Selasa, Mei 13, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Tantangan IPNU-IPPNU Membendung Pergerakan Konservatisme di Medsos

by matabanua
30 Agustus 2022
in Opini
0

Ali Mursyid Azisi(Alumni Kader IPNU UIN Sunan Ampel Surabaya)

Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU) sebagai salah satu banon dari NU, di era digitalisasi massal saat ini memiliki tugas besar. Selain dituntut beradaptasi dengan pesatnya kemajuan teknologi, juga dihadapkan dengan masifnya gerakan kelompok ekstremis, radikalis, teroris, puritanis di ruang digital, tentu demikian bisa menggerogoti pondasi negara dan mencederai ideologi generasi muda.

Artikel Lainnya

D:\2025\Mei 2025\13 Mei 2025\8\8\Anastasya Zulfatin Zahra.jpg

Membangun Generasi Bertaraf Global

13 Mei 2025

Kelaparan Gaza dan Pembebasan Palestina dari Penjajahan

13 Mei 2025
Load More

Bagaimana tidak?, sesuai dengan data APIJII per kuartal II di tahun 2020 silam tercatat ada penambahan kuantitas pengguna internet sebanyak 25,5 juta jiwa dibanding 2019. Tentu hingga memasuki tahun 2022 kian mengalami peningkatan. Demikian pula dengan peningkatan pergerakan golongan konservatif-ekstremis di ruang digital.

Sesuai dengan hasil riset Media and Religious Trens in Indonesia yang dipublikasikan pada November 2020 silam menunjukkan bahwa narasi keagamaan/sepak terjang/pergerakan kelompok ekstremis-radikalis atau konservatisme lebih mendominasi di ruang digital mencapai (67.2%), kemudian kelompok moderat hanya (22.2%), liberal (6.1%), disusul kelompok islamis (4.4%). Bahkan, penggunaan hastag ala konservatif di Indonesia sangat popular sejak tahun 2009.

Identitas Kelompok Konservatif-Ekstremis

Sebelum melangkah lebih jauh, sangat penting dalam hal ini sedikit mengenal sejarah bagaimana kelompok jenis ini melakukan aksinya. Dalam buku As’ad Said Ali yang bertajuk Al-Qaeda: Tinjauan Sosial-Politik Ideologi dan Sepak Terjangnya, pada mulanya, yang paling disorot mengenai kaum ekstrimis/puritanis yaitu ketika terjadinya penyerangan gedung WTC (Word Trade Center) pada tahun 2001 yang berlokasi di New York.

Dari peristiwa tersebut dikenal dengan peristiwa 9/11. Dengan mengatasnamakan agama (Islam) dan lebel jihad, kelompok jaringan teroris/konservatif Al-Qaeda menjadi sorotan masyarakat dunia, terutama Amerika sebagai korban saat itu. Dengan pemahaman Islam yang dangkal, mereka memahami Islam secara sempit dan siaapun yang tidak sependapat dengannya maka akan di lebel kafir, dan merasa paling unggul (supremasi). Karena Islam dimaknai hanya sebatas tauhid, ibadah dan pencapaian tertinggi yang dianggap sempurna yakni jihad.

Pemahaman jihadnya pun hanya berkutik dalam scoop perang-melawan pemerintah-menindas kaum yang tidak sependapat dan tentu dengan cara kekerasan. Dari pemahaman ayat al-Qur’an yang pemiliar tekstualis tanpa memaca konteks turunnya ayat, Dapat kita ketahui seperti halnya kasus pengeboman yang hingga dewasa marak diperbincangkan publik, aksi penyerangan anggota polri, hingga populisme Islam yang kian merabah di berbagai daerah dan media sosial.

Sudah barang tentu hal semacam ini bukan merupakan ruh dalam mengimplementasikan nilai-nilai luhur Islam. Bahkan dalam historis Nabi Muhammad SAW dalam dakwahnya tidak pernah dengan jalan kekerasan dan semacamya. Dalam Sirah Nabawiyah, Nabi Muhammad dalam dakwahnya penuh kasih sayang, santun, tidak memusuhi lawannya, lembut dan sangat menghindari kekerasan.

Media Sosial Sebagai Syiar Islam Santun Menuntun

Dalam konteks dinamika media sosial yang setiap detik mengalami perkembangan informasi, kini ruang gerak/dakwah kelompok semacam ini beralih secara perlahan di media digital. Bisa kita temui beberapa kajian-kajian, berita, bahkan informasi lainnya yang justru menyesatkan, mengandung unsur sara dan tidak segan mengancam kesatuan NKRI di media sosial yang dikelola oleh kelompok-kelompok supremasi tersebut.

Beberapa hal perlu diperhatikan pelajar muslim dalam mencari referensi kajian keislaman maupun informasi lainnya dengan memperhatikan betul website yang terpercaya dan tidak radikal. Dengan mengenali berbagai website kelompok sejenis Al-Qaeda yang di Indonesia dikenal dengan Salafi-Wahabi, LDII, MIT, HTI, NII dan sejenisnya, setidaknya menjadi benteng bagi para pelajar Islam terutama kader Nahdlatul Ulama-Muhammadiyah yang menjunjung tinggi pemahaman moderat maupun masyarakat secara umum dalam mencari referensi sumber keislaman tidak terjerumus ke dalam pemahaman Islam yang dangkal dan tekstualis.

Beberapa website yang perlu kita hindari yaitu: an-najah.net, al-manhaj.or.id, salafi.in, ahlussunnahslipi.com, salafybpp.com, salafy.in, radiorodja.com, www.al-intima.com, www.indonesiaalyoum.com, dan masih banyak lagi beberapa website sejenis. Dengan menelusuri beberapa website yang perlu dihindari, setidaknya pelajar muslim/kader Nahdlatul Ulama tidak mudah terjerumus ke dalam paham-paham ekstrimis yang beberapa waktu lalu melibatkan seorang remaja putri ketika melakukan penyerangan anggota kepolisian dengan kedok jihad di jalan Allah SWT.

Begitu pun kajian keislaman yang tersebar di media lainnya seperti Instagram, facebook, whatsapp, dan media lainnya yang secara perlahan masuk di kalangan pemuda-pemudi Islam. Semacam ini tentu sangat perlu dihindarkan. Targetnya pun pelajar/pemuda yang tidak pernah mengenyam pendidikan agama/di pesantren sebelumnya/belum ada bekal lebih tentang pemahaman Islam yang damai.

Peran IPNU-IPPNU Menebar Syiar Moderasi Beragama

Oleh karenanya upaya mengingat peran generasi muda sebagai pemakai gadget/media digital yang begitu mendominasi, maka merupakan sebuah keharusan kader-kader muda Nahdlatul Ulama (IPNU-IPPNU) memanfaatkan smartphone atau ponselnya untuk kemanfatan yang lebih besar. Salah satunya adalah menebarkan syiar moderasi beragama/islam santun di media sosial.

Sangat diharapkan di masa selanjutnya, kader generasi muda muslim kita mampu bersaing/membendung pergerakan kelompok konservatif yang ingin meruntuhkan negara Indonesia. Bahkan lebih menyebarkan kajian-kajian Islam santun, berita, konten-konten yang lebih inklusif, mengandung unsur damai, penuh toleransi, moderat dalam beragama, dan menebar nilai-nilai luhur Islam yang Rahmatan lil ‘alamin di berbagai platform media digital.

Upaya demikian bertujuan supaya generasi-generasi muslim selanjutnya tidak terjerumus ke dalam paham-paham radikalis yang berujung pada tindakan dengan doktrin jihad sebagaimana di atas. Baik itu melalui konten tulisan, audio visual, maupun media lainnya yang sekiranya mengandung unsur kekerasan/menjerumus pada pemahaman yang radikal-dangkal yang sedikit-sedikit mengkafirkan sebaiknya dihindari.

Sangat disarakkan bagi para generasi muda muslim Indonesia secara umum maupun kader Nahdlatul Ulama memilih kajian-kajian yang menebar dakwah Islam yang damai, santun, moderat, bersanad jelas, kualitas keilmuan muballighnya diakui shahih, dan jauh dari tindakan konservatif, radikal, bahkan ekstrem.

 

 

Tags: Ali Mursyid AzisiAlumni Kader IPNU UIN Sunan Ampel SurabayaIPNU-IPPNUmedia sosial
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA