JAKARTA – Sudah lebih dari sebulan pemerintah membuka keran impor beras melalui Perum Bulog. Beras impor didatangka dengan tujuan memperkuat cadangan beras Bulog dan diguyur ke pasar demi menstabilkan harga. Namun, hingga kini harga tak kunjung turun.
Impor beras kerap jadi momok karena bisa menekan harga beras lokal. Terutama, jika impor masuk berdekatan atau tepat saat petani memasuki masa panen raya. Selain karena harga beras impor yang memang lebih murah dengan kualias setara, impor punya efek psikologis terhadap harga pasar.
Mengutip Panel Harga adan Pangan Nasional, rata-rata harga beras medium masih mahal, yakni Rp 11.570 per kilogram. Tak berbeda juh dari pekan-pekan sebelumnya. Begitu pula dengan beras premium yang sekitar Rp 13.210 per kg.
Statistik lain tak jauh beda. Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok, Kementerian Perdagangan, mencatat rata-rata harga beras medium sih tetap Rp 11.400 per kg dan beras premium Rp 13.300 per kg.
Sebagai pembanding, pemerintah mengatur harga ecerantertinggi (HET) beras medium sebesar Rp 9.450 per kg-Rp 10.250 per kg berdasarkan wilayah. Sedangkan, HET beras premum sebesar Rp 12.800 per kg-Rp 13.600 per kg.
Badan Pangan Nasional (NFA) mengakui ihwal harga eras yang tak kunjung turun meski impor beras sudah ditempuh. Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitasi NFA, I Gusti Ketut stawa, menuturkan, salah satu penyebab harga beras masih belum turun karena pasokan beras yang belum membanjiri pasar seara besar-besaran.
“Suplai ke pasar masih terbatas karena belum masuk panen raya,” kata Ketut.
Akibat suplai yang belum optimal, pedagang beras masih menjual stok lama dengan modal yang sudah tinggi. Meski demian, pihaknya memastikan langkah operasi pasar beras oleh Bulog akan terus diperbanyak.
Sepanjang periode 1-6 Januari 2023, total beras Bulog yang diglontorkan untuk operasi pasar sudah mencapai 148 ribu ton. “Artinya, pemerintah sudah memberikan alternatif pada masyarakat bahwa di pasar ad beras sesuai harga eceran tertinggi (HET),” katanya.
Oleh karena itu, Badan Pangan turut meminta bantuan masyarakat untuk ikut mengasi penjualan beras Bulog sehingga harga jual yang diterima sesuai HET, yakni Rp 9.450 per kg.
Direktur Utama Bulog Budi Waseso sebelumnya mengakui operasi pasar beras yang digencarkan sejakwal tahun belum berdampak banyak pada penurunan harga. Namun, ia justru menyalahkan adanya mafia beras yang mempermainkan haga beras Bulog di pasar bebas.
Para mafia itu disebut Budi merupakan pedagang besar yang menjual kembali beras Bulog dengan harga tinggi kpada para pengecer beras. Ia pun mempersilakan agar seluruh pedagang dapat membeli langsung beras ke Bulog untuk memperpendk mata rantai.
“Siapa saja yang mau beli, saya buka. Tidak ada lagi koordinator-koordinator, mafia. Jangan piki saya tidak tahu. Model apa preman-preman begini, masalah beras urusan perut masyarakat dipakai mainan,” kata Budi.
Sejak impor beras tiba pertama kali sejk 15 Desember 2022 lalu, Bulog mencatat sebanyak 200 ribu ton beras kloter pertama sudah masuk. Bulog kinitinggal menunggu proses kedatangan kloter kedua sebanyak 300 ribu ton yang ditargetkan selesai 16 Februari 203. Sementara total stok beras Bulog disebut hanya berkisar 600 ribu ton dari target 1,2 juta ton. rep/mb06