Rabu, Juli 9, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
No Result
View All Result
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Utang RI ke China Membengkak Rp 17,45 Triliun, Cadangan Devisa Turun

by matabanua
22 Mei 2022
in Headlines
0

JAKARTA – Utang Luar Negeri (ULN) Republik Indonesia dari kreditur China melonjak 1,19 miliar dolar AS atau setara Rp 17,45 triliun (asumsi kurs Rp 14.664 per dolar) dalam satu bulan.

Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI), utang dari kreditur China per Maret tahun ini tercatat 22,01 miliar dolar AS. Sementara per Februari 2022 hanya sebesar 20,82 miliar dolar AS.

Artikel Lainnya

Refly Harun: Bikin Sambutan Saja Tak Bisa

Refly Harun: Bikin Sambutan Saja Tak Bisa

8 Juli 2025
Menag Klaim Tahun Depan Arab Saudi Tak Batasi Kuota Haji

Menag Klaim Tahun Depan Arab Saudi Tak Batasi Kuota Haji

8 Juli 2025
Load More

Lonjakan utang juga datang dari kreditur Hong Kong. Jumlah utang dari negara tersebut pada Maret 2022 mencapai 16,85 miliar dolar AS. Jumlah tersebut melonjak dibandingkan Maret 2021, yakni 14,25 miliar dolar AS. Namun, turun dibandingkan Februari 2022, 16,97 miliar dolar AS.

Kendati demikian, secara keseluruhan ULN Indonesia pada kuartal I 2022 menurun. Posisi ULN RI pada akhir kuartal I 2022 tercatat sebesar 411,5 miliar dolar AS.

Angka tersebut turun dibandingkan dengan posisi ULN pada kuartal sebelumnya yang mencapai 415,7 miliar dolar AS.

“Perkembangan tersebut disebabkan oleh penurunan posisi ULN sektor publik (pemerintah dan bank sentral) dan sektor swasta,” demikian tulis data BI, Minggu (22/5) seperti dikutip cnnindonesia.

Secara tahunan, posisi ULN kuartal I ini mengalami kontraksi sebesar 1,1 persen, lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada kuartal sebelumnya yang sebesar 0,3 persen.

Lebih rinci, posisi ULN pemerintah pada kuartal I 2022 sebesar 196,2 miliar dolar AS. Angka itu turun dibandingkan kuartal sebelumnya, yakni 200,2 miliar dolar AS.

Secara tahunan, pertumbuhan ULN pemerintah mengalami kontraksi sebesar 3,4 persen, lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi kuartal sebelumnya yang sebesar 3,4 persen.

“Penurunan terjadi seiring beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) yang jatuh tempo, baik SBN domestik maupun SBN valas, serta adanya pelunasan neto atas pinjaman yang jatuh tempo selama periode Januari hingga Maret 2022, yang sebagian besar merupakan pinjaman bilateral,” tulis data BI.

Di samping itu, volatilitas di pasar keuangan global yang cenderung tinggi turut berpengaruh pada pemindahan investasi pada SBN domestik ke instrumen lain, sehingga mengurangi porsi kepemilikan investor non residen pada SBN domestik.

Sementara, posisi ULN swasta pada kuartal I 2022 tercatat sebesar 206,4 miliar dolar AS. Angka itu turun dari 206,5 miliar dolar AS di kuartal IV 2021.

Secara tahunan, ULN swasta terkontraksi 1,8 persen, lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi pada kuartal sebelumnya yang sebesar 0,6 persen.

Perkembangan tersebut disebabkan oleh pembayaran pinjaman luar negeri dan surat utang yang jatuh tempo selama kuartal I 2022 sehingga ULN lembaga keuangan dan perusahaan bukan lembaga keuangan terkontraksi masing-masing sebesar 5,1 persen dan 1 persen.

Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin.

Kemudian, sektor industri pengolahan serta sektor pertambangan dan penggalian, dengan pangsa mencapai 76,6 persen dari total ULN swasta.

ULN tersebut tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76 persen terhadap ULN swasta.

Cadangan Devisa

Sementara, Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa (cadev) turun 2,87 persen dari 139 miliar dolar AS atau Rp 2.029 triuliun menjadi 135 miliar dolar AS atau Rp 1.971 triliun pada April 2022.

Direktur Eksekutif BI Erwin Haryono mengatakan cadev turun lantaran kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah meningkat dan kebutuhan likuiditas valuta asing (valas) meningkat sejalan dengan perkembangan aktivitas perekonomian.

“Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,9 bulan impor atau 6,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah,” ujar Erwin dalam keterangan resmi, Jumat (13/5) lalu, seperti dikutip cnnindonesia.

Erwin mengatakan, posisi cadev per April 2022 juga berada di atas standar kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor.

“Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan,” jelasnya.

Meski angkanya menurun, tambah Erwin, BI memandang posisi cadev saat ini tetap memadai didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi. web

Tags: bank indonesiaCadangan Devisa Turunkreditur China melonjakUtang Luar NegeriUtang RI ke China
ShareTweetShare

Search

No Result
View All Result

Jl. Lingkar Dalam Selatan No. 87 RT. 32 Pekapuran Raya Banjarmasin 70234

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • SOP Perlindungan Wartawan

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper

© 2022 PT. CAHAYA MEDIA UTAMA