Selasa, Agustus 19, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Penyempitan Sungai Pemicu Banjir di Banjarbaru

by matabanua
23 Februari 2023
in Banjarbaru, Kotabaru
0

BANJARBARU – Penyempitan sungai hingga keberadaan pemu­kiman warga yang masih ber­tahan di kawasan bantaran sungai, disinyalir jadi faktor pemicu banjir di Kota Banjarbaru pada Rabu (22/2) malam.

Meski wilayah terdampak banjir berhasil diminimalisir, namun problema tersebut terus berulang dari tahun ke tahun. Hal ini menuntut pemko setempat melakukan evaluasi penang­gulangan yang lebih maksimal.

Artikel Lainnya

Bupati Kotabaru Pimpin Upacara Peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI

Bupati Kotabaru Pimpin Upacara Peringatan HUT ke-80 Kemerdekaan RI

18 Agustus 2025
D:\2025\Agustus 2025\19 Agustus 2025\2\222\New Folder\Puluhan Personel Polda Terima Penghargaan.jpg

Puluhan Personel Polda Terima Penghargaan

18 Agustus 2025
Load More

Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Banjarbaru telah mengkaji -faktor penyebab banjir dengan meninjau lokasi-lokasi terdampak. Berbagai rencana ihwal jalan keluar atas per­soalan banjir di ibukota Pro­vinsi Kalsel ini telah dimatangkan.

Mengutip jejakrekam.com, Kepala Dinas PUPR Kota Ban­jar­baru, Eka Yuliesda, melalui Kepala Bidang Bina Marga, Adi Maulana, mengungkapkan, penyebab utama banjir tak lain adalah curah hujan tinggi sejak sore kemarin. Hal ini, meng­akibatkan sungai maupun drai­nase telah melebihi kapasitas daya tampung.

“Kami sudah meminta data ke BMKG untuk memastikan curah hujan tinggi ini dan akan berlangsung sampai berapa lama. Pada intinya curah hujan tinggi menjadi faktor utama. Untuk faktor lainnya kita juga temukan di lapangan,” kata Adi Maulana kepada awak media, saat melakukan peninjauan di Sungai Kemuning, Kamis (23/2).

Adi menyebut peristiwa banjir malam tadi telah menga­lami penurunan jika diban­dingkan tahun-tahun sebelum­nya. Secara waktu, menurut dia, kondisi air sudah sangat cepat surut dan dampak di wilayah pun sudah semakin mengecil.

“Persoalan banjir ini me­mang sudah sering terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Pemko memberikan upaya penang­gulangan agar banjir ini ber­kurang. Peristiwa tadi malam itu secara waktu dan dampak wila­yah telah berhasil diminimalisir. Kiami tetap akan evaluasi untuk penanganan yang lebih mak­simal,” papar Adi.

Tercatat, sebanyak 1.528 jiwa terdampak banjir malam itu dengan cakupan tiga kecamatan yang menjadi langganan banjir di Banjarbaru. Memiliki persoalan yang tidak jauh berbeda, contoh­nya di Kecamatan Banjarbaru Selatan, dengan titik utamanya ialah aliran Sungai Kemuning.

Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas PUPR Banjar­baru, Subrianto menyampaikan kondisi Sungai Kemuning apabila telah meluap akan selalu ber­dampak pada kawasan pemu­kiman warga yang berlokasi di area bawah siring Sungai Kemuning.

Upaya merelokasi kawasan pemukiman tersebut belum menemukan titik terang, membuat Pemko Banjarbaru memilih rencana baru dan akan segera direalisasikan tahun ini.

“Selama mereka (ber­mukin) di situ pasti terdampak. Kalau tidak direlokasi, opsi lainnya secara inisiatif mereka mening­gikan bangunan rumah­nya. Tahun ini, kami sudah mere­n­canakan penanganan di sana, yaitu pemasangan pintu kleb otomatis dan pompa air,” imbuh Subrianto.

Berfokus ke daerah lainnya yang menjadi langganan banjir ialah Kecamatan Cempaka. Menurut Adi Maulana, feno­mena banjir di wilayah itu menjadi persoalan yang cukup kompleks, khususnya di Sungai Kuranji, Jalan Kertak Baru.

“Kondisi saat ini bahkan menunjukkan pemukiman warga yang lokasinya hampir berada di atas sungai. Ditambah lagi permasalahan di daerah hulu dan hilir di wilayah Cempaka,” kata Adi Maulana.

“Di daerah hulu wilayah Cempaka, yaitu Gunung Kupang, ada peralihan fungsi lahan. Dulunya hutan kini menjadi perumahan, dan pematang lahan,­” ucapnya.

Adi menegaskan peralihan fungsi itu dampaknya sangat besar. Dulu air bisa diserap, sekarang langsung diluncurkan ke hilir yaitu Sungai Kuranji. “Nah masalahnya di Sungai Kuranji ini telah terjadi penyem­pitan sungai,” kata Adi.

Persoalan ini, beber Adi, sebenarnya sudah menemukan solusi. Salah satunya dengan pembangunan sudetan di Sungai Kuranji. Sayangnya wacana itu mendapat penolakan warga sekitar, termasuk pula penolakan terhadap program penataan kawasan kumuh.

“Karena penolakan itu, kami berencana membangun embung baru di kawasan Gunung Kupang. Sehingga air hujan setidaknya bisa tertampung dulu di daerah hulunya. Insya Allah, pembangunannya dilaksanakan tahun ini karena pembebasan lahan sudah selesai tahun ke­marin,” imbuh Adi.

Meski begitu, Adi memasti­kan bahwa penataan Sungai Kuranji adalah langkah yang paling tepat dalam mengatasi banjir di Kecamatan Cempaka. “Dalam hal in, kami akan memulai dengan peluasan em­bung Cempaka yang ada saat ini.

Embung Cempaka yang ada akan diperluas. Dari luasan awal 3 hektare menjadi 11 hektare. Insya Allah, kami siapkan 2 hektare untuk relokasi 59 kepala keluarga (KK),” katanya. jjr

 

 

Tags: banjirEka YuliesdaKepala Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPR Banjar­baruKepala Dinas PUPR Kota Ban­jar­baruSubrianto
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA