Tubuh yang tinggi memang dapat memberikan beragam manfaat dan keuntungan tersendiri. Namun, ada beberapa risiko penyakit yang juga harus dihadapi oleh para pemilik tubuh tinggi.
Sudah sejak lama muncul kecurigaan bahwa tinggi badan berkaitan dengan sejumlah penyakit. Kecurigaan ini lalu terbukti dalam sebuah studi terbaru yang dilakukan di Amerika Serikat.
Studi berskala besar ini melibatkan lebih dari 280.000 orang dewasa di Amerika Serikat, dengan tinggi badan rata-rata 176 cm. Berbeda dengan studi lain yang hanya membandingkan tinggi badan dengan rekam medis, studi terbaru ini melakukan perbandingan antara informasi genetik partisipan dengan rekam medis mereka.
Untuk melakukan perbandingan tersebut, tim peneliti mencocokkan ribuan variasi genetik yang mempengaruhi tinggi badan dengan lebih dari seribu karakteristik yang berkaitan dengan penyakit. Tim peneliti juga melakukan perbandingan serupa menggunakan tinggi badan para partisipan.
“Kami menyimpulkan bahwa tubuh tinggi mungkin merupakan faktor risiko tak bisa dimodifikasi untuk beberapa masalah kesehatan umum pada orang dewasa yang tak disadari sebelumnya,” jelas ketua tim peneliti Sridharan Raghavan dari Rocky Mountain Regional VA Medical Center, seperti dilansir Science Alert, Kamis (9/6/2022), kemarin.
Berdasarkan studi yang dipublikasikan dalam PLOS Genetics ini, tim peneliti menemukan bahwa tinggi badan orang dewasa dapat mempengaruhi lebih dari 100 ciri klinis, termasuk beberapa kondisi yang dapat menurunkan kualitas hidup. Beberapa di antaranya adalah ulkus pada ekstremitas bawah dan insufiensi vena kronis.
Temuan dalam studi ini juga memperkuat temuan sebelumnya yang menyatakan bahwa pemilik tubuh tinggi lebih rentan terhadap fibrilasi atrium dan varises. Sebelumnya, para ilmuwan juga telah mengetahui bahwa pemilik tubuh tinggi lebih berisiko terhadap beragam jenis kanker, emboli paru, dan ruptur aorta.
Tim peneliti juga mengungkapkan ada beberapa risiko penyakit lain yang kerap dihadapi oleh pemilik tubuh tinggi. Sebagian di antaranya adalah infeksi pada tulang dan kulit, dan neuropati perifer.
Lebih lanjut, tim peneliti menemukan bahwa jenis kelamin juga turut memainkan peran. Risiko asma dan gangguan saraf perifer non spesifik misalnya, cenderung mengalami peningkatan pada wanita tinggi namun tidak pada pria tinggi.
Akan tetapi, bukan berarti tubuh yang lebih pendek tak memiliki konsekuensi tersendiri. Pemilik tubuh yang pendek diketahui lebih berisiko terhadap gangguan kesehatan mental, penyakit hati, penyakit jantung, dan strok.
Terkait tubuh tinggi dan risiko penyakit, studi lebih lanjut perlu dilakukan untuk menguak hubungan sebab-akibat di antara keduanya. Studi lebih dalam juga perlu dilakukan untuk mengidentifikasi biokimia yang mendasari hubungan keduanya.
Seperti diketahui, tinggi badan bukanlah faktor yang bisa diubah atau dimodifikasi. Namun, mengetahui risiko kesehatan yang dihadapi dapat membuat orang-orang lebih waspada dan terdorong untuk memperbaiki faktor-faktor risiko lain yang bisa dimodifikasi.
Tinggi Badan ,
PLOS Genetics ,
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada sekitar 1,13 miliar orang di dunia yang mengidap hipertensi. Bila tak terkendali, hipertensi bisa meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung dan strok.
Salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi adalah pola makan yang buruk, termasuk kurang mengonsumsi sayur. Akan tetapi, bagi sebagian orang, meningkatkan konsumsi sayur bukan hal yang mudah untuk dilakukan.
Bagi orang-orang yang mengalami kesulitan ini, jus sayur bisa menjadi alternatif untuk meningkatkan asupan sayur. Menurut studi yang dilakukan oleh tim peneliti asal China, konsumsi sayur dalam bentuk jus juga dapat membantu menurunkan tekanan darah.
Studi yang diterbitkan dalam International Journal of Molecular Sciences tersebut mengungkapkan bahwa ada tiga jenis sayuran yang bisa dikonsumsi dalam bentuk jus dan efektif menurunkan tekanan darah. Ketiga jenis sayuran tersebut adalah bit merah, wortel, dan bengkuang.
“Studi menunjukkan bahwa jus buah dan sayur mempengaruhi faktor risiko kardiovaskular, seperti menurunkan tekanan darah dan memperbaiki profil lipid darah,” ungkap tim peneliti, seperti dilansir Express, Rabu (8/6/2022), kemarin.
Secara spesifik, sebuah analisis juga menunjukkan bahwa jus bit merah dapat menurunkan tekanan darah pada individu sehat dan individu penderita hipertensi. Akan tetapi, konsumsi jus bit merah tak memberikan efek serupa pada individu pengidap diabetes tipe 2.
“Kandungan nitrat yang tinggi pada sayuran tertentu mungkin merupakan sumber dari oksida nitrat yang bersifat melindungi kardiovaskular,” jelas tim peneliti.
Dalam satu sajian jus bit merah berukuran 500 ml, terdapat kandungan nitrat yang dapat menurunkan tekanan darah sekitar tiga jam setelah jus diminum. Dua studi lain juga menemukan bahwa konsumsi bit merah yang kaya akan nitrat dapat memberikan efek penurun tekanan darah.
“Sebuah studi lain mengonfirmasi bahwa tekanan darah sistolik menurun secara signifikan setelah minum jus bit merah,” ungkap tim peneliti.
Di sisi lain, konsumsi jus wortel tampak mampu menurunkan tekanan darah sistolik pada orang-orang yang memiliki kadar kolesterol plasma dan trigliserida yang tinggi. Sedangkan jus bengkuang dapat menurunkan kadar tekanan darah diastolik pada individu sehat.
Menurut tim peneliti, ada beberapa mekanisme yang dapat membuat jus sayur dan buah bisa membantu menurunkan tekanan darah. Mekanisme ini meliputi efek antioksidan, perbaikan pada aspek sistem kardiovaskular, penghambatan agregasi trombosit, efek antiinflamasi, dan pencegahan hiperhomosisteinemia.
Tim peneliti mengungkapkan bahwa minum jus bisa menjadi cara yang potensial dalam memperbaiki kesehatan kardiovaskular. Terlebih, bila jus dibuat dari sayur dan buah yang bervariasi, sehingga jus tersebut mengandung beragam polifenol, vitamin, dan mineral.
Terkait tekanan darah, National Health Service di Inggris mengungkapkan bahwa seseorang bisa dinyatakan mengidap tekanan darah tinggi atau hipertensi bila memiliki tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih. Pada kelompok berusia 80 tahun, mereka bisa dianggap mengidap hipertensi bila memiliki tekanan darah 150/90 mmHg atau lebih. Tekanan darah yang ideal biasanya berkisar di angka 90/60 mmHg – 120/80 mmHg.
Tekanan darah yang terlalu tinggi bisa memberikan tekanan lebih pada pembuluh darah, jantung, serta organ lain seperti ginjal, mata, dan otak. Tekanan darah tinggi yang terjadi secara terus-menerus dan tak terkendali juga dapat meningkatkan risiko beragam penyakit serius, seperti penyakit jantung, serangan jantung, strok, gagal jantung, penyakit arteri perifer, aneurisma aorta, penyakit ginjal, dan demensia vaskular.
“Bila Anda mengidap tekanan darah tinggi, menurunkan tekanan darah meski sedikit bisa membantu menurunkan risiko Anda terhadap masalah-masalah kesehatan ini,” jelas National Health Service. rep/ron