BANJARBARU – Terhitung sejak Juli 2022, kasus DBD di Banjarbaru sebanyak 47 kejadian. Hal ini disampaikan Dr Budi Simanungkalit selaku Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Banjarbaru.
“Sejak awal tahun 2022 sebanyak 47 kasus, meski tidak banyak, kasus tersebut tidak bisa dianggap remeh,” kata Budi kepada jejakrekam.com saat ditemui di ruangannya.
Budi mengungkapkan, dari 47 kejadian di tahun 2022, Kelurahan Landasan Ulin Tengah memiliki Incident Rate (IR) paling banyak kasus DBD yakni 53,85 persen. Disusul kelurahan Loktabat Selatan dengan IR 37,16 persen, dan kelurahan Sungai Besar dengan IR 34.97 persen.
Kasus DBD di Banjarbaru ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Karena pada tahun 2021, kasus DBD di Banjarbaru sebanyak 16 kejadian dengan IR tertinggi di Kelurahan Guntung Payung yakni 45,17 persen. Sementara tertinggi kedua di kelurahan Komet dengan IR 25,21 persen, disusul kelurahan Sungai Besar dengan IR 19,95 persen.
Adapun untuk kasus DBD yang terdata oleh Dinas Kesehatan Banjarbaru merupakan kejadian pada masyarakat secara menyeluruh tidak berpatok pada rentang usia apapun.
“Paling penting jangan lupa untuk program 3M yaitu Menguras, Menutup, serta Mendaur Ulang,” katanya.
Budi juga menekankan agar masyarakat untuk terus memperhatikan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), guna mengantisipasi DBD. Mulai dari kebersihan lingkungan sekitar hingga menghindari pola gigitan nyamuk seperti jangan menempatkan posisi yang mudah digigit nyamuk.
“Untuk membasmi DBD bukan hanya Fogging atau penyemprotan. Tetapi apabila ada kasus perlu kombinasi dari semuanya. Perlu disemprot untuk nyamuk dewasanya, dan perlu juga memberantas hingga ke larvanya,” imbuhnya. jjr