Oleh : Nada Annisa
Fenomena badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) mulai menghantui perusahaan rintisan atau startup, padahal ekonomi tengah pulih dari imbas pandemi Covid-19. Hal ini terjadi pada perusahaan rintisan global, hingga dalam negeri. Misal, startup edu-tech, Zenius, yang telah berhasil menggalang dana puluhan juta dolar Amerika Serikat hari ini mengumumkan PHK 200 pegawai. Tidak hanya itu, Robinhood juga memangkas 300 karyawan, begitu juga Netflix yang melakukan PHK 150 pegawai, dan Cameo memangkas 87 pegawainya. (CNBC Indonesia, 29 May 2022).
Berdasarkan fenomena itu, apakah kondisi ini termasuk fenomena Bubble Burst? Penjelasan pengamat ekonomi , Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini mengatakan, fenomena PHK massal yang terjadi di sejumlah startup di Indonesia dalam waktu berdekatan ini bisa dibilang sebagai bubble burst.
Tak Cukupkah Kekayaan Bumi Pertiwi?
Peningkatan angka PHK tentu saja menambah daftar pengangguran. Setiap tahun universitas di seluruh Indonesia meluluskan para sarjana baru yang membutuhkan lapangan pekerjaan. Belum selesai permasalahan tersebut, ditambah dengan meningkatnya angka PHK.
Kasus pengangguran bukan hal baru untuk diperbincangkan, khususnya bagi Indonesia. Indonesia merupakan negeri dengan sumber daya alam yang melimpah ruah. Dengan kekayaan alam laut, darat, bahkan udara. Meliputi tambang gas alam, minyak bumi, emas, tembaga, hasil pertanian, perkebunan, hutan, dan lainnya. Terkait sumber daya manusia, Indonesia memiliki orang-orang hebat di dalamnya. Seperti, para ahli pesawat, kedokteran, dan sebagainya. Maka, tak heran jika sebutan gemah ripah loh jinawi menjadi kebanggaan bumi pertiwi.
Namun, kenyataan itu tidak relevan dengan kondisi yang dihadapi rakyat. Tetap saja kemiskinan merajalela menimpa negeri ini. Angka pengangguran masih dalam jumlah yang tidak sedikit tiap tahun. Hal itu menandakan lapangan pekerjaan tidak sebanding dengan jumlah penduduk. Maka, rakyat jauh dari kesejahteraan. Di mana letak kesalahannya?
Ekonomi kapitalis dan dunia koorporasi saat ini
Saat ini kita hidup di bawah naungan sistem Kapitalisme. Ciri khas Kapitalisme yang berpihak kepada para pemilik modal (korporasi). Justru kebijakan sistemik yang digunakan berdampak kepada meluasnya angka PHK dan pengangguran. Bukan negara yang menyiapkan lapangan pekerjaan secara independen, tetapi bergantung kepada para investor asing dan pengusaha. Ekonomi bertumpu pada banyaknya korporasi raksasa yang melakukan investasi di tempat tersebut.
Sehingga kekayaan hanya tertimbun di antara sekelompok orang saja, yakni para konglomerat yang mampu bertahan dalam kondisi bisnis dan ekonomi saat ini.
Di samping itu, sistem ekonomi kapitalisme juga mengembangkan sektor ekonomi nonreal, yaitu aktivitas ekonomi berdasarkan investasi spekulatif, misalnya melalui kredit perbankan serta jual beli surat berharga seperti saham dan obligasi. Hal ini akan menyebabkan inflasi dan penggelembungan harga aset sehingga menyebabkan turunnya produksi dan investasi di sektor real. Akibatnya kondisi ini akan mendorong terjadinya resesi hingga kebangkrutan perusahaan dan terjadilah PHK besar-besaran lagi.
Sebenarnya, jika kekayaan alam Bumi Pertiwi yang melimpah ruah ini dikelola oleh negara tanpa bergantung dengan para investor, dan dikembalikan kepada rakyat, maka kesejahteraan rakyat jauh dari kata cukup. Rakyat pun dapat mengecap pendidikan, kesehatan, dan lainnya secara cuma-cuma.
Dampak PHK bagi kehidupan rakyat
Masalah PHK tentu akan menyebabkan dampak bagi roda kehidupan manusia. Diantaranya adalah perekonomian, karena dengan peningkatan angka PHK maka akan bertambah pula daftar pengangguran, menyebabkan daya beli masyarakat menurun.
Dari segi sosial, meningkatnya pengangguran maka terjadi peningkatan angka kemiskinan. Tampak kesenjangan antara kaya dan miskin. Bahkan mereka yang tidak mendapatkan kesempatan seperti gelandangan dan peminta-minta akan semakin bertambah. Pun angka kriminalitas juga dikhawatirkan semakin bertambah. Hal itu menyebabkan tingkat keamanan semakin rendah.
Dari segi mental, tidak adanya pendapatan sementara banyak kebutuhan yang harus dibayar, dapat menimbulkan hilangnya kepercayaan diri, putus asa, depresi, hingga berakhir pada bunuh diri. Nauzubillah.
Mengingat kompleks dan sistemiknya permasalahan ini, maka penyelesaiannya pun tidak bisa dilakukan dengan kebijakan satu sisi saja. Hal ini membutuhkan solusi sistemik pula agar problematika mampu diselesaikan dengan tuntas.
Sistem Islam Mengatasi Pengangguran
Dalam sistem Islam, negara berperan penting dalam memberikan pekerjaan kepada mereka yang membutuhkan sebagai realisasi politik ekonomi Islam. Rasulullah saw mengatakan:
“Imam/Khalifah adalah pemelihara urusan rakyat; ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap urusan rakyatnya”. (HR al-Bukhari dan Muslim).
Islam mewajibkan kepada individu untuk bekerja. Ketika individu tidak bekerja, baik karena malas, cacat, atau tidak memiliki keahlian dan modal untuk bekerja maka pemimpin berkewajiban untuk memaksa individu bekerja serta menyediakan sarana dan prasarananya, termasuk di dalamnya pendidikan.
Terkait akses modal, dalam sistem Islam akan mengeluarkan dana melalui sistem keuangan baitulmal untuk memberi bantuan modal tanpa riba atau bahkan hibah kepada individu usia produktif. Sehingga individu tersebut memiliki akses ke pergerakan ekonomi.
Hal ini pernah dilakukan Khalifah Umar ra. ketika mendengar jawaban orang-orang yang berdiam di masjid saat orang-orang sibuk bekerja bahwa mereka sedang bertawakal. Saat itu beliau berkata, “Kalian adalah orang-orang yang malas bekerja, padahal kalian tahu bahwa langit tidak akan menurunkan hujan emas dan perak.” Kemudian Umar ra. mengusir mereka dari masjid dan memberi mereka setakar biji-bijian.
Adapun proyek pengelolaan kepemilikan umum dilakukan oleh negara tanpa campur tangan investor asing. Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, dan menjalankan strategi terkoordinasi antara sistem pendidikan dengan potensi ekonomi di berbagai area. Mekanisme itu yang membuat serapan lulusan pendidikan akan sejalan dengan kebutuhan masyarakat, bukan kebutuhan korporasi.
Negara di dalam sistem Islam juga tidak akan mentoleransi sedikitpun berkembangnya sektor nonreal, seperyi bursa saham. Karenaa menyebabkan harta hanya beredar di antara segelintir orang saja, sehingga menyebabkan perekonomian labil.
Oleh sebab itu, pengangguran sistemik ini hanya bisa diselesaikan secara tuntas dengan menerapkan sistem Islam dalam sendi kehidupan manusia. Insyaallah keberkahan akan senantiasa tercurah dari langit dan bumi untuk seluruh manusia. Wallahu a’lam.