnya dengan penuh suka cita, bulan Ramadhan memang bisa merubah suasana sekitar menjadi suasana yang penuh kedamaian. Suasana yang sangat Islami karena dimana-mana ketika pagi sampai siang diramaikan dengan lantunan ayat suci Al-Quran yang dibacakan dari mesjid ke mesjid dan dari mushola ke mushola.
Anak-anak sekolah yang mulai mengambil libur panjang Ramadhan sudah dibekali buku agenda Ramadhan oleh sekolah nya, tiap hari memberikan ceklis di buku nya tanda sudah melaksanakan sholat lima waktu dan puasa. Tidak lupa pula aktivitas tadarus Al Quran di mesjid selama bulan Ramadhan. Orang tua tentu bahagia ketika melihat anaknya demikian, dengan harapan terbentuknya pribadi yang bertakwa pada diri anak yang besar sekali harapan tersebut.
Ketika sore tiba, dimana-mana orang ramai hilir mudik mencari menu berbuka puasa, terkadang buka puasa bersama dijadikan ajang silaturahmi. Sore Ramadhan juga dijadikan momen untuk saling berbagi, di tepi-tepi jalan ada saja yang berdiri untuk membagikan takjil gratis untuk setiap pengendara yang lewat dengan harapan bisa dijadikan makanan untuk berbuka nanti. Ramadhan memang membawa berkah bagi umat muslim, semua terdorong untuk banyak beramal shalih di bulan tersebut.
Saat malam tiba mesjid dan musholla lebih penuh dari biasanya karena banyak yang datang untuk mengerjakan sholat tarawih berjamaah. Setelah sholat tarawih selesai dilaksanakan dilanjutkan lagi dengan tadarus Al-Qur’an bersama. Demi menjaga kesucian dan kemuliaan bulan Ramadhan, pemerintah pun turut berperan melalui MUI Kalsel yan berpesan agar meningkatkan frekuensi dan kualitas ibadah kepada Allah SWT , memperbanyak tadarus Alquran di rumah-rumah, masjid dan mushala (Jejakrekam.com, 19/3/23).
Mirisnya, seruan untuk meningkatkan takwa dan menjadikan Ramadhan sebagai bulan latihan menempa jadi pribadi yang lebih baik tampaknya belum merata bisa diimplementasikan oleh seluruh muslim banua, karena masih ada yang tidak berpuasa ataupun bermaksiat pada bulan Ramadhan. Atmosfir Ramadhan belum cukup menghentikan kemaksiatan yang sudah banyak terjadi, bahkan sebelum Ramadhan tiba. Seruan menutup tempat-tempat berlabel maksiat seperti tempat hiburan malam pun hanya digaungkan saat bulan Ramadhan saja, sementara sebelas bulan lainnya tidak dilakukan hal yang sama. Wajarlah, meskipun memasuki Ramadhan yang penuh berkah, kemaksiatan dan kerusakan masih banyak ditemukan dimana-mana. Karena sebelum memasuki Ramadhan, di sebelas bulan sebelumnya, kerusakan dan kemaksiatan tersebut tidak ditumpas.
Padahal hakikat Ramadhan adalah bulan tempaan untuk sebelas bulan setelahnya. Kebaikan Islam baru akan dirasakan secara nyata ketika Islam diterapkan secara sempurna dan komprehensif, bukan hanya dalam kehidupan pribadi dan keluarga, tetapi justru menjadi pokok dalam kehidupan masyarakat dan negara. Dari situlah masyarakat yang bertakwa akan terbentuk, yang tidak hanya bertakwa tapi juga berkarakter. Islam tidak hanya rajin dilaksanakan dalam bentuk ibadah-ibadah selama Ramadhan saja, tapi dilaksanakan secara sempurna baik di bulan Ramadhan dan sebelas bulan lainnya. Tentu, hal ini membutuhkan integrasi antara individu, keluarga, masyarakat, dan negara yang dapat menciptakan generasi bertakwa, berkarakter, dan beradab.