oleh : Qonitta Al-Mujadillaa, (Aktivis Muslimah Kalsel)
Bak bola salju, suasana keimanan haruslah terpancar dalam kegiatan MTQ yang diharapkan akan kekhusyuan dalam lantunan ayat-ayat suci Al-Quran, akan tetapi menjadi miris dan ironis dibumbui dengan sesuatu yang tidak mengenakkan dan kembali viral. Hal ini menjadi alarm negeri ini untuk benar-benar serius dalam persoalan ini.
Sebagaimana dilansir oleh Banjarmasinpost.com , viralnya video di jejaring media sosial pada acara penutupan MTQ tingkat Kabupaten Banjar di Kecamatan Mataram menuai kecaman. Saidan Pahmi, anggota DPRD Kabupaten Banjar mengaku kaget begitu melihat video bergoyang massal di arena panggung MTQ. (Banjarmasinpost.com , 16/6/2022).
Di hadapan wartawan Hidayat memberikan klarifikasi selama sekitar 3 menit 30 detik tentang kronologis dangdutan itu seperti disajikan siaran langsung bpost online Kamis 16 Juni 2022 sebelum waktu Sholat Asar. “Ini diluar acara resmi dan kemampuan kami. Akan dijadikan sebagai masukan dan koreksi untuk perbaikan ke depannya. Kami mohon maaf,” ujar Hidayat. (Aktualkalsel.com , 16/6/2022).
Sungguh begitu memilukan, viralnya video aksi berjoget dengan diiringi house music seusai acara penutupan MTQ yang terjadi di Kabupaten Banjar, kota yang mendapat julukan serambi Mekkahnya Kalimantan Selatan. Banyak pihak yang merasa sangat terkejut dengan kejadian ini. Padahal kalaulah mau jujur, kejadian ini menjadi sesuatu yang tak pernah surut sering terjadi di negeri ini.
Sejatinya, terjadinya ini begitu menyedihkan sebab suasana keimanan yang harusnya meliputi kegiatan saat itu, akan tetapi malah sebaliknya. Kejadian hal tersebut semestinya semakin membuat umat sadar bahwa betapa kondisi umat Islam saat ini begitu jauh dari Islam. Keimanan mereka benar-benar tidak terjaga, terlebih saat ini pengarusderasan moderasi kian kuat makin memperparah kehidupan umat dan generasi. Moderasi Islam yang notabane jauh dari Islam yang sesungguhnya. Sungguh hal ini begitu memilukan. Suasana MTQ tidak terasa lagi nikmat dan berkah kala melihat fenomena tersebut. Esensi berlangsungnya kegiatan hanya tak lebih seremonial semata.
Fenomena ini sungguh tak datang begitu saja. Semua berawal dari bangunan paradigma kehidupan yang jauh dari Islam, ialah akidah sekuler (pemisahan agama dari kehidupan) dan sistem kapitalisme telah mendarah daging yang diterapkan dalam kehidupan saat ini. Kegiatan qur’ani tidak memberikan efek signifikan bagi masyarakat untuk semakin memaknai bahkan menjadikan ayat-ayat suci al-Quran untuk dimuliakan bahkan di terapkan. Akidah sekuler membuat umat Islam semakin bebas berperilaku tanpa batas dan mereka tidak lagi memperhatikan apakah hal tersebut pantas atau tidak, halal atau tidak. Sebab tidak ada aturan yang mengikat mereka. Terlebih generasi saat ini begitu jauh dari Islam. Sistem kapitalisme akan terus menyuburkan liberalisasi dalam kehidupan, termasuk liberalisasi perilaku. Maka, benarlah umat Islam sejatinya harus sadar begitu pula generasi yang menjadi aset masa depan peradaban Islam kelak.
Islam Solusi Paripurna
Islam sebagai agama sekaligus melahirkan aturan-aturan rinci untuk menuntaskan persoalan kehidupan manusia. Allah Swt berfirman, “.. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [TQS al-Maidah : 3].
Adapun persoalan apapun dalam kehidupan, maka jawabannya adalah Islam. Demikian pula berkenaan dengan persoalan generasi bahwa Islam telah mengatur sedemikian rinci untuk persoalan ini. Menurut pandangan Islam bahwa ada berbagai peran yang harus saling bersinergi untuk menciptakan keimanan pada generasi muslim dan kehidupan ini antara lain :
pertama, peran keluarga. Keluarga merupakan institusi pertama untuk membentuk generasi Islam dengan berkepribadian Islam. Generasi akan dibentuk pola pikirnya dan pola sikapnya dengan Islam. Pembentukan ini tentunya dilakukan oleh orang tuanya yang memahami Islam secara menyeluruh dan menjadikan pendidikan Islam di lingkungan keluarga terus dijalani. Sebagaimana Allah Swt berfirman, “ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. [TQS at-Tahrim : 6].
Kedua, institusi masyarakat. Peran masyarakat pula memberikan pengaruh pada lingkungan. Masyarakat bisa terkontrol dan tidak melakukan asusila, kerusakan sosial dan gaduh ketika masyarakatnya saling nasehat-menasehati (amar maruf nahi munkar) [Lihat TQS Ali-Imron 104]. Oleh karena itu, masyarakat harus menjalankan perannya agar lingkungan senantiasa terjaga dari hal-hal munkar (keburukan), dan suasana keimanan tetap terjaga. Masyarakat dengan paradigma yang dibangun atas Aqidah Islam akan kuat dan senantiasa saling menjaga dari kemaksiatan dan keburukan.
Ketiga, institusi negara. Negara sebagai institusi yang sangat berpengaruh kepada masyarakat. Masyarakat akan terjaga keimanannya terlebih generasi tidak akan tergerus akidahnya dengan hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt karena negara memberikan aturan yang mengikat mereka untuk terus taat kepada Allah Swt. Negara akan memastikan di setiap individu dan masyarakat terjaga keimanannya dan tidak terpengaruh dengan berbagai pemikiran atau ide rusak (diluar Islam) seperti moderasi atau sekularisme. Sebab, dalam pandangan Islam negara dengan diwakilkan pemimpin adalah junnah atau pelindung masyarakat.
Sebagaimana Rasulullah Saw, “Pemimpin Negara adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus (HR al-Bukhari). Maka, negara dengan diwakilkan oleh pemimpin harus memastikan masyarakatnya untuk menjaga keimanannya.
Akan tetapi sulit akan terpecahkan persoalan umat ini jika umat masih berharap dengan sistem kapitalisme sekuler ini. Umat harus sadar dan kembali kepada aturan (syariah) Islam secara menyeluruh. Sebab, hanya syariah Islam yang menjadi solusi bagi persoalan apapun termasuk generasi ini. Akan tetapi syariah Islam hanya bisa di terapkan jika dengan sistem Islam, niscaya kebaikan dan keberkahan hidup akan meliputi keseluruh alam, dan tidak ada lagi kemudian fenomena-fenomena memilukan sebagaimana yang terjadi kemaren. Allah Swt berfirman, “ Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan”. [TQS al-A’raf : 96]. Wallahu ‘alam bishowab. [].