JAKARTA – Kementerian Perdagangan (Kemendag) menaikkan jatah ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) untuk perusahaan yang memproduksi dan mendistribusikan minyak goreng curah kemasan sederhana atau Minyak Kita seharga Rp14 ribu per liter menjadi komposisi 1 banding 10. “Kalau MinyaKita (jatah ekspor) 1 banding 10,” ungkap Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan di kantornya.
Namun, ia tak menjelaskan rinci berapa minimal pengusaha harus memproduksi atau mendistribusikan minyak goreng curah kemasan sederhana untuk mendapat jatah ekspor dengan komposisi 1 banding 10.
Sementara, pemerintah juga mengerek jatah ekspor bagi perusahaan CPO dari 1 banding 5 menjadi 1 banding 7. “Tadi hasil rapat (komposisi ekspor CPO naik dari) 1 banding 5 menjadi 1 banding 7,” ungkap Zulkifli.
Sebagai gambaran, jika perusahaan sudah memenuhi kuota DMO CPO sebanyak 1.000 ton untuk kebutuhan di dalam negeri, maka perusahaan itu akan mendapat jatah ekspor CPO sebanyak 5.000 ton.
Setelah komposisi dinaikkan, perusahaan yang sudah memenuhi kebutuhan CPO di dalam negeri sebanyak 1.000 ton, maka akan mendapatkan jatah ekspor 7.000 ton.
Zulkifli mengatakan komposisi ekspor CPO sengaja dinaikkan demi mengangkat harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit di Indonesia. “Kami percepat pengusaha (untuk ekspor) untuk jangan sampai tangki (pabrik kelapa sawit) penuh. Dengan tangki kosong, pabrik beli lagi TBS sawit, otomatis harga naik,” jelas Zulkifli.
Masalahnya, kata dia, harga TBS sawit cuma sekitar Rp1.000 per kg. Sementara, harga TBS sawit di Malaysia tembus Rp4.000 per kg.
Maka dari itu, ia menganggap aksi petani yang ramai-ramai menjual TBS sawit ke Malaysia sebagai hal yang wajar. “Wajar dong, di sana (Malaysia) mahal Rp4.500 per kg, kita (Indonesia) cuma Rp1.000 per kg,” jelas Zulhas.
Sebelumnya, sebuah video yang memperlihatkan beberapa truk pengangkut sawit sedang berhenti di sebuah jalan viral di jagat maya.
“Kami mau bawa buah ke Malaysia, kami bawa hari ini 30 ton soalnya harga buah di Indonesia seperti kata-katanya Indra Kenz ‘wah murah banget’,” ungkap seorang pria dalam video yang diunggah akun di akun Instagram @majeliskopi08.
Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat Manurung membenarkan aksi jual tersebut. Ia mengatakan para petani memang menjual TBS ke Malaysia karena harganya yang lebih tinggi.
Penjualan dilakukan para petani sawit di provinsi yang berbatasan dengan negeri tengga, seperti Kalimantan Utara dan Kalimantan Tengah.
“Memang secara aturan regulasi itu tidak dibenarkan. Tapi mau bagaimana lagi. PKS (pabrik kelapa sawit) banyak sudah menolak TBS pekebun, bahkan sudah banyak yang tutup. Sementara petani sawit harus melanjutkan hidup dan membiayai keluarganya,” pungkas Gulat. cnn/mb06