Dibalik euforia hari raya yang lebih meriah dibanding dua tahun belakangan, ada lonjakan volume sampah yang perlu diantisipasi. Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil mengatakan, selain mengantisipasi kepadatan dan kemacetan di hari raya, langkah antisipasi lonjakan volume sampah juga akan menjadi upaya yang diprioritaskan Jawa Barat. Republika.co.id, senin 02/05/2022.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung, Dudy Prayudi memprediksi peningkatan volume sampah hingga 60 ton di hari lebaran. “Tonase di hari biasa sekitar 1.200 ton, kita prediksi peningkatan ke 1.250-1.260 ton per hari di hari lebaran,” ujarnya.
Sampah digunakan sebagai pemantik dalam menggambarkan sistem akumulasi kapital yang berdampak pada upaya perlindungan alam. Sampah direfleksikan sebagai residu dari kapitalisme dan merupakan bentuk nyata dari kegagalan sistem kapitalisme. Semakain banyak akumulasi kekayaan dalam peradaban manusia maka semakin banyak eksploitasi alam, semakin banyak penindasan.
Berbagai cara dilakukan untuk mengatasi problem sampah ini hanyalah teknis antisipasi dampak saja bukan untuk mengatasi akar masalah yang sebenarnya. Sampah menjadi gambaran peradaban buruk dari manusia. Oleh karenanya, membicarakan sampah berarti harus membicarakan perilaku manusia dan sistem yang membentuknya. Karena sejatinya bukan sampah yang menjadi masalah, melainkan sistem yang diterapkan saat ini yang mendorong gaya hidup konsumtif bagi manusia yang hidup didalamnya.
Perilaku konsumerisme menjadi sebuah fenomena sosial, karena menunjuk kepada gaya hidup yang mengukur kebahagiaan dari sisi kepemilikan barang tertentu. Sebuah gejala yang menumbuhkan hasrat untuk terus mengkonsumsi. Gejala ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah kebutuhan akan pencitraan dan status sosial. Sehingga terjadi pergeseran yang signifikan dalam masyarakat bahwa mengkonsumsi barang sudah tidak lagi melihat nilai guna, melainkan mengacu pada nilai citra.
Budaya konsumtif ini sebenarnya sengaja didesain untuk membentuk peradaban manusia sekarang ini. media massa telah menjadi salah satu aktor dalam menggerakkan konsumerisme. Sebagai institusi yang digerakkan oleh laba, media massa cenderung melayani dan memajukan agenda kepentingan kelompok elit yang dominan di masyarakat. Kebutuhan masyarakat yang komplek dimanfaatkan media massa melalui iklan untuk mempengaruhi daya beli masyarakat sehingga memunculkan dan melanggengkan budaya konsumerisme ini.
Khusus Indonesia sendiri, dimana pertumbuhan ekonominya ditopang oleh pola konsumtif masyarakatnya, menjadikan negara turut berperan sebagai pendorong konsumerisme. Ketika di negara lain laju pertumbuhan ekonominya ditopang oleh ekspor, justru di Indonesia ditopang oleh konsumsi domestik. Hal ini membuat laju perekonomian Indonesia tetap stabil meskipun kondisi perekonomian dunia penuh dengan ketidakpastian. Oleh karenanya, agar perekonomian Indonesia semakin baik, pemerintah harus terus menjaga pola konsumtif masyarakatnya supaya tidak mengalami penuruan.
Islam adalah agama sempurna dengan tata aturannya yang kaffah menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam kehidupannya telah memberikan rambu-rambu berupa batasan-batasan serta araha-arahan positif dalam berkonsumsi. Islam mendorong manusia untuk memiliki gaya hidup bersahaja, mengkonsumsi suatu barang sesuai dengan kebutuhannya.
Allah SWT berfirman yang artinya, “ Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya.” (QS. Al-Isra’ 17 : 27).
Dalam surah lain Allah SWT juga berfirman yang artinya, “ Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) ditengah-tengah antara yang demikian. “ (QS. Al-Furqon 25: 67).
Islam juga mendorong manusia agar bisa produktif. Sehingga mampu menciptakan kekayaan dengan pemanfaatan sumber alam sendiri. Hal ini juga untuk merealisasikan kemandirian ekonomi sehingga mampu terbebas dari belenggu ketergantungan ekonomi pada bangsa lain seperti yang terjadi dalam sistem kapitalisme saat ini.
Namun semua ini hanya bisa terealisasikan dengan benar jika syariat islam yang kaffah diterapkan dalam kehidupan ini. Dengan mekanisme penerapan Islam Kaffah lah, budaya konsumerisme dan dampak buruknya dapat teratasi dengan baik. In syaa Allah. Wallahu’alam.