
JAKARTA – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta resmi menetapkan enam koleksi museum sebagai benda cagar budaya. Mulai dari lukisan Nyi Roro Kidul hingga mobil dinas pertama mantan Presiden Sukarno.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana mengatakan, penetapan Benda Cagar Budaya ini dilakukan setelah melalui proses kajian dari Tim Ahli Cagar Budaya Provinsi DKI Jakarta.
“Objek yang ditetapkan sebagai benda cagar budaya ini merupakan koleksi unggulan dari masing-masing museum yang memiliki nilai penting dari segi kesejarahan dan kesenian serta memenuhi kriteria sebagai benda cagar budaya,” ujar Iwan lewat keterangan tertulis, Rabu (27/4), seperti dikutip cnnindonesia.
Keenam objek benda cagar budaya tersebut yakni Lukisan Bupati Cianjur karya Raden Saleh, Lukisan Pengantin Revolusi karya Hendra Gunawan, Lukisan Prambanan Seko karya S Sudjojono, Lukisan Dewi karya Agus Djaya, Meriam Si Jagur, dan Mobil Rep-1 yang merupakan kendaraan dinas Presiden pertama RI Soekarno.
Enam koleksi itu berasal dari Museum Seni Rupa dan Keramik, Museum Sejarah Jakarta, serta Museum Joang ’45.
Mobil Rep-1 yang merupakan koleksi dari Museum Joang ’45, memiliki cerita menarik. Mobil yang diproduksi pada tahun 1939 dan bergaya mobil Amerika tahun 1930-an ini memiliki arti khusus bagi sejarah Indonesia.
Mobil ini pernah digunakan oleh Soekarno sebagai kendaraan dinas pertamanya ketika menjabat sebagai Presiden. Setelah tidak lagi digunakan oleh Bung Karno, mobil ini disimpan di garasi istana.
Pada tahun 1979 diserahkan kepada Dewan Harian Nasional oleh pihak istana dan pihak keluarga Bung Karno untuk kemudian diabadikan di Museum Joang ’45 sebagai koleksi.
Kemudian, Lukisan Bupati Cianjur karya Raden Saleh Sjarif Boestaman merupakan koleksi Museum Seni Rupa dan Keramik ditetapkan sebagai Benda Cagar Budaya melalui Kepgub Nomor 334 Tahun 2022.
Pada lukisan ini, tergambar potret Raden Aria Kusumahningrat sebagai Bupati Cianjur kesembilan saat menjabat pada tahun 1834-1862 ini dibuat pada tahun 1852.
Sedang lukisan Pengantin Revolusi karya Hendra Gunawan dilukis pada tahun 1955. Lukisan tersebut merupakan salah satu karya terbaik Hendra Gunawan yang mengangkat tema revolusi.
Hendra Gunawan terinspirasi dari rekaman peristiwa pernikahan di suatu tempat di Karawang, Jawa Barat yang tidak biasa.
Alih-alih memakai baju pengantin, pengantin pria mengenakan jaket tentara dan mendorong sepeda yang dinaiki pengantin perempuan, diikuti arak-arakan sekelompok orang dan pemain tanjidor.
Lukisan beraliran realisme ini merekam kehidupan sosial dan tradisi yang berkembang di masyarakat pada masa perang revolusi kemerdekaan 1945-1949.
Selanjut, lukisan Dewi-Nyi Roro Kidul dibuat pada tahun 1962. Lukisan karya Agus Djaya ini mewakili gaya seni lukis modern Indonesia tahun 1960-an yang mengungkapkan tradisi mitologi Jawa.
Lukisan Dewi mengekspresikan sosok Nyi Roro Kidul sang ratu penguasa pantai elatan dengan aliran impresionisme. Koleksi lukisan lainnya yakni Lukisan Prambanan/Seko karya S. Sudjojono.
Lukisan beraliran realisme pada masanya yang dibuat pada tahun 1949 ini merekam suasana usai agresi militer kedua.
Yang terakhir, Meriam Si Jagur, salah satu benda bersejarah yang ada di Museum Kesejarahan. Dahulu, meriam ini digunakan sebagai senjata oleh Portugis dan Belanda.
Meriam ini memiliki banyak hiasan khas, utamanya berbentuk kepalan tangan dengan posisi ibu jari yang diapit oleh jari telunjuk dan jari tengah di bagian pangkal meriam.
Posisi tangan yang dikenal sebagai Mano In Fica ini memiliki arti sebagai simbol untuk menangkal kejahatan. Web