
Pendidikan di Indonesia kini telah berjalan memasuki fase baru. Momentum di mana siswa dan institusi pendidikan diberi kebebasan dalam menentukan sistem terbaik sesuai kapasitasnya. Guru tidak lagi mengambil peran sebagai sumber utama kebenaran bagi siswa. Akan tetapi siswa yang dibebaskan untuk aktif mencari sendiri hal-hal yang belum diketahui. Konsep ini memberikan banyak perubahan pada tatanan pendidikan. Pembelajaran yang sebelumnya terpusat pada guru, kini didorong untuk berpusat pada siswa (Student Centered Learning).
Pembelajaran dengan konsep Student Centered Learning efektif diterapkan untuk menstimulasi para siswa agar proaktif dalam mengembangkan diri. Pembelajaran di kelas menjadi lebih fleksibel sehingga tidak terkesan kaku dan terpaku secara konseptual. Pengalaman individu maupun kelompok yang diperoleh siswa selama belajar juga dapat menguatkan konsep dan pemahamannya. Pembelajaran seperti inj perlu dikembangkan agar lebih inovatif, menyenangkan dan tidak membosankan bagi siswa.
Di samping itu, muncul tantangan baru bagi guru dan siswa yaitu kemandirian belajar. Sistem yang telah memberikan kebebasan bagi siswa harus didukung serta oleh semangat siswa dalam belajar. Antusiasme siswa dalam mencari lebih banyak pemahaman dan keterampilan menjadi sangat penting dalam hal ini. Jika tidak demikian, kebebasan belajar yang diberikan hanya akan semakin menumbuhkan rasa malas dan sikap pasif pada diri siswa. Jika demikian maka tanggung jawab guru dalam mendidik siswa justru bertambah semakin berat.
Kemandirian belajar merupakan aktivitas belajar siswa dalam memahami materi dengan kesadaran dirinya tanpa bergantung pada orang lain dan mampu menerapkannya pada permasalahan sehari-hari (Suhendri, 2011). Penting bagi setiap siswa memiliki sikap kemandirian belajar agar mampu bertanggung jawab, mengatur waktu dan mendisiplinkan dirinya dalam proses belajar. Jika kemandirian belajar sudah tertanam, siswa dengan sendirinya akan berusaha secara optimal untuk mengerjakan tugas-tugas dan latihan yang diberikan guru.
Faktanya tingkat kemandirian belajar siswa khususnya sejak pelaksanaan pembelajaran daring sebagai dampak dari Covid-19 masih cukup rendah (Hidayat, dkk., 2020). Hal ini tentu saja berdampak pada keterlaksanaan pendidikan yang kurang baik. Jika terus dibiarkan, maka dampak selanjutnya adalah ketertinggalan siswa dalam belajar (learning loss). Sebagaimana riset dari Kemendikbudristek tahun 2021 terhadap 3.391 siswa SD dari 7 Kabupaten/Kota sebagai sampel, diketahui data learning loss yang dialami siswa setara dengan 5-6 bulan belajar. Tidak menutup kemungkinan jika di daerah atau jenjang pendidikan lain angka learning loss yang dialami lebih tinggi.
Lantas perlu adanya upaya bersama dalam menumbuhkan kemandirian belajar siswa agar meminimalisir dampak lanjutan yang mungkin terjadi. Peran serta dari pemerintah, lembaga pendidikan, guru serta orang tua perlu dimaksimalkan dalam mengatasinya. Diperlukan pula lingkungan positif dan fasilitas-fasilitas yang menunjang kemandirian belajar siswa.
Salah satu yang dapat dimanfaatkan dalam menunjang kemandirian siswa adalah platform-platform digital. Di era kemajuan teknologi seperti saat ini, tentu digitalisasi sudah tidak asing bagi mayoritas lapisan masyarakat, tidak terkecuali para siswa di bangku sekolah. Kini banyak siswa dapat dengan mudah mengakses internet dari mana pun dan kapan pun. Kemudahan ini menjadi peluang besar jika dimanfaatkan sebagai media belajar, sehingga siswa dapat belajar mandiri tanpa ada ketergantungan pada orang lain.
Platform-platform digital seperti youtube, website, blog, seharusnya menjadi tempat yang ramah belajar bagi para siswa. Pemerintah bersama instansi pendidikan dapat mengembangkan media-media edukasi dan literasi dalam bentuk yang lebih menarik melalui berbagai platform tersebut. Guru dan orang tua dapat memberikan arahan bimbingan dalam upaya pemanfaatannya. Dengan demikian, antusiasme belajar siswa dalam belajar secara mandiri dapat lebih meningkat.
Kolaborasi dan pengawasan yang tepat dari berbagai elemen tersebut jika terus dikembangkan bersamaan dengan kemajuan konten-konten digital diharapkan menjadi solusi terkait kemandirian belajar siswa. Sebagai contoh, pengembangan perpustakaan digital, video pembelajaran, artikel web, hingga desain grafis lainnya dengan menyesuaikan jenjang pendidikan siswa. Digitalisasi dalam bidang edukasi ini juga diharapkan dapat mengurangi dampak buruk dari perkembangan teknologi. Karena pada dasarnya selalu ada sisi positif dari setiap kemajuan zaman yang terjadi.