
Sejatinya setiap orang tua pastilah menginginkan yang terbaik untuk anak nya, namun apakah orang tua tersebut benar-benar menginginkan yang terbaik untuk anak nya atau diri nya sendiri. Meskipun maksudnya untuk kebaikan sang buah hati, terkadang keinginan orang tua ini malah melukai perasaan anak. Proteksi yang berlebihan, serta ekspektasi yang terlalu tinggi dan egoisme kerap menjadi perilaku toxic yang dilakukan oleh orang tua. Oleh karna itu, penting bagi setiap orang tua untuk mengetahui seperti apa yang dimaksud dengan toxic parents agar kelak hal
tersebut dapat dihindari. Toxic sendiri memiliki arti sebuah sikap yang dilakukan oleh seseorang, tapi tanpa disadari ia menyakiti lawan bicara nya bahkan diri nya sendiri. Dengan menjadikan alasan kebahagiaan sang anak terkadang sifat-sifat negatif dalam pengasuhan hadir yang biasa nya berakhir merusak anak secara mental maupun fisik. Jadi toxic parenting ini adalah saat dimana orang tua berperilaku toxic dalam pengasuhan nya yang nanti nya bisa merusak kesehatan anak secara mental maupun fisik. Orang Tua yang berperilaku toxic ini biasanya tidak menyadari ke toxic-an yang mereka lakukan, mereka cenderung egois terhadap kehendak dan keinginan mereka atas anak.
Diantara ciri-ciri seseorang bisa dikatakan toxic parents ialah ketika ia merasa yang paling tahu soal anak nya, mereka merasa memiliki kendali penuh atas anak nya sehingga banyak menuntut anak pada sesuatu bahkan tidak menerima kritikan maupun saran dari orang sekitar.
Hal ini bisa menyebabkan sang anak tidak memiliki pilihan dalam hidup nya karena selalu saja di tuntut untuk menuruti permintaan orang tua nya. Hal seperti ini bisa sangat berbahaya terutama pada saat dewasa nanti ia akan menjadi anak yang peragu dan sulit untuk menetapkan pilihan hidup karena masa kecil nya tidak di berikan kesempatan memilih dan selalu saja merupakan kehendak orang tua nya. Selalu mengontrol kegiatan sang anak dengan membatasi ruang gerak anak hingga anak merasa terkekang.
Dengan pola asuh seperti ini akan mengakibatkan anak akan melakukan sesuatu secara diam-diam untuk bisa melakukan yang ia inginkan mulai dari berbohong sampai kabur dari rumah karena sulit nya merasakan kebebasan bagi nya. Sering mengkritik anak tanpa memberi kesempatan untuk mereka berbicara. Kritik seperti ini bisa saja menjadi luka bagi si anak apalagi kalau sudah membanding-bandingkan anak dengan orang lain. Bisa juga hanya akan menjadi angin lewat saja bagi si anak, karena mereka berpikir apapun yang mereka lakukan pasti akan selalu salah di mata orangtua nya. Melakukan kekerasan baik secara verbal seperti memukul atau non verbal seperti membentak. Kesalahan anak yang bisa saja dilakukan tidak sengaja atau karena ketidaktahuan, yang seharusnya bisa dibicarakan secara sehat dan baik tanpa menggunakan intonasi yang tinggi bahkan kekerasan fisik.
Untuk terhindar dari perilaku sifat toxic parent ini ada beberapa hal yang bisa diperhatikan sebagai orangtua. Yang pertama adalah bangun komunikasi yang sehat dengan anak, dengan itu bisa menjadi jembatan yang mengantarkan kedekatan antar orang tua dan anak. Dengan begitu apabila anak sedang dalam suatu emosi orang tua bisa menvalidasi persaaan si anak dengan tanggapan yang baik, sesuatu yang harapkan oleh si anak.
Lalu hargailah proses bukan dari hasil, ingatlah bahwa anak itu makhluk hidup yang mereka tumbuh dan berkembang. Kegagalan adalah bagian dari proses maka apabila anak kita gagal atau mendapat hasil yang jelek jangan hakimi hanya karena tidak berhasil memenuhi ekspektasi orang tua, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Lalu sebagai orang tua harus bisa menghargai pilihan anak, berikan kesempatan untuk mereka memilih sesuatu yang mereka inginkan.
Selama masih pada ranah kebaikan dan tidak membahayakan biarkan saja mereka menentukan nya sendiri, apabila mereka mengambil pilihan yang sekira nya membahayakan barulah orang tua ikut andil dalam urusan itu, tetap dengan komunikasi yang baik. Selanjutnya cobalah konsisten pada pola pengasuhan, kerap kadang kali di lingkungan keluarga besar seperti seperti kakek, nenek, bibi dan yang lain nya membuat menerapkan pola pengasuhan menjadi sulit. Cobalah berbicara dengan mereka untuk mendukung stabilitas pengasuhan anda.
Dan yang terakhir harus selalu diingat bahwa anak adalah titipan dari tuhan yang dipercayakan kepada orang tua nya, yang mengartikan memiliki anak itu harus kita rasakan sebagai berkah dan syukur karena tidak semua orang di percayakan amanah sebesar itu. Jangan sampai mengasuh dan mendidikan anak dinggap sebagai beban hidup, harus lah ikhlas dalam proses nya. Mengasuh dan mendidikan anak ibarat menanam pohon, ketika anak dirawat dengan sepenuh hati senantiasa dipupuk dengan kebaikan kelak sebagai orang tua akan mendapatkan kebaikan pula dari apa yang telah dilakukan. Semoga bermanfaat.