“Bermain lato-lato secukupnya budaya nan tiga sepenuhnya”
Akhir tahun 2022 ditandai dengan bunyi “kletok-kletak” dimana ada suatu momen menumental yang mengingatkan masyarakat Indonesia dengan permainan yang paling dekat dengan permainan masa kecil. Di awal tahun 2023 belum mampu untuk menghapuskan ingatan masyarakat Indonesia mengenai permainan yang akrab disebut “lato-lato” tersebut. Fenomenal dan terkenalnya permainan lato-lato juga tidak terlepas dari peran para tokoh publik. Yaitu para pemimpin besar di Indonesia. Sebut saja Presiden Jokowi dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang pernah viral di dalam media sosial.
Dari ujung Sabang hingga ujung Merauke gema lato-lato seakan enggan pergi dari telinga. Siapapun. Sehingga tidak perlu menjelaskan bagaimana bentuk dari permainan lato-lato ini. Bahkan kompetisi permainan lato-lato kerap marak ditengah viralnya permainan tersebut. Yaitu yang menang adalah yang paling mampu konsisten untuk tetap membuat kedua buah bola dalam satu tali yang saling berhubungan saling beradu.
Namun, seiring dari perkembangannya semangat yang ditorehkan dalam permainan lato-lato ini dianggap terlalu berlebihan. Karena dengan energi yang begitu besar ditambah dengan dukungan yang diberikan oleh para pemimpin bangsa dalam mengkampanyekan permainan adu bola tersebut.
Oleh karena itu, melalui energi yang sangat besar yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia seharusnya diarahkan dalam mewujudkan kemajuan bangsa Indonesia. Karena akan dirasa sangat percuma jika semangat yang dimiliki oleh bangsa Indonesia tersebut hanya mandek dipermainan tersebut. Karena mengingat bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang berpotensi untuk memberikan pengaruh yang kuat bagi dunia melalui energi yang dibangkitkan.
Misalnya saja energi yang besar yang tertanam dalam semangat permainan lato-lato tersebut diarahkan dalam memantik generasi muda untuk mampu mengambil peran dalam setiap perubahan. Karena sebagaimana diketahui bahwa perubahan selalu berasal dari para generasi muda atau saya sebut “pemuda bangsa”. Pemuda bangsa sebagai generasi penerus tentu harus siap dan paham mengenai perannya. Kesiapan dan pemahaman tersebut tidak akan dapat diwujudkan kecuali melalui peng-upgrade-an diri para pemuda bangsa.
Karena sebagaimana diketahui bahwa terdapat tiga budaya sebagai sarana dalam mewujudkan kesiapan dan pemahaman pemuda bangsa tersebut. Pertama membaca, ya kita harus mendorong budaya membaca bagi pemuda bangsa. Karena, sangat miris melihat apa yang terjadi dewasa ini. Dimana yang seharusnya melekat bagi ragawi seorang pemuda bangsa adalah buku dan hal yang melekat bagi rohani jiwa pemuda bangsa adalah keinginan untuk mencari tahu. Karena dengan keinginan mencari tahu yang kuat tersebut tidak terlepas dari kesadaran akan ketidaktahuan dirinya. Dengan ketidaktahuan tersebutlah yang mengharuskan para pemuda membaca buku sebanyak-banyaknya demi memetik pengetahuan seluas-luasnya.
Membaca berawal dari kesadaran akan ketidaktahuan seorang pemuda bangsa. Namun kesadaran tersebut berguna untuk memantik semangat penuh pengetahuan dan juga bentuk mensyukuri nikmat tuhan melalui pikiran yang diamanahkan sebagai mahkluk yang paling sempurna. Karena Rene Descartes, seorang ahli filsafat pernah berkata bahwa “cogito ergo sum” yang berarti aku berpikir maka aku ada.
Kedua, adalah budaya menulis. Banyak penulis besar yang berpengaruh dalam perkembangan kemajuan suatu peradaban. Namun, seiring bertambah tuanya usia dunia menjadikan satu persatu penulis masyur dan berpengaruh tersebut menyelesaikan purna bakti untuk membagikan pengetahuannya. Oleh karena itu, sangat diperlukan kesadaran para pemuda bangsa untuk mengambil peran dalam dunia kepenulisan sebagai bentuk dari regenerasi suatu peradaban.
Karena, ketika para pemuda telah dapat dikatakan membaca berbagai penemuan terkemuka dan pengetahuan yang diserap melalui buku-buku yang ditulis oleh para tetua ilmu pengetahuan sudah seharusnya para pemuda bangsa mengambil peran dalam menulis. Karena dilihat dari era zaman buku yang ditulis oleh para tetua ilmu pengetahuan tentulah suatu pengetahuan akan mengalami perubahan berdasarkan zamannya. Dan disinilah letak urgensi dari kesadaran para pemuda bangsa untuk menulis melalui penelitian yang dilakukan demi memperlihatkan peran sebagai generasi yang dapat diyakini mampu untuk melakukan pembaruan.
Jika Pramudya Ananta Toer, seorang novelis pernah berkata bahwa “Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. Dan penulis mencoba menambahkan pribahasa tersebut bahwa “Menulis adalah cara untuk memperluas langkah”. Dalam artian kita tidak perlu pergi ke luar negeri atau ke negara tetangga atau seluruh kota di Indonesia untuk menyampaikan berbagi gagasan, cukuplah hanya melalui menulis gagasan tersebut akan sampai di telinga masyarakat yang kita tuju.
Ketiga, merupakan budaya yang paling rentan untuk punah dewasa ini. Karena sebagaimana diketahui bahwa budaya berdiskusi seolah hilang bak ditelan bumi. Karena benar saja bahwa saat ini pemuda bangsa kita lebih suka bermain game online dibanding berdiskusi, lebih suka “mabar” (main bareng) dibanding berkumpul untuk melakukan suatu pembahasan fundamental bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Pun penyebab utama mulai punahnya budaya berdiskusi adalah ketidakmampuan para pemuda bangsa khususnya dan sebagaian besar masyarakat Indonesia umumnya dalam menerima perkembangan teknologi. Yaitu kurangnya kemampuan untuk beradaptasi. Kurangnya kemampuan beradaptasi dipengaruhi oleh kurangnya pembahasan yang dilakuakn oleh generasi bangsa. Dan kurangnya pembahasan tidak terlepas dari semakin lupa terhadap pentingnya berkumpul dan berdiskusi mengenai potensi ancaman yang terjadi karena perubahan.
Sehingga dengan tingginya potensi semangat yang terkumpul melalui permainan lato-lato tersebut juga harus dapat diarahkan dalam membangun kualitas pemuda bangsa. Salah satunya melalui kesiapan dan pemahaman pemuda bangsa dalam tiga budaya yaitu membaca, menulis dan berdiskusi. Dan persoalan ini merupakan pekerjaan rumah kita semua dari stakeholder hingga masyarakat pada umumnya dan pemuda bangsa secara khusus untuk belajar bagaimana caranya mengarahkan energi besar menuju energi yang digunakan dalam mewujudkan kemajuan bangsa. Karena kemajuan bangsa berada di tangan seluruh pemuda Indonesia yang sadar akan perannya dan siap akan tanggung jawab yang diemban.