
BANJARMASIN – Perencanaan mengenai pembangunan jembatan apung yang menghubungkan siring Sungai Baru dengan siring di Piere Tendean telah dimatangkan Pemerintah Kota (Pemko) Banjarmasin, melalui Dinas Pekerja Umum dan Penataan Ruang (PUPR).
Kepala Bidang (Kabid) Sungai, Dinas PUPR Kota Banjarmasin, Rini Wardina mengatakan, untuk pengerjaannya, pihaknya menggelontorkan anggaran sebesar Rp 4,5 miliar.
“Proses lelang proyek sebenarnya masih di LPSE. Tapi dua hari yang lalu, sudah ada pengumuman pemenang,” ucapnya saat dihubungi awak media, Jumat (1/7) pagi.
Namun, lantaran saat ini masih menunggu masa sanggah di LPSE, pihaknya hanya bisa berharap pekan depan sudah bisa kontrak dan langsung dikerjakan.
“Target kami, selesai dalam waktu 75 hari kerja, paling tidak 10 Juli,” ungkapnya.
Ia membeberkan, rencana pembangunan itu sebenarnya sudah lama, tepatnya sejak tahun 2019 lalu. Lantaran adanya refocusing anggaran untuk penanganan Covid-19, baru sekarang terealisasi.
Rini menjelaskan, pembangunan sambungan siring Sungai Martapura di dua kawasan itu, sudah berdasarkan kajian atau studi kelayakan.
Rencananya, sambungan yang dibangun berupa jembatan yang mengapung di atas air. Memakai kubus apung dengan bahan High Density Polyethylene (HDPE) dengan panjang 40 meter dan lebar 4 meter.
“Selama ini kan siringnya terputus. Jadi warga yang hendak menyeberang ke Kampung Ketupat atau sebaliknya, harus menyeberangi jalan. Ini membahayakan para pejalan kaki,” tekannya. Makanya, diputuskan untuk membuat penyeberangan apung di bawah jembatan itu.
Selain pembuatan jembatan apung, baik di ujung siring Maskot Patung Bekantan maupun Kampung Ketupat, juga akan dibuat dermaga turunan dengan bahan kayu ulin yang fungsinya memudahkan pejalan kaki naik ke siring. Ini, berdampak pada dermaga kecil yang ada di samping Jembatan Dewi.
Lantas, bagaimana dengan nasib dermaga speedboat yang berada tepat di bawah Jembatan Dewi itu? Rini mengaku belum mengetahui secara pasti, lantaran konsepnya diserahkan pada konsultan dan ke kontraktor.
Kendati demikian menurutnya, jika keberadaan dermaga alias tambatan speedboat tersebut dianggap mengganggu pengerjaan, maka kemungkinan besar dibongkar.
Seperti diketahui, persis di bagian siring yang akan disambung, yakni di bawah Jembatan Dewi itu, setidaknya ada puluhan speedboat yang tertambat di situ.
Terpisah, salah seorang motoris speedboat di bawah Jembatan Dewi, Dodot mengaku tidak keberatan dengan adanya pembangunan yang menyambungkan dua sisi siring itu.
“Bila dibuatkan jembatan, juga memudahkan kami untuk mengangkut penumpang. Baik penumpang yang turun maupun yang naik ke speedboat,” ucapnya Sabtu (1/7) siang.
Kendati demikian, ia menyarankan, ada solusi yang bisa diberikan, saat pengerjaan proyek dilakukan. Misalnya, membuatkan dermaga atau titian pengganti.
“Kalau disuruh pindah begitu saja, ya kami keberatan. Paling tidak buatkan kami titian,” ujar Dodot yang sudah lebih 10 tahun speedboatnya mangkal di bawah Jembatan Dewi.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, jembatan apung tersebut rencananya dibuat dengan konsep terbuka alias tanpa atap. Hal itu disebabkan sebagian besar kubus apungnya berada di bawah Jembatan Dewi.
Kemudian, jangka waktu pengerjaannya dipatok selama 75 hari kalender. Diharapkan, saat peringatan Hari Jadi ke-496 tahun Kota Banjarmasin, bisa langsung diresmikan oleh Walikota Ibnu Sina. dwi