oleh: ImaAnanda, ASN BPS Kota Banjarmasin
“Buku adalah Jendela Dunia” demikian ungkapan yang sering kita dengar. Berbagai pendapat mengintrepretasikan ungkapan ini adalah dengan membaca buku, kita bisa melihat isi dunia tanpa melakukan perjalanan. Pendapat ini sangat mendasar bahwa dengan membaca buku, informasi, pengetahuan dan wawasan kita akan semakin bertambah. Buku adalah pengusung peradaban. Tanpa buku sejarah diam, sastra bungkam , sains lumpuh, dan pemikiran macet (Barbara Tuchman).
Ini menegaskan bahwa semua ilmu pengetahuan dari berbagai bidang didapat melalui buku. Selaras dengan itu, peringatan Hari Buku Dunia atau Work Book Day pada tanggal 23 April 2022 ini, mengingatkan kita pentingnya membangkitkan kembali budaya membaca buku. Pada 23 April 1995 silam, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menetapkan tanggal 23 April sebagai hari Buku Sedunia yang sekaligus hari untuk mengenang dan memberikan penghormatan kepada empat orang tokoh penulis terkenal dunia yang wafat bertepatan pada tanggal tersebut. Mereka adalah William Shakespeare, William Wordsworth, David Halberstam, Miguel del Cervantes dan Inca Garcilaso de la Vega.
Peringatan ini dilakukan untuk mempropagandakan budaya membaca bagi masyarakat dunia yang saat ini sudah mulai luntur tergerus budaya modern karena lebih banyak menonton visualisasi pada perangkat elektronik. Ini dikarenakan masyarakat mempunyai mobilitas yang tinggi sehingga sangat bergantung pada keefisiensian waktu, sehingga perangkat elektronik menjadi alternatif pilihan yang dominan digunakan pada semua masyarakat di berbagai kalangan.
Perangkat elektronik seperti smartphone, I phone, tablet, laptop yang dirasakan sangat praktis untuk mendampingi dan menambah informasi masyarakat karena bisa digunakan kapan dan dimana saja. Hal ini menjadi suatu fenomena baru bahwa keberadaan buku atau media tercetak lainnya sudah semakin ditinggalkan.
Pada tahun 2020 sampai dengan 2021, Pendidikan di Indonesia menerapkan sistem daring karena adanya pandemi Covid 19. Penerapan sistem daring ini dilakukan pada semua tingkatan pendidikan, dan secara tidak langsung ikut mendorong ketergantungan siswa pada perangkat elektronik baik itu smartphone, tablet maupun laptop.
Namun pada tahun 2022 ini,pemerintah sudah memulai sekolah secara tatap muka walaupun secara bertahap. Kegiatan ekonomi. sosial dalam masyarakatpun sudah mulai menggeliat kembali. Untuk itu Mendikbud Nadiem Makarim, mengimbau agar dunia pendidikan meningkatkan kembali minat baca siswa melalui buku. Mari kita beri contoh baik kepada anak-anak kita untuk membaca buku (Nadiem Makarim) dalam laman instagram pribadinya. Beliau juga menegaskan bahwa meningkatkan minat baca anak adalah tanggung jawab bersama.
Hal ini sejalan dengan imbauan Unesco agar pejabat pemerintahan di masing-masing bidang untuk berperan aktif dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membaca buku. Ini disebabkan minat membaca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan yakni hanya mencapai 0,0001%. Itu artinya dari 1000 orang di Indonesia hanya 1 orang yang rajin membaca buku. Bahkan menurut riset “World Most Literate Nations Ranked” yang dilakukan oleh Central Connecticut State University Juni 2021 yang lalu, minat baca masyarakat Indonesia Indonesia diketahui berada di peringkat ke 60 dari 61 negara.
Hal ini berbanding terbalik dari Peningkatan Internet di Indonesia pada 2021 mencapai 273,8 juta jiwa, 15,5% lebih tinggi dari angka pada Januari 2020 lalu. Sedangkan jumlah pemilik smartphone atau ponsel pintar di Indonesia mencapai 345,3 juta lebih banyak dari total penduduk yang mencapai 273,8 juta, dan pengguna jaringan internet aktif digunakan oleh 200 juta pengguna atau 73,3 persen dari populasi penduduk Indonesia, demikian dipaparkan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G.Plate. Angka tersebut semakin mengukuhkan pendapat bahwa informasi atau data yang di dapat melalui perangkat elektronik sudah menggantikan keberadaan media tercetak seperti buku, majalah, koran.
Mengulik kembali pernyataan Mendikbud diatas, imbauan untuk meningkatkan kesadaran membaca buku sangat tidak mudah. Banyak hal-hal yang perlu dilakukan dan melibatkan peran serta pihak-pihak seperti guru bahkan orangtua di rumah untuk mendidik anak agar gemar membaca buku. Pengenalan sejak dini agar anak-anak gemar membaca buku bisa mulai dari lingkungan rumah misalnya melalui keberadaan buku anak-anak dengan beragam tema misalnya: buku cerita, buku pengenalan huruf, atau bertema agama dengan ilustrasi yang menarik bisa menjadi salah satu alternatif buku untuk dibaca anak-anak pada usia dini.
Pengenalan membaca buku terhadap anak-anak sangat disarankan daripada memperkenalkan perangkat elektronik seperti yang banyak dilakukan oleh orang tua saat ini. Penelitian di Bristol University, Inggris pada Tahun 2010 mengungkapkan penggunaan gadget berlebihan pada anak perlu diwaspadai karena meningkatkan resiko depresi, gangguan kecemasan, kurang perhatian, psikosis dan perilaku bermasalah lainnya.
Selain Lingkungan sekolah, lingkungan pendidikan pun harus mendukung seperti di sekolah-sekolah, juga keberadaan perpustakaan sekolah diharapkan dapat membantu kebutuhan data dan informasi yang dibutuhkan oleh siswa. Peranan Kepala sekolah bisa dengan memberikan tugas kepada guru agar memberi tugas yang mengharuskan siswa mencari data dan informasi melalui perpustakaan sekolah tersebut. Hal ini secara tidak langsung akan membuat siswa untuk berkunjung keperpustakaan, mencari data dan informasi dengan mencari dan secara tidak langsung membaca buku untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
Ditinjau dari segi kesehatan, kebiasaan membaca dari perangkat elektronik menimbulkan dampak yang berbeda dengan membaca buku secara langsung. Ditinjau dari segi kesehatan, membaca teks melalui layar perangkat elektronik secara berlebihan rentan terkena sindrom penglihatan komputer CVS (Computer Vision Syndrome). Mata menjadi merah, letih, dahi berat yang akhirnya menjadi sulit untuk fokus.
Penelitian dari West Chester University mengungkapkan, aktivitas membaca di perangkat elektronik cenderung tidak berkualitas karena cenderung untuk melompati teks sehingga tidak mendapatkan pemahaman dari bacaannya. Kelebihan dari informasi yang didapat melalui perangkat elektronik lebih cepat dan dapat diakses tanpa terkendala waktu dan tempat.
Bagaimana halnya dengan membaca buku? Manfaat apa saja yang didapat melalui kegiatan ini. Suatu penelitian yang dilakukan Haskins Laboratories for The Science of The Spoken and Written Word mengungkapkan bahwa kegiatan membaca buku memberikan waktu kepada otak untuk berpikir, memproses dan membayangkan narasi sehingga tanpa disadari dapat meningkatkan kemampuan berpikir.
Membaca buku secara rutin juga mengurangi resiko terkena penyakit Alzheimer dan Demensia. Ini berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 dengan teknik MRI, saat itu peserta dianjurkan membaca novel Pompeii selama 9 hari berturut-turut hasilnya saat ketegangan dibangun dalam cerita novel tersebut, banyak area otak yang menyala dengan aktivitas yang melibatkan jaringan sirkuit dan sinyal yang kompleks diotak. Saat kemampuan membaca seseorang meningkat, maka jaringan sirkuit juga akan semakin menguat dan berakibat baik untuk peningkatan kecerdasan. Tidak hanya itu membaca buku juga bisa membuat kualitas tidur menjadi lebih baik.
Program pemerintah Indonesia untuk meningkatkan kesadaran membaca buku pada masyarakat sangat membutuhkan dukungan lembaga pengelola literasi dalam hal ini adalah perpustakaan baik dalam ruang lingkup pendidikan, umum, instansi pemerintah maupun swasta, untuk seyogyanya aktif dalam mendukung program pemerintah dalam meningkatkan kesadaran baca masyarakat Indonesia.
Koleksi buku-buku yang ada di perpustakaan hendaknya selalu di update dengan judul buku-buku baru sesuai dengan kebutuhan informasi dan data saat ini. Melakukan program-program yang menarik agar masyarakat tertarik untuk datang ke perpustakaan, gencar melakukan promosi sebagai ajang menyebarluaskan informasi mengenai koleksi-koleksi buku terbaik perpustakaan tersebut, misalnya dengan mempublikasikan judul buku-buku yang sekarang menjadi best reading dari para pengunjung.
Suatu ungkapan yang kecemasan tercetus, Budaya Malas membaca adalah kekuatan yang melemahkan bangsa dan negeri ini dari aspek ekonomi, sosial dan budaya (Soesilo Toer). Bisa dibayangkan bagaimana jikalau ungkapan itu benar-benar akan terjadi di negara kita dan menjadi kenyataan yang terus berlanjut sampai kepada penerus bangsa ini. Siapapun yang terhibur dengan buku-buku, kebahagiaan tidak akan sirna darinya (Ali bin Abi Thalib).
Oleh karena mari tumbuhkan semangat membaca buku, sebagai langkah kita untuk mendukung pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Dengan buku tempalah semua bidang ilmu tanpa terkecuali. Selamat Hari Buku Sedunia 23 April 2022. Teruslah mendukung semangat membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang cerdas.