TIDAK terasa 10 hari pertama Ramadhan yang disebut-sebut sebagai “rahmat” sudah kita lewat dan sekarang kita berada pada 10 hari kedua yang disebut sebagai “maghfirah” atau pengampunan.
Bila disebut “pengampuan” atau “maghfirah” kita lalu teringat kepada perbuatan-perbuatan yang mendatangkan dosa yang sebenarnya dalam al-Quran Allah telah mengingatkannya untuk dihindari, tetapi entah kenapa, ada saja hamba Allah yang kemudian melakukannya, kita tidak tahu.
Bila kita teringat kasus nabi Adam as. memakan buah terlarang “buah kekekalan”, kelihatannya beliau tergoda rayuan iblis laknatullah dan beliau sebenarnya -sebagaimana terungkap dalam al-Quran-tidak berangan-angan untuk memakan buah terlarang tersebut.
Iblis pernah bersumpah untuk menggoda semua hamba Allah melainkan hanya yang ikhlas dalam beramal yang ia tidak bisa menggodanya.
Apa saja perbuatan dosa itu? Wah banyak sekali; ada dosa besar dan ada dosa kecil. Suatu saat di hadapan para sahabat, Nabi Muhammad bersabda; apa kalian suka jika aku menyebut kepada kalian tentang dosa besar? Sebagai sahabat tentu mereka suka mengetahui apa saja dosa besar itu.
Ketika itu beliau menyebutkan (1) menserikatkan Allah dengan sesuatu dan ini disepakati ulama sebagai dosa yang menempati rangking pertama yang menurut sebuah ayat al-Quran tidak bakal diampuni. (2) durhaka pada orang tua atau kawitan dan dalam sebuah riwayat durhaka pada kawitan ini keburukannya tidak saja di akhirat nanti, bahkan di dunia ini ditunjukkan Allah. Di sini sebagai orang tua kita perlu berhati-hati bagaimana agar seorang anak tidak menjadi anak yang durhaka pada orang tua. (3) Sumpah palsu. Ini namanya berdusta, bersumpah, tetapi tidak benar atau palsu. Banyak lagi yang lainnya, seperti mencuri, minum khamar, berzina, makan harata riba, dan lain-lain.
Pada sepuluh hari kedua Ramadhan, adalah kesempatan baik bagi hamba Allah yang berdosa untuk memohon ampunanNya, sebab 10 hari kedua ini adalah maghfirah atau ampunan.
Wah, untuk ukuran sekarang ini mungkin rada sulit bagi kita mencari hamba Allah yang benar-benar si atau bersih dari perbuatan berdosa, kalau tidak berdosa besar, ya dosa kecil; yang terpelihara dari perbuatan adalah nabi kita Muhammad saw. (*)