Rabu, Juli 2, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Beda dengan Petani, Pedagang Ingin Impor Beras

by matabanua
29 November 2022
in Ekonomi & Bisnis
0

JAKARTA – Pedagang Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) berharap agar pemerintah segera merealisasikan impor beras melalui Perum Bulog. Situasi perberasan nasional dinilai dalam situasi yang mengkhawatirkan lantaran pasokan menipis.

Ketua Koperasi Pedagang Pasar Beras Induk Cipinang (PIBC) Jakarta, Zulkifli Rasyid, menjelaskan, rata-rata harga beras medium di pasar induk terus melonjak. Dari semula kisaran Rp 8.300 per kg menjadi Rp 9.200 per kg dan mendekati HET beras medium di level konsumens sebesar Rp 9.450 per kg.

Artikel Lainnya

D:\2025\Juli 2025\2 Juli 2025\7\7\hal 7 - 2 klm (KIRI).jpg

Trio Motor Kumpulkan Komunitas Pecinta Honda

1 Juli 2025
D:\2025\Juli 2025\2 Juli 2025\7\7\master 7.jpg

Beras SPHP Mulai Digelontorkan

1 Juli 2025
Load More

Adapun kebutuhan beras keluar masuk untuk PIBC per hari sekitar 2.500-3.000 ton. Saat ini, menurut Zulkifli, pasokan yang masuk ke PIBC sudah mengalami penurunan.

“Kenapa? Karena beras dari daerah sudah tidak ada. Boleh dikatakan satu-satunya yang bisa mensuplai ke pasar induk adalah Bulog. Tapi (cadangan) di Bulog juga kurang cukup,” katanya dalam sebuah webinar yang digelar Pataka, Selasa.

PIBC menjadi barometer perberasan nasional. Ia mengatakan, jika terdapat gangguan di pasar induk akan berdampak langsung kepada pasar-pasar konsumen di seluruh daerah.

Menurut Zulkifli, titik kritis beras akan terjadi pada Desember 2022 hingga Februari 2023. Menurut dia, tanpa langkah konkret impor akan sangat berbahaya dan berpotensi terjadi kekosongan beras pada periode itu karena musim panen belum tiba.

Saat ini, menurutnya, banyak pedagang daerah yang biasa membeli beras dari penggilingan justru mencari beras langsung ke pasar induk. Di saat yang bersamaan, pasokan beras dari Bulog kian mengecil sehingga tak dapat memenuhi permintaan yang masuk.

“Pemerintah harus sesegera mungkin impor. Saya katakan ini sudah sangat (berbahaya). Kami yang penting ada yang mau dijual, mahal jual mahal, murah jual murah. Kalau tidak ada yang mau kami jual, bagaimana?,” ujar dia.

Pengamat Kebijakan Publik, Alamsyah Saragih, menilai peningkatan stok melalui impor perlu dilakukan dalam waktu dekat. Ia menilai, rencana impor beras sebesar 500 ribu ton oleh Bulog tergolong kecil untuk pasar Indonesia yang kebutuhan per tahun mencapai lebih dari 30 juta ton.

“Tingkatkan saja stoknya melalui impor, karena bukan apa-apa walau stok cukup sirkulasi barang menghendaki proses impor cepat agar eskalasi harga tidak melonjak ke depan,” katanya.

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso pun sempat menekankan urgensi melakukan impor beras dari negara lain. Pasalnya, stok cadangan beras pemerintah (CBP) per 22 November berada di kisaran 594.856 ton, jauh di bawah target yang ditugaskan, yakni 1-1,2 juta ton sampai akhir 2022.

Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengklaim stok beras aman sampai akhir 2022. Ia bahkan mengklaim produksi beras tahun ini jadi yang terbesar, dengan mengacu pada data milik Badan Pusat Statistik (BPS).

“Kamu lihat data BPS dong, kan kita sudah sepat kalau semuanya menggunakan satu data milik BPS. Bahkan ini tahun lah di mana produksi beras kita terbesar, itu data BPS. Kalo enggak percaya data BPS, data siapa lagi?” sebutnya.

Selain data BPS, ia pun mengaku mendapat laporan dari kepala daerah bahwa stok beras mencukupi. “Saya sebagai Mentan tidak hanya menunggu laporan dari atas kan, dari bawah laporan bupati oke, laporan dari gubernur juga seperti itu,” imbuhnya.

Saat ditanya soal kemungkinan impor beras seperti yang digaungkan oleh Perum Bulog, Mentan enggan menjawabnya secara spesifik.

Adapun mengacu pada data BPS, produksi padi di 15 provinsi pada 2022 relatif menurun bila dibandingkan dengan 2020 dan 2021. Namun, beberapa provinsi seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, dan Yogyakarta mengalami kenaikan. rep/mb06

 

 

Tags: Impor BerasKetua PIBC JakartaPIBCZulkifli Rasyid
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA