
Nabi Muhammad saw. bersabda “Puasa itu tidak sekedar menahan diri dari makan dan minum, tetapi menahan diri dari perkataan kotor dan caci maki.” Maksudnya apa? Masa orang yang menahan lapar dan haus berhari-hari kemudian ia tidak mendapat apa-apa dari puasanya, lalu dimana kasih sayang Tuhan.
Hadits ini tidak salah, bahkan sangat baik untuk diperhatikan pesannya. Orang yang puasa itu harus mempuasakan juga lidahnya, telinga, tangan, kakinya dan anggota tubuh yang lainnya dari perbuatan terlarang. Dosa bisa bersumber dari mulut, kaki, tangan, telinga, bahkan hati. Siapa yang berdusta, ya mulut, dengan apa mengambil milik orang, ya dengan tangan, dengan apa seseorang mendengar kata-kata kotor, ya dengan telinga; demikian juga anggota tubuh yang lainnya. Kalau hanya menahan diri dari segala yang membatalkan puasa, ini namanya puasa “awwam” puasa mayoritas orang. Nabi bersabda “Banyak orang yang berpuasa Ramadhan tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya melainkan hanya lapar dan dahaga.”
Ada juga orang yang berpuasa; mulutnya ikut berpuasa, telinga, tangan, kakinya dan semua anggota tubuhnya juga demikian. Semua anggota tubuh dikendalikannya dari perkataan dan perbuatan yang berpotensi mendatangkan dosa. Dari berdusta, mendengar yang bukan-bukan, berjalan ke tempat yang tidak baik, namun hatinya masih memikirkan yang tidak dibenarkan agama. Kelompok ini lebih baik dari yang pertama, yang “awwam; mereka ini disebut kelompok “khawwash” namanya.
Ada pilihan yang lebih baik bagi seseorang yang berpuasa yaitu puasa hati. Bagaimana orang hatinya puasa? Mulut, tangan, kaki,telinga dan segala anggota tubuhnya dipeliharanya dari segala yang terlarang, bahkan hatinya pun ikut berpuasa dari memikirkan yang hal-hal yang bernuansa keduaniaan. Tidak berdusta, tidak mendengarkan yang tidak baik, tidak mengambil yang terlarang, dan lain-lain. Yang kaya begini disebut puasa “khawwash al-khawwash.
Siapa saja yang bisa puasa seperti ini? Ini adalah puasanya para nabi, shiddiqin, para wali, dan orang-orang yang sangat dekat kepada Allah.
Dengan mengetahui maqam orang-orang yang berpuasa sebagaimana tersebut di atas, masing-masing kita dapat mengevaluasi pada maqam mana kita berada; apakah setelah berumur umpamanya, puasa kita masih berada pada posisi “awwam,” khawwash” atau sudah pada posisi tertinggi “khawwashul khawwash” kita sendiri yang dapat menjawabnya. Banyak pertanyaan terkait maqam puasa ini; umpamanya apakah ketika berpuasa tangan, kaki, telinga, hati dan pikiran kita ikut berpuasa, apakah ketika itu mulut dan mata kita ikut berpusa.(*)