JAKARTA – Jaringan Pemotong dan Pedagang Daging Indonesia (Jappdi) mengisyaratkan keraguannya akan stok daging sapi di tengah Ramadan yang dimiliki oleh Asosiasi Pedagang Daging Skala UKM dan Rumah Tangga (Aspedata).
“Aspedata sebagai mitra kerja mengatakan hanya tersedia 800 ton. Itu pun masih tanda kutip. Kemarin, manajer dari salah satu perusahaan Aspedata mengatakan stok kosong di gudang. Tetapi, di rapat mengatakan ada stok 800 ton,” terang Ketua Umum Jappdi Asnawi.
Hal ini membuat Asnawi yakin bahwa stabilisasi harga daging sapi akan sulit dilakukan tahun ini, sejalan dengan ketersediaannya yang belum pasti dan harga di pasar internasional yang melesat tinggi.
“Ketersediaan kerbau untuk stabilisasi harga pangan, khusus dari kerbau yang dijadikan sebagai (obyek) operasi pasar (guna) menstabilisasi harga, hingga saat ini stok sangat minim. Sehingga, kecil kemungkinan terjadi stabilisasi harga menjelang Ramadhan,” jelasnya.
Ketua Aspedata Diana Dewi meluruskan persepsi tersebut dengan mengatakan bahwa saat ini persediaan daging kerbau beku sudah diimpor dari Australia dan Brasil, sedangkan yang terbilang kosong adalah ketersediaan sapi hidup.
Saat ini, ketersediaan daging Aspedata terdiri dari pasokan daging beku yang diimpor. Secara rinci, untuk daging kerbau lokal terdapat 2,56 juta kg, stok daging sapi Brasil 1,71 juta kg, dan pasokan daging sapi Australia 4,41 juta kg.
“Kalau bicara untuk penyiapan barang untuk pelanggan, insyallah Aspedata bisa memberikan kepada pelanggannya. Cuma kalau bicara yang kosong, memang banyak sapi hidup sekarang ini kosong, sehingga harganya tinggi. Karena memang betul dari Australia-nya sudah tinggi,” ujar Diana.
Ia menjelaskan bahwa saat ini harga sapi lokal sedang meroket tinggi sehingga harga daging segar pun ikut melonjak. Sedangkan, untuk daging sapi beku ketersediaan dipastikan mencukupi untuk memenuhi tingginya kebutuhan menjelang Idulfitri.
“Kalau bicara ketersediaan stok nasional, kita termasuk pemain besar, kita punya barang itu dan kita bisa mencukupi untuk customer kita,” jelasnya.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan mengadakan rapat koordinasi untuk menjaga ketersediaan pasokan dan stabilisasi harga daging lembu menjelang puasa dan Lebaran, dimana Asnawi mengatakan alasan utama mengapa sulit dilakukan stabilisasi harga daging sapi adalah minimnya ketersediaan daging lembu dalam negeri.
Di sisi lain, Direktur Utama Berdikari Harry Warganegara mengatakan harga daging sapi melambung tinggi bukan karena minimnya pasokan, tapi karena harga daging sapi di pasar global sedang melambung tinggi. cnn/mb06