oleh: Rif’ah Radhiyati, S.Pd. Pendidik di Kabupaten Banjar.
Beberapa waktu yang lalu, Deddy Corbuzier mengundang pasangan gay Ragil Mahardika dan Frederik Vollert ke dalam podcast YouTubenya (Sindonews.com pada 08 Mei 2022). Akibat podcastnya dengan pasangan gay tersebut, Dedy ramai diperbincangkan netizen di media sosialnya. Banyak yang mengecam Dedy, karena di anggap memberikan ruang ekspresi bagi pasangan yang menyimpang orientasi seksualnya yaitu LGBT. Menurut wikipedia, LGBT atau GLBT adalah akronim dari “lesbian, gay, biseksual, dan transgender”. Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan frasa “komunitas gay” karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok yang telah disebutkan. Yang mana ini adalah aktivitas menyimpang dari orientasi seksual.
Adanya polemik ini, sudah seharusnya menjadikan para orang tua dan pendidik waspada, khususnya terhadap para generasi dan anak-anak kita. Karena memang pada dasarnya, anak-anak belum begitu paham dan mengerti apa itu naluri seksualitas, bagaimana menyalurkannya dan bagaimana mengelolanya dengan benar sesuai syariat. Ditambah lagi, pada kondisi seperti hari ini, dimana pertemanan dan lingkungan serta tontonan anak-anak sulit untuk di awasi karena berbagai sebab. Maka orangtua dan pendidik tentu saja harus sangat waspada agar anak-anak sekaligus generasi harapan bangsa tidak terjebak dengan LGBT yang makin marak.
Meluruskan Pandangan Terkait LGBT
Orang-orang liberal berpandangan bahwa menjadi lesbian, gaya, biseks atau transgender adalah pilihan dan itu merupakan hak asasi manusia. Tidak ada yang salah dalam pilihan itu, kalaupun timbul masalah di kemudian hari, itu disebabkan oleh pengaturan masyarakat dan atau negara. Pandangan ini jelas salah, karena LGBT adalah pilihan orang abnormal bukan pilihan orang normal. Selain memang pilihan itu menyalahi fitrah manusia.
Ditinjau dari sudut pandang manapun lesbian, gay, biseks dan transgender menyimpang dan merusak. Manusia secara fitrah adalah laki-laki dan perempuan dengan organ organ reproduksi yang tidak bisa ditukar atau diganti. LGBT tidak berkaitan sama sekali dengan kelamin ganda. Selain itu, tujuan diciptakannya laki-laki dan perempuan adalah adalah agar manusia memiliki keturunan, gay dan lesbian tidak mungkin memiliki keturunan. Kalaupun memiliki anak biasanya mengadopsi dari pasangan lain atau melakukan sewa rahim, yang mana sewa rahim ini akan menambah kerusakan karena mengacaukan nasab anak.
Naluri ini bisa dipuaskan oleh manusia dengan berbagai macam cara. Bisa juga dengan hubungan sesama jenis (homoseksual atau lesbian) atau bahkan bisa dipuaskan dengan binatang atau sarana lainnya. Tetapi, dari berbagai cara dan sarana tersebut, tidak mungkin mewujudkan tujuan diciptakannya naluri tersebut oleh Allah SWT kecuali dalam satu kondisi, yaitu pemuasan naluri tersebut oleh seorang laki-laki dengan seorang perempuan atau sebaliknya. Dan tentu saja itu dalam ikatan pernikahan syar’i, bukan zina. Dengan itulah bisa tercapai tujuan penciptaan laki laki dan perempuan yaitu demi untuk kelangsungan jenis manusia dengan segenap martabatnya. Cara pemuasan gharizah nau’ yang dibebaskan tanpa bimbingan dan petunjuk wahyu, sangatlah berbahaya. Kerusakan generasi, terputusnya keturunan, penyebaran penyakit menular, dan berbagai keburukan menjadi dampaknya.
LGBT Subur dalam Sistem Hari ini
Masifnya dukungan terhadap LGBT telah membuka kran penyebaran idenya secara liar. Pelaku dan korban kian banyak. Banyak generasi muda saat ini melakukan seks sejenis. Ribuan pelajar terindikasi mengidap HIV/AIDS karena seks sejenis. Padahal sejatinya LGBT bertentangan dengan syariat Islam dan mengancam peradaban. Pun eksistensi gay dan lesbian meruntuhkan institusi keluarga yang bertujuan melestarikan keturunan melalui serangan masif yang menyasar generasi.
HAM merupakan ide yang muncul dari prinsip hidup sekularisme liberal. Dalam masyarakat sekuler, seseorang bebas berperilaku termasuk dalam melampiaskan hasrat seksual. Dengan siapapun dan cara apapun. Jelas saja pergerakan LGBT sangat berbahaya bagi masa depan negeri ini. Jika perilaku menyimpang ini kian berkembang, siapkah kita menerima peringatan-Nya berupa bencana dan malapetaka? Sebagaimana yang pernah Allah SWT timpakan kepada kaumnya Nabi Luth ‘alaihissalam. Perlawanan terhadap perilaku LGBT tak bisa secara total jika kita masih mempertahankan sekularisme berikut segenap ide turunannya. Justru inilah ladang subur berkembang biaknya LGBT. Maka, tak ada solusi mendasar kecuali kembali kepada sistem hidup Islam. Insyaa Allah, manusia akan senantiasa terjaga fitrah kemanusiaannya.