BANJARMASIN – Selama triwulan I (Januari-Maret) 2022 telah terjadi 84 bencana di Kalimantan Selatan, terdiri atas 56 kali bencana sosial dan 28 bencana alam seperti banjir, angin puting beliung dan tanah longsor.
Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial, pada Dinas Sosial Kalsel Achmadi menyebutkan, akibat dari 84 kali bencana tersebut, menimbulkan kerugian yang ditaksir mencapai Rp 15,205 miliar. “Dari kerugian akibat bencana di Kalsel selama triwulan I tahun 2022 sebesar Rp 15,205 miliar itu, sebagian besar disebabkan bencana sosial yakni kebakaran pemukiman penduduk sekitar Rp 10,920 miliar, dan bencana alam Rp 4,285 miliar,” katanya.
Ia mengatakan, kerugian bencana sosial terbesar dialami Kota Banjarmasin mencapai Rp 3,050 miliar, Kabupaten Balangan Rp 1,960 miliar, Kabupaten Barito Kuala (Batola) sekitar Rp 1,410 miliar, dan Kabupaten Tabalong ditaksir sekitar Rp 1,350 miliar.
Kemudian, Kota Banjarbaru dan Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) masing-masing ditaksir Rp 700 juta, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) sekitar Rp 575 juta, sedangkan daerah lainnya kerugian kurang dari Rp 500 juta.
Frekuensi bencana sosial sendiri hingga triwulan I, terjadi 56 kali kebakaran terbanyak di Kota Banjarmasin 11 kali, disusul Kabupaten Batola sembilan kali, dan Kabupaten Tabalong tujuh kali.
Akibat bencana kebakaran itu, sebanyak 124 kepala keluarga (KK) atau 408 jiwa kehilangan tempat tinggal, dan satu meninggal dunia di Kota Banjarmasin. Selain itu, 92 rumah penduduk mengalami rusak total, 11 rumah rusak berat, dan 19 buah rumah rusak ringan.
Sedangkan kejadian bencana alam hingga triwulan I tahun 2022 tercatat sebanyak 28 kali, meliputi 14 kali banjir, tiga kali tanah longsor, dan 11 kali angin ribut atau lebih dikenal angin puting beliung.
Akibat bencana alam tersebut menyebabkan 14.711 KK atau 50.358 jiwa terdampak, dan satu orang meninggal dunia di Kabupaten HST.
Bencana alam tersebut mengakibatkan 37 rumah penduduk mengalami kerusakan berat, 59 rumah rusak sedang, dan 126 rumah rusak ringan, dengan kerugian ditaksir mencapai Rp 4,285 miliar, terbesar dialami Kabupaten Banjar sekitar Rp 3,210 miliar, di Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) Rp 415 juta, dan di Kabupaten Batola Rp 385 juta. Ani