Oleh : Maisyarah Runadi, S. Pd Guru STP PAUD TK Khoiru Ummah Banjarmasin
Ramadhan menjumpai umat islam di dunia, satu bulan penuh kita dilatih untuk menjadi orang bertakwa. Setelah ramadan, menjadikan diri ini seharusnya menjadi muslim yang taat.
Ketika bulan ramadan, umat muslim selalu rajin bersedekah, menutup aurat, membaca alqur’an dan bahkan tak ketinggalan untuk berpuasa. Itulah amalan-amalan sunnah yang Rasulullah anjurkan kepada seorang muslim.
Setelah ramadhan maka terbitlah hari raya idul fitri, semua umat muslim berkumpul dan bersilaturahmi. Mereka bermaaf-maafan satu sama lain. Saling mengunjungi saudara bahkan teman, itulah yang mengambarkan bahwa muslim itu bersaudara.
Rasa bahagia begitu terpancar pada seluruh umat muslim di dunia. Kecuali negeri mereka yang berkonflik seperti Suriah, Palestina, Rohingya, Uyghur, Srilanka, dan masih banyak lagi umat muslim minoritas yang tertindas.
Kebahagiaan hari raya idul fitri tak mereka rasakan, hanya tangisan dan darah berserakan di sekitar mereka. Rumah sejatinya tempat tinggal hancur rata menjadi tanah.
Tangisan jadi makanan sehari hari mengelilingi mereka. Sampai kapan mereka seperti itu? Ketika di dalam hadits disebutkan muslim itu bersaudara. Sebagai “Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]
Itulah kaum muslim, ia terikat dengan namanya ikatan akidah, ikatan keimanan yang mempersatukan seluruh kaum muslim yang berkulit hitam maupun putih. Tapi ikatan tersebut dikalahkan dengan ikatan nasionalisme yang mempengaruhi negeri muslim lainnya.
Ikatan nasionalisme ini adalah ikatan yang lemah, ia akan bangkit ketika negaranya di serang. Ia tak peduli dengan negeri lainnya. Ketika negeri kaum muslim terpecah, Rasulullah sudah menggambarkan”Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan makanannya.” Lalu seseorang bertanya: “Apakah karena sedikitnya jumlah kita?” “Bahkan kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.” Seseorang bertanya: “Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?” Nabi SAW bersabda: “Cinta dunia dan takut akan kematian” (HR. Abu Dawud).
Itulah gambaran kaum muslim saat ini, ia berjumlah sangat banyak. Tapi tak mampu menghadapi musuh musuhnya. Begitulah ketika kaum muslim tak bersatu, ia akan mudah untuk dihancurkan. Dan tentunya ini sangat berbeda, ketika kaum muslim bersatu dalam kepemimpinan islam, maka semua musuh musuhnya takut akan islam itu sendiri.
Seperti yang dicontohkan oleh pemerintahan Sultan Abdul Hamid II, perwakilan Yahudi yang di pimpin Herzl selalu mendatangi Sultan untuk memberikan Palestina kepada bangsa Yahudi. Berbagai cara sampai dilakukan, akhirnya Sultan tidak mau menemui Herzl lagi.
Sultan pun mengeluarkan perkataan tegas “ Tanah itu adalah hak umat Islam. Sultan mengatakan, Umat Islam telah berjihad demi kepentingan Palestina. Mereka telah menyiraminya dengan darah mereka. Yahudi disilakan menyimpan harta mereka. Jika suatu saat kekhilafahan Turki Usmani runtuh, kemungkinan besar mereka akan bisa mengambil Palestina tanpa membayar harganya”.
Namun, kata Abdul Hamid II, selama masih hidup, dia lebih rela menusukkan pedang ke tubuhnya sendiri daripada melihat tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Khilafah Islamiyah.
Salah satu bukti dari kegemilangan Islam itu sendiri, ia akan melindungi kaum muslim lainnya dari negera penjajah.Tak akan membiarkan, kaum muslim mereka koyak. Berbagai upaya akan dilindungi oleh Khalifah.
Sekarang, tak ada namanya kepemimpinan islam. Kita berada di sebuah negeri yang terpecah-pecah menjadi 50 bagian. Sehingga pengurusan negerinya di urus oleh negeri itu sendiri. Itulah yang menyebabkan, persatuan kaum muslim retak akibat ikatan nasionalisme.
Sejatinya, ketika ikatan nasionalisme sudah merasuk ke dalam kaum muslim, maka kita akan melihat banyak dari saudara kita diserang oleh mereka. Mereka takkan pernah takut, bahwa ketika negara islam itu tiada, ia tidak akan mampu membantu muslim lainnya.
Berbagai serangan dilakukan mereka untuk mengelabui kaum muslim, mulai dari pemikiran sampai 3F yaitu fun, food, fashion mereka tancapkan ke negeri muslim. Dengan itulah, kaum muslim terlena akan kesenangan mereka. Kesenangan duniawi lebih mereka cintai, salah satunya yaitu mereka lebih rame pergi ke mall daripada sholat berjamaah, mereka lebih peduli konser musik daripada ke pengajian, mereka lebih senang mendengar musik daripada baca shalawat. Tak hanya itu saja, berbagai cara yang mereka lakukan lagi dengan makanan.
Makanan adalah sumber bagi tubuh manusia, ketika makanan yang halal kita makan. Maka, tubuh akan menjadi sehat. Sekarang, kita dibingungkan dengan adanya makanan tak berlabel halal masuk. Sehingga, kaum muslim yang awam. Ia akan mengambil apa saja untuk di makannya. Makanan yang jelas haram hukumnya pun masuk ke tubuh kita.
Tak hanya food dan fun, mereka juga mengkerdilkan pemahaman wanita muslimah. Bahwa, seorang muslimah itu harus gaul dan trendy dari segi pakaian. Ia tak boleh dikekang, ia harus tampil memukau. Akhirnya, muslimah pun menanggalkan kewajiban mereka menutup aurat. Demi kebebasan, mereka memakai pakaian yang terbuka dan bahkan bersolek ria. Mereka memperlihatkan aurat kepada lelaki asing yang bukan mahram mereka. Sehingga, hilanglah rasa malu mereka.Itulah strategi yang penjajah lakukan, agar kaum muslim takkan pernah bangkit.