Jakarta – Dokter Spesialis Anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Hanifah Oswari menyebut ada kemungkinan kasus infeksi hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya alias hepatitis misterius bakal menjadi pandemi secara global.
Namun demikian, Hanifah mengingatkan kemungkinan itu masih kecil mengingat saat ini kasus hepatitis misterius masih relatif terkendali di sejumlah negara.
“Kita belum tahu seberapa cepat penularannya. Tetapi kalau melihat begitu banyak negara yang sekaligus melaporkan, saya kira potensi untuk menjadi pandemi itu ada. Tapi di Indonesia kita belum tahu bagaimana penyebaran berikutnya,” kata Hanifah dalam acara Newscast CNNIndonesia TV yang dikutip pada, Minggu (8/5).
Hanifah menyebut, temuan kasus hepatitis akut misterius memang menjadi temuan kasus infeksi yang tidak biasa. Badan Kesehatan Dunia (WHO) juga merespons temuan ini dengan menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) pada kasus hepatitis akut misterius yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika, dan Asia.
Hanifah melanjutkan, saat ini pemerintah dan IDAI terus melakukan identifikasi terhadap penyebab hepatitis misterius ini. Ia mengatakan, butuh waktu 1-2 pekan untuk mengetahui hasil pemeriksaan lanjutan seperti pemeriksaan Adenovirus dan Hepatitis E.
“IDAI dalam hal ini tidak melakukan tracing, karena tracing tanggung jawab Kementerian Kesehatan,” kata dia.
Terpisah, Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebut masih terlalu dini untuk menilai kemungkinan hepatitis akut misterius menjadi sebuah pandemi baru.
Nadia sekaligus mengingatkan, status pandemi merupakan kewenangan WHO dan ditetapkan secara global, tidak negara tertentu saja.
“Apakah jadi pandemi atau tidak, rasanya ini masih perlu waktu yang cukup panjang untuk bisa menyatakan kondisi ini. Karena jumlahnya kalau kita bandingkan dengan Covid-19, tidak secepat penambahan Covid-19, dan penularannya tidak secepat yang terjadi pada saat kita menghadapi Covid-19,” jelas Nadia.
Kemenkes hari ini mencatat satu kasus kematian terbaru yang diduga hepatitis misterius di Kabupaten Tulungagung. Anak berusia tujuh tahun itu dilaporkan mengalami sejumlah gejala di antaranya mirip gejala penyakit kuning. Kemudian demam, diare, urine berwarna lebih pekat dan feses berwarna pucat.
Sementara tiga kasus kematian sebelumnya di DKI Jakarta dilaporkan dalam kondisi stadium lanjut ketika sampai di rumah sakit. Ketiga pasien anak tersebut masing-masing berusia dua tahun, delapan tahun dan sebelas tahun.
Merespons temuan itu, Nadia kemudian menyarankan para orang tua memeriksakan anaknya ke fasilitas kesehatan terdekat jika ditemukan gejala kuning, sakit perut, muntah-muntah, diare mendadak, buang air kecil berwarna teh tua, buang air besar berwarna pucat, kejang, dan penurunan kesadaran.web