
Beberapa hari yang lalu, tepatnya pada hari sabtu tanggal 3 september pukul 14.30 WIB. Pemerintah resmi menaikkan harga di 3 jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) yaitu Pertalite, Solar Subsidi dan Pertamax non subsidi. (kompas.com).
Harga pertalite yang awalnya Rp. 7.650 per liter naik menjadi Rp. 10.000 per liter, solar yang awalnya Rp. 5.150 per liter naik menjadi Rp. 6.800 per liter, dan pertamax yang awalnya Rp. 12.500 juga naik menjadi Rp. 14.500 per liter.
Kenaikan harga BBM ini tentu saja berdampak secara langsung terhadap harga pangan dan kebutuhan lainnya. Bahkan hingga pada pemutusan hubungan kerja atau PHK massal pada sejumlah karyawan di berbagai daerah ataupun kota besar.
Dampak tersebut sangatlah logis dan dapat diprediksi, mengingat BBM ini adalah salah satu sumber energi yang memang sudah menjadi bagian tidak terpisahkan dari berbagai lini kehidupan manusia pada zaman sekarang.
Disektor pangan, BBM digunakan untuk transportasi ketika hendak mendistribusikan bahan-bahan pangan dari satu daerah ke daerah-daerah lainnya. Jika BBM naik, otomatis biaya transportasi ikut naik dan tentu ini akan sangat mempengaruhi pada harga barang dan pangan.
Disektor industri, kenaikan harga BBM bisa memicu PHK besar-besaran. Karena kenaikan harga BBM akan mempengaruhi pada pembengkakan biaya produksi yang akhirnya beban industri/pabrik menjadi bertambah dan membuat PHK menjadi salah satu langkah yang sangat mungkin untuk dilakukan oleh perusahaan industri demi mempertahankan produksi.
Fakta inilah yang tentu saja membuat sebagian besar penduduk negeri ini tidak terima dengan adanya kenaikan harga BBM. Kebijakan ini justru menjadi tambahan beban dan penderitaan yang harus dipikul oleh rakyat didalam sistem kapitalisme ini. wajar, jika sampai hari ini masih banyak kalangan masyarakat mulai dari mahasiswa hingga massa ojol pun ikut turun jalan memprotes kebijakan yang tidak memihak rakyat ini. (detik.com 09/09/2022).
Lapangan kerja akan semakin susah dicari, pendapatan sehari-hari tidak meningkat dan tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup. Karena, biaya kebutuhan semakin mahal, belum lagi ditambah dengan biaya pendidikan dan kesehatan yang juga tidak sedikit. Sungguh komplit dan nelangsanya rakyat dinegeri sendiri yang kaya ini.
Dampak lain yang pastinya juga akan terjadi jika kondisi ini tidak segera diperbaiki maka akan memicu pada banyaknya perselisihan diantara keluarga (suami-istri) yang berujung pada perceraian, anak-anak akan menjadi korban, pencurian menjadi-jadi, begal menggila, dan pembunuhan akan semakin tak terkendalikan nantinya. Sungguh miris!
Inilah fakta kehidupan yang harus kita hadapi saat ini. kehidupan yang semakin hari, semakin sengsara dan sempit. Maka, sebagai seorang muslim tentu saja tidak boleh kita hanya berdiam atau berpasrah diri dengan kondisi yang penuh dengan kedzaliman ini. Apalagi akar masalah dari sulitnya menjalani kehidupan hari ini dipengaruhi oleh sistem rusak kapitalisme yang masih diterapkan dalam negeri ini.
Islam memberikan arahan yang benar dalam mengelola sumber daya alam rakyat. Rasulullah SAW mengatakan bahwa hasil bumi adalah milik rakyat dan haram untuk diprivatisasi apalagi dijual ke swasta asing. Negara seharusnya mengelola sepenuhnya dan mengembalikan hasilnya kepada rakyat dengan semurah-murahnya.
Pengelolaan sumber daya alam oleh negara sepenuhnya akan mampu menjamin kehidupan sejahtera bahkan kemakmuran rakyat. Namun hal ini tidak akan mungkin terwujud selama sistem yang masih bercokol adalah kapitalisme.
Oleh karenanya, jika benar pemerintah bekerja untuk rakyat, maka cabut kapitalisme, usir para investor asing dan koleganya, lalu terapkan syariat Islam. Maka tidak hanya harga BBM, tetapi segala kebutuhan rakyat akan bisa dipenuhi sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Keberkahanpun akan turun menyelimuti alam semesta ini. Aamiin. Wallahu’alam bishshawab.