Mata Banua Online
Selasa, Desember 23, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Bahasa Inggris dan Arah Kurikulum Pendidikan Indonesia

by Mata Banua
22 Desember 2025
in Opini
0
G:\2025\Desember 2025\23 Desember 2025\8\Opini Selasa\Salikun.jpg
Salikun, S.Pd., M.Kes (Dosen Poltekkes Kemenkes Semarang, Pengajar Mata Kuliah Bahasa Inggris)

Di tengah arus globalisasi yang kian deras, penguasaan bahasa Inggris telah menjelma menjadi kebutuhan mendasar bagi masyarakat dunia. Bahasa ini tidak lagi sekadar alat komunikasi tambahan, melainkan medium utama dalam pertukaran ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, dan budaya lintas negara. Di banyak negara, bahasa Inggris bahkan diposisikan sebagai bahasa kedua setelah bahasa nasional, sementara di negara lain digunakan sebagai bahasa resmi demi menjembatani keragaman etnis dan bahasa lokal.

Fenomena tersebut menunjukkan bahwa bahasa Inggris telah melampaui batas geografis dan identitas kebangsaan. Kachru dan Nelson (2011) membagi negara pengguna bahasa Inggris ke dalam tiga kelompok besar. Kelompok pertama adalah negara-negara yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa ibu, seperti Inggris, Amerika Serikat, Australia, dan Selandia Baru. Kelompok kedua adalah negara-negara yang secara historis memiliki keterkaitan institusional dengan Inggris, sehingga bahasa ini berperan penting dalam pendidikan, pemerintahan, dan budaya populer. Sementara kelompok ketiga adalah negara-negara yang memanfaatkan bahasa Inggris untuk kepentingan global, meskipun tidak menjadikannya sebagai bahasa utama dalam kehidupan sehari-hari. Indonesia berada dalam kategori terakhir ini.

Berita Lainnya

G:\2025\Desember 2025\23 Desember 2025\8\Opini Selasa\Muhammad Zakif.jpg

Maraknya Pergaulan Bebas Di Kalangan Siswa/Siswi Sekolah

22 Desember 2025
Berburu Wajib Pajak: Beban Rakyat di Tengah Krisis Anggaran

Kapitalisme Digital: Mesin Perusak Mental Generasi Indonesia

21 Desember 2025

Namun, dominasi bahasa Inggris secara global bukan semata-mata hasil agenda negara-negara penutur asli. McKay (2003) menegaskan bahwa meluasnya penggunaan bahasa Inggris justru didorong oleh kesadaran masyarakat dunia akan kebutuhan praktis terhadap bahasa ini. Akses terhadap jurnal ilmiah, teknologi digital, perdagangan internasional, hingga diplomasi global sebagian besar menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar utama. Tanpa penguasaan bahasa tersebut, suatu bangsa berisiko tertinggal dalam kompetisi global.

Pergerakan manusia lintas negara juga mempercepat penyebaran bahasa Inggris. Migrasi untuk kepentingan pendidikan, pekerjaan, maupun perlindungan politik mendorong individu dari berbagai latar belakang budaya untuk menguasai bahasa Inggris agar dapat bertahan dan beradaptasi di lingkungan baru. Proses penguasaan ini tidak selalu terjadi melalui jalur formal, melainkan juga melalui interaksi sosial yang intensif, media digital, dan kebutuhan praktis sehari-hari.

Menariknya, perkembangan bahasa Inggris tidak sejalan dengan bertambahnya jumlah penutur asli. Justru sebaliknya, mayoritas pengguna bahasa Inggris saat ini berasal dari negara-negara non-penutur asli. Graddol (2011) bahkan memprediksi bahwa dalam beberapa dekade ke depan, jumlah penutur bahasa Inggris sebagai bahasa kedua dan asing akan jauh melampaui penutur aslinya. Fakta ini menegaskan bahwa bahasa Inggris telah menjadi milik dunia, bukan lagi monopoli bangsa tertentu.

Mengapa Dipilih?

Di Indonesia, bahasa Inggris telah lama menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional. Pertanyaannya kemudian, mengapa bahasa ini yang dipilih? Mengapa bukan bahasa lain, termasuk bahasa kolonial masa lalu? Jawabannya tidak terlepas dari pertimbangan historis, politis, dan pragmatis. Bahasa Inggris dinilai memiliki daya jangkau internasional yang jauh lebih luas serta relevansi global yang kuat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penetapan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran di berbagai jenjang pendidikan merupakan langkah strategis untuk mempersiapkan generasi Indonesia agar mampu berinteraksi di panggung dunia. Tanpa kemampuan bahasa internasional, peluang untuk mengakses pengetahuan mutakhir dan membangun jejaring global akan sangat terbatas. Dalam konteks inilah bahasa Inggris diposisikan sebagai alat penghubung, bukan sebagai ancaman terhadap identitas nasional.

Namun, kuatnya pengaruh bahasa Inggris juga melahirkan kritik. Phillipson (1997) menyebut fenomena ini sebagai imperialisme linguistik, yakni situasi ketika suatu bahasa mendominasi secara global sehingga menciptakan ketergantungan. Bahasa Inggris tidak hanya hadir sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai industri besar yang membentuk cara berpikir, orientasi ekonomi, dan bahkan standar kesuksesan global.

Di Indonesia, kebutuhan terhadap bahasa Inggris kini tidak lagi bersifat formal semata. Dunia kerja, pendidikan tinggi, dan mobilitas internasional menjadikan penguasaan bahasa Inggris sebagai prasyarat utama. Tes-tes standar internasional seperti TOEFL dan IELTS menjadi “gerbang” yang menentukan akses seseorang terhadap pendidikan dan pekerjaan bergengsi. Akibatnya, pembelajaran bahasa Inggris tidak lagi cukup mengandalkan sekolah formal, tetapi juga didukung oleh menjamurnya lembaga kursus hingga ke daerah-daerah.

Dinamika

Sejarah kurikulum bahasa Inggris di Indonesia mencerminkan upaya panjang untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan zaman. Pada awalnya, pembelajaran lebih berfokus pada kemampuan membaca, dengan asumsi bahwa akses terhadap ilmu pengetahuan tertulis adalah tujuan utama. Namun pendekatan ini dinilai belum mampu membekali peserta didik dengan keterampilan komunikasi yang utuh.

Upaya perbaikan dilakukan melalui pengenalan pendekatan komunikatif, kurikulum berbasis makna, hingga kurikulum berbasis kompetensi. Setiap perubahan membawa harapan, sekaligus tantangan baru. Ketidaksiapan guru, ketidaksesuaian materi dengan konteks peserta didik, serta keterbatasan sarana menjadi kendala yang terus berulang.

Kurikulum berbasis sekolah memberikan otonomi kepada satuan pendidikan untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kondisi lokal. Namun, disparitas kualitas antar daerah membuat implementasinya tidak merata. Kurikulum 2013 sampai kemudian kurikulum merdeka kemudian hadir dengan pendekatan ilmiah dan pembelajaran berbasis masalah, yang menempatkan peserta didik sebagai subjek aktif dalam proses belajar.

Dalam konteks ini, bahasa Inggris tidak lagi diposisikan sekadar sebagai mata pelajaran, tetapi sebagai alat untuk mengekspresikan gagasan, menyampaikan pengetahuan, dan membangun daya pikir kritis. Peserta didik didorong untuk menggunakan bahasa Inggris dalam konteks nyata, sesuai pengalaman hidup dan budaya mereka sendiri.

Bahasa Internasional

Perkembangan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional membawa implikasi penting bagi kurikulum. Bahasa ini tidak lagi harus diajarkan dengan meniru budaya penutur asli. Justru, pembelajaran bahasa Inggris idealnya menjadi sarana bagi peserta didik untuk memperkenalkan identitas dan budaya lokal ke dunia global.

Pendekatan ini memberi ruang bagi peserta didik Indonesia untuk menggunakan bahasa Inggris sebagai alat komunikasi lintas budaya, baik dengan penutur asli maupun non-penutur asli. Dengan demikian, bahasa Inggris berfungsi sebagai jembatan, bukan sebagai alat homogenisasi budaya.

Pada akhirnya, tantangan terbesar pendidikan bahasa Inggris di Indonesia adalah menemukan keseimbangan antara tuntutan global dan kepentingan lokal. Kurikulum perlu terus dikembangkan agar tidak hanya menghasilkan individu yang fasih berbahasa Inggris, tetapi juga memiliki identitas, karakter, dan daya saing yang berakar pada nilai-nilai bangsa.

Bahasa Inggris memang membuka pintu dunia. Namun arah penggunaannya harus tetap berpijak pada tujuan pendidikan nasional: mencerdaskan kehidupan bangsa dan mempersiapkan generasi yang mampu berkontribusi secara bermartabat di tingkat global.

 

Mata Banua Online

© 2025 PT. Cahaya Media Utama

  • S0P Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper