JAKARTA – Sejumlah pentolan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) memutuskan hengkang dari partai sepanjang tahun ini. Beberapa kader memilih keluar, karena sudah tak sejalan dengan langkah politik partai.
Teranyar, politikus Rian Ernest memutuskan mundur dari partai yang kini dipimpin Giring Ganesha. Sebelumnya tercatat lima keder yang keluar, yakni Tsamara Amany, Michael Victor Sianipar, Azmi Abubakar, Sunny Tanuwidjaja, dan Surya Tjandra.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai sejumlah kader utama memutuskan keluar dari PSI, karena mereka lelah dengan kondisi partai yang sulit lolos ke DPR. Menurutnya, sejumlah pakar dan lembaga survei juga memprediksi PSI bakal gagal menembus Senayan pada Pemilu 2024.
“Siapa pun elite-nya pasti lelah menetap di partai yang tak kunjung lolos parlemen,” kata Adi, saat dihubungi cnnindonesia.com, Kamis (15/12) malam.
Adi mengatakan, mundurnya sejumlah pentolan akan berdampak besar, lantaran mereka merupakan magnet politik di PSI. Perolehan suara PSI pun bisa merosot pada kontestasi politik mendatang.
“Pemilu 2019 saja dengan full team yang dipenuhi politisi muda berbakat tak bisa lolos ke Senayan, apalagi politisi berbakat itu satu persatu hengkang. Tentunya semakin membuat PSI berat menghadapi pemilu 2024,” ujarnya.
Di sisi lain, kata Adi, PSI saat ini tidak memiliki figure kuat sebagai pemimpin. Menurutnya, sosok Giring Ganesha sebagai ketua partai justru tidak membawa perubahan yang lebih baik pada PSI.
“Ketum PSI saat ini tak memiliki rekam jejak kuat jadi aktivis politik. Malah yang lebih menonjol sebagai anak band. Wibawa sebagai ketum partai kurang greget,” katanya.
“Partai ini butuh perombakan total, strategi politik, dan isu politik. Jika tak segera berbenah bukan tak mungkin PSI bakal bedol desa, kader-kader kuncinya pindah (lagi) ke partai lain,” ujar Adi menambahkan.
Sementara, pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga mengatakan, kondisi saat ini menjadi momentum bagi PSI untuk berbenah, terutama mengevaluasi kepemimpinan Giring.
Jamiluddin menyoroti pengakuan sejumlah kader yang hengkang karena PSI melenceng dari visi dan misi partai.
“Kalau ketua umumnya membiarkan visi misi yang melenceng, maka yang bersangkutan sudah lalai dari tanggung jawabnya. Ketua Umum seperti itu sudah layak diganti karena tidak mampu membawa partai sesuai visi misinya,” kata Jamiluddin, Kamis (16/12) malam.
Jamiluddin melihat sosok Giring sebagai salah satu yang membuat PSI terpuruk. Menurutnya, Giring kerap melontarkan kritik, namun terkesan membabi buta. Tindak tanduk Giring itu yang justru membuat masyarakat antipati.
“Kritik yang dilakukan, terutama kepada sosok yang tidak disukai, terkesan membagi buta. Akibatnya, kritik yang dilayangkan lebih bernada nyinyir, sehingga menimbulkan antipati di tengah masyarakat,” ujarnya.
“Kader yang dapat membaca hal itu, tentu melihat masa depan di PSI suram. Hal itu tentunya akan berdampak pada kader yang memang ingin lebih maju lagi,” kata Jamiluddin. web