JAKARTA – Otoritas Jasa keuangan (OJK) meminta kepada masyarakat untuk mewaspadai penipuan dengam modus social engineering alias soceng. Modus yang juga disebut dengan begal rekening ini bisa menguras isi tabungan nasabah.
Modus penipuan soceng sangat viral di media sosial. Banyak nasabah bank yang melaporkan bahwa mereka kehilangan puluhan hingga ratusan juta rupiah karena peipuan modus social engineering.
Hanya dalam 5 menit para begal rekening ini mampu menguras habis uang nasabah di rekening bank dengan memanfaatkan kelengahan dan ketidaktahuan nasabah.
Nah, agar nasabah perbankan tak masuk dalam jeratan soceng, OJK pun kemudian mewanti-wanti dengan menjabarkan 4 modus soceng yang lagi marak.
Dikutip dari keterangan tertulis OJK, Jumat lalu, berikut rinciannya:
1. Info Perubahan Tarif Transfer Bank
Penipu berpura-pura sebagai pegawai bank dan menyampaikan informasi perubahan tarif transfer bank kepada korban. Penipu meminta korban mengisi link formulir yang meminta data pribadi seperti PIN, OTP dan password.
2. Tawaran menjadi Nasabah Prioritas
Penipu menawarkan iklan upgrade menjadi nasabah prioritas dengan segudang rayuan promosi. Penipu akan meminta korban memberikan data pribadi seperti Nomor Kartu ATM, PIN, OTP, Nomor CVV/CVC, dan password.
3. Akun Layanan Konsumen Palsu
Akun media sosial palsu yang mengatasnamakan bank. Akun biasanya muncul ketika ada nasabah yang menyampaikan keluhan terkait layanan perbankan. Pelaku akan menawarkan bantuan untuk menyelesaikan keluhannya dengan mengarahkan ke website palsu pelaku atau meminta nasabah memberikan data pribadinya.
4. Tawaran Menjadi Agen Laku Pandai
Penipu penawaran jasa menjadi agen laku pandai bank tanpa persyaratan rumit. Penipu akan meminta korban mentrasnfer sejumlah uang untuk mendapatkan mesin EDC.
OJK menekankan, dalam menjalankan transaksi, petugas bank tidak akan meminta atau menanyakan password, PIN, MPIN, OTP atau data pribadi.
PT Bank Sentral Asia Tbk (BCA) mengingatkan kepada nasabah untuk waspada terhadap berbagai penawaran yang menggunakan nama BCA. Alasannya, marak penipuan melalui telepon atau WhatsApp yang mengatasnamakan BCA.
Selain itu juga terdapat iklan menggunakan akun BCA Palsu di media sosial khususnya di Instagram yang menawarkan program upgrade menjadi nasabah BCA Solitaire dan BCA Prioritas.
Ada juga penipuan yang menawarkan apply kartu kredit BCA atau ganti ke kartu chip dengan tujuan penipuan pada aplikasi BCA mobile atau kartu kredit.
Direktur BCA Haryanto T Budiman menjelaskan, BCA mencermati bahwa belakangan ini cybercrime sering terdengar seiring semakin pesatnya perkembangan digital. Salah satu jenis cybercrime yang kerap terjadi adalah penipuan online seperti dengan munculnya iklan di media sosial dan meminta data pribadi Anda seperti nomor kartu kredit, PIN, OTP, dan lainnya. lp6/mb06