Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Gizi Klinik DKI Jakarta (PDGKI-Jaya) dr. Ida Gunawan, MS., SpGK (K) FINEM mengatakan, diet sesuai DNA lebih efektif dibandingkan diet sesuai golongan darah sebab terapi diet harus evidence based atau berbasis bukti.
“Pastinya diet sesuai DNA karena yang namanya kita memberikan advice ke pasien, terapi diet pasti harus evidence based, berbasis bukti sains, penelitiannya harus ada,” kata Ida saat ditemui wartawan di Jakarta, Jumat.
Menurut Ida, saat seseorang menjalani diet sesuai golongan darah, dokter kebanyakan memberikan anjuran berdasarkan case report atau laporan keluhan yang dialami pasien.
“Jadi dokter mencatat apa keluhannya? Golongan darahnya apa? Misalnya A. Makanan yang dikonsumsi apa? Misalnya banyak daging dan segala macam. Data itu dicatat sama dokter,” jelas Ida.
“Kemudian, dokter mulai menghitung dengan melakukan uji statistik dan akhirnya mendapatkan bahwa orang dengan golongan darah A sebaiknya mengonsumsi lebih banyak daging,” lanjut dia.
Evidence based, menurut Ida, memiliki tingkatan-tingkatan, Beberapa yang paling baik di antaranya randomize dan clinical control study. Sedangkan case report, kata dia, berada di urutan paling bawah.
“Jadi kalau case report, itu evidence based-nya paling bawah. Kalau bicara mengenai penelitian berbasis bukti, cari dong yang (peringkatnya) A, kenapa harus cari yang B,” kata Ida.
Agar dapat mengetahui diet yang terbaik sesuai DNA, perlu dilakukan tes nutrigenomik, salah satunya dengan Nutrigenme Life yang baru diluncurkan oleh Kalbe yang hasilnya dituangkan dalam bentuk laporan yang terdiri dari tiga kategori yaitu diet, olahraga, dan metabolisme nutrisi.
Untuk kategori diet, pasien akan melakukan pemeriksaan genetik yang fokus pada risiko obesitas dengan mengetahui profil genetik terhadap nutrisi-nutrisi, seperti gula dan karbohidrat, protein, serta lemak.ant