
JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD meminta Polri untuk mengusut tuntas kasus baku tembak polisi yang menewaskan Brigadir J di rumah Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo.
Ketua Tim Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) itu berharap tim khusus bentukan Polri maupun tim independen dari Komnas HAM mampu mengumpulkan bukti yang akurat sehingga tragedi ini tidak membuat kekisruhan di tengah masyarakat.
“Jangan mengejar tikus atau melindungi tikus lalu rumahnya yang dibakar, terbuka saja, kan tata cara mengejar tikus itu sudah ada caranya apalagi polisi sudah profesional,” kata Mahfud dalam siaran cnnindonesia TV, Kamis (14/7).
Mahfud mengaku mengenal sejumlah pimpinan Polri sebagai sosok yang kredibel, sehingga yakin kasus tersebut akan diselesaikan secara tuntas. Kompolnas menurutnya juga akan membantu membuat permasalahan hingga menemukan titik terang.
Menurutnya, dalam 1,5 tahun terakhir Polri mendapatkan persepsi publik yang cemerlang di bawah pimpinan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Dengan demikian, ia tidak ingin wibawa Polri anjlok akibat penyelesaian kasus ini.
Mahfud juga meminta agar sangkaan yang dijatuhkan pada Brigadir J terkait aksi pelecehan, serta menodongkan pistol terhadap istri Ferdy, harus dibuktikan dengan fakta yang akurat. Ini, agar keluarga Brigadir J dan publik dapat memahami kondisi yang sebenarnya.
Seperti diberitakan, Brigadir J sebelumnya dinyatakan tewas dalam kontak tembak dengan Bharada E di rumah Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo pada Jumat (8/7) lalu. Polisi yang bertugas sebagai sopir istri Ferdy Sambo itu mendapat tujuh luka di tubuhnya.
Sementara, Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menilai pengusutan kasus penembakan terhadap Brigadir J di rumah Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Mabes Polri Irjen Ferdy Sambo penuh kejanggalan dan terkesan ditutup-tutupi.
Wakil Koordinator KontraS Rivanlee Anandar mengatakan, upaya kepolisian menyembunyikan fakta dalam kasus itu seperti terjadi pada insiden penembakan terhadap enam Laskar FPI di Tol Jakarta-Cikampek KM 50 pada Desember 2020 lalu.
“Bukan kali pertama, upaya kepolisian dalam menyembunyikan fakta juga terjadi pada kasus terdahulu, seperti halnya penembakan terhadap enam laskar FPI,” kata Rivanlee dalam keterangan resminya, Kamis (14/7).
Rivanlee mengatakan persidangan kasus penembakan Laskar FPI telah terbukti sejumlah warga sekitar diduga mengalami intimidasi oleh aparat. Warga kala itu diminta aparat tidak merekam peristiwa dan bahkan diminta untuk menghapus file rekaman.
“Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Komnas HAM ketika memberikan keterangan di persidangan,” kata dia.
Sambo Menangis
Kepala Divisi Bidang Propam Mabes Polri Irjen Ferdy Sambo menangis di pelukan Kapolda Metro Jaya Irjen Mohammad Fadil Imran. Momen ini terjadi saat Fadil mendatangi ruang kerja Sambo di Mabes Polri.
Momen itu terekam video yang beredar di media sosial. Fadil yang memasuki ruangan langsung disambut Sambo. Keduanya lantas berjabat tangan dan berpelukan.
Saat berpelukan wajah Sambo terlihat tersedu. Fadil lantas memeluk Sambo dengan kedua tangannya dan menepuk punggung jenderal Polri bintang dua itu. Fadil juga mencium kening Sambo dan kembali memeluknya erat.
Sejumlah media memberitakan pertemuan Fadil dan Sambo terjadi 13 Juli. Fadil membenarkan momen pertemuan dengan Sambo.
“Saya memberikan support pada adik saya Sambo, agar tegar menghadapi cobaan ini. Ini tidak mudah dan dapat menimpa siapa saja,” kata Fadil saat dikonfirmasi wartawan, Kamis (14/7).
Ferdy Sambo jadi sorotan publik setelah peristiwa penembakan di kediamannya di Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (8/7). web