Mata Banua Online
Kamis, Desember 11, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Tabalong : Si “Bumi Sarabakawa” dan Tantangan Kemiskinan

by Mata Banua
10 Desember 2025
in Opini
0

Oleh : Mita Nia

Tabalong yang juga dikenal dengan sebutan “Bumi Sarabakawa” merupakan salah satu kabupaten yang berada di ujung utara provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). Kabupaten Tabalong akhir-akhir ini mendapat perhatian karena mendapat peringkat ketiga tertinggi di kalsel dalam jumlah warga miskin di kabupaten tersebut yang mencapai 5,64%. Dikutip dari radarbanjarmasin.com berdasarkan data sosial 2025 jumlah penduduk miskin di Tabalong mencapai sekitar 17.714 orang. Untuk merespon kondisi ini, pemerintah kabupaten Tabalong menargetkan penurunan angka kemiskinan tahun anggaran 2025 menjadi 3,08 % – 3,47 %.

Berita Lainnya

D:\2025\Desember 2025\11 Desember 2025\8\8\Erwin Prastyo.jpg

SmartPeople, SmartTechnology, dan Masa Depan Pendidikan Kita

10 Desember 2025
Berburu Wajib Pajak: Beban Rakyat di Tengah Krisis Anggaran

Sistem Keluarga Rapuh Menghadang Negeri

10 Desember 2025

Dalam Bimtek aplikasi Silangkar yang diadakan di Aston Tanjung pada Rabu, 22 Oktober 2025 lalu, Bupati Tabalong H. Muhammad Noor Rifani menyampaikan bahwa salah satu pemicu yang membuat kemiskinan masih tinggi di Tabalong adalah pentingnya keakuratan data dan tepat sasaran. Sebab, dikarenakan data yang kurang lengkap atau tidak up to date membuat bantuan dan program sosial bisa meleset.

Berlatar belakang hal itu, Bimtek aplikasi Silangkar (Sistem Informasi Penanggulangan Kemiskinan Terpadu dan Terintegrasi) diadakan untuk mengoptimalkan penggunaannya bagi para operator desa dan kelurahan di Kabupaten Tabalong.

Ironi Dibalik Tingginya Investasi Tapi Justru Tinggi Angka Kemiskinan

Menarik untuk diperhatikan bahwa Tabalong yang merupakan kabupaten dengan potensi ekonomi di sektor pertambangan, perkebunan dan sumber daya alam yang cukup besar, hal tersebut ternyata tidak lantas menjadikan kesejahteraan masyarakat merata. Kabupaten Tabalong juga menjadi kabupaten yang memiliki daya tarik ekonomi yang tinggi dengan adanya brand besar atau perusahaan ternama yang membuka usaha di Kabupaten Tabalong baik dari sektor ritel seperti supermarket, restoran,maupun perusahaan industri dan pertaambangan, Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Tabalong dinilai memiliki kemampuan beli yang potensial. Ditambah, letak strategis wilayah ini yang berada di perbatasan Kalsel-Kaltim-Kalteng membuatnya menjadi jalur utama distribusi ekonomi dan logistik. Aktivitas pertambangan yang menarik banyaknya tenaga kerja dari luar Tabalong menjadikan kebutuhan kosnumsi meningkat, banyaknya perumahan yang tersedia,tempat-tempat hiburan dan makanan yang beragam menjadi bukti nyatanya. Tak heran, hal ini menarik bagi bisnis retail,kuliner, hingga jasa.

Dalam salah satu Jurnal Kebijakan Pembanguanan yang membahas bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap angka kemiskinan di Tabalong tahun 2018, dapat disimpulkan bahwa ternyata Pertumbuhan ekonomi dari tingginya investasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap angka kemiskinan hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi kemungkinan hanya akan menguntungkan sebagian kecil masyarakat saja dan meninggalkan sebagian besar masyarakat miskin, sehingga kenaikan perekonomian hanya dinikmati sebagian kelompok tertentu, sementara golongan masyarakat miskin tidak memperoleh kenaikan yang berarti.Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang terjadi lebih ditopang oleh sektor konsumsi dari pada peran investasi atau pembentukan modal, sehingga kualitas pertumbuhan tidak begitu baik untuk mengurangi angka kemiskinan.

Akibat Aturan Yang Lahir Dari Sistem Sekuler

Dalam sistem sekuler, yakni pemerintahan sipil modern yang memisahkan agama dari ranah publik dan menekankan kebijakan sosial-ekonomi sebagai instrumen utama, kemiskinan di Tabalong dapat dianalisa melalui beberapa lensa.

Program spesifik seperti bantuan pangan bagi keluarga miskin ekstrem, pelatihan kerja, pengembangan lahan produktif, dan program rumah layak huni menjadikan ketergantungan pada intervensi sosial. Bila intervensi hanya berupa pemberian bantuan pangan atau rumah layak huni tanpa pemberdayaan jangka panjang, maka hasilnya bisa hanya sementara.

Privatisasi beban keluarga. Program sering menitikberatkan “keluarga harus mandiri” tanpa memastikan sistem dan infrastruktur publik mendukung penuh.Pembangunan dan investasi yaang meningkat tentu membawa modal besar, tapi jika warga lokal tidak mendapat akses modal, pelatihan, peluang usaha, maka mereka tetap berada di posisi rentan ekonomi.

Salah satu ciri utama sistem sekulerkapitalis dalam menangani persoalan sosial, termasuk kemiskinan, adalah privatisasi tanggung jawab negaradi mana kesejahteraan masyarakat dipindahkan menjadi tanggung jawab masing-masing keluarga, bukan lagi kewajiban negara secara penuh.

Di Tabalong, investasi industri dan ekonomi berkembang pesat, banyak perusahaan besar berdiri, brand-brand nasional masuk tetapi justru program bantuan sosial pemerintah yang lebih di prioritaskan, artinya rakyat belum merasakan langsung manfaat dari pertumbuhan ekonomi.Masyarakat didorong mandiri secara ekonomi hal ini juga terlihat dari banyaknya pelatihan-pelatihan dan acara-acara untuk membantu masyarakat bisa membangun usaha sendiri hanya saja akses modal dan fasilitas masih terbatas.

Hal lainnya, yang juga perlu dibenahi adalah Data yang belum sempurna dan sering kali salah sasaran sebagaimana disampaikan Bupati Tabalong dalam Bimtek Silangkar, Para Operator dan perangkat desa diminta melakukan keakuratan dan kelengkapan data di aplikasi yang dirancang tersebut. Dalam hal ini tentu perlu kontrol yang tegas dari Pemerintah tidak hanya diserahkan begitu saja kepada operator dan perangkat desa untuk memastikan keakuratan data. Sebab yang terjadi di lapangan keberpihakan kebijakan lah yang menentukan apakah distribusi bantuan dapat menjamin pemerataan.

Bagaimaana harusnya Kita Berbenah Dalam Sudut Pandang Islam?

Islam memberikan perhatian besar dalam menjamin kesejahteraan rakyat. Dalam Islam, melihat kemiskinan bukan hanya sebagai persoalan ekonomi tetapi juga moral, sosial dan keagamaan penanganan kemiskinan di Tabalong perlu dikontekstualisasikan sesuai prinsip syariah.

Dalam Islam, negara bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyat, memastikan tidak ada penindasan, tidak ada yang terabaikan. Adanya perintah Zakât, sedekah dan waqaf, menjadi Sebagai instrumen penting dalam redistribusi kesejahteraan dalam sistem Islam. Pengelolaan Zakat, Infaq dan Sedekah oleh negara Islam menjadikan hilangnya kesenjangan ekonomi, sebab peruntukannya jelas diberikan kepada yang memang berhak mendapatkan.Dari Waqaf, dapat menjadi penyediaan fasilitas publik dsb.

Dalam Sistem Islam, mekanisme Zakat , Infaq dan Sedekah ini berjalan lancar sebab masyarakatnya telah terkondisikan dengan nilai-nilai Islam. Mereka mengerti Konsep amar ma’rûf nahi munkar, tidak hanya memberi bantuan, tetapi mendidik masyarakat agar berpartisipasi aktif dalam kebaikan. Dari dorongan pemahaman inilah orang-orang kaya atau aghnia dalam sistem Islam berlomba-lomba mengeluarkan hartanya untuk menolong sesama. Ini yang menjadikan kas baitul mal dalam negara Islam tidak pernah kosong tanpa harus memungut pajak dari rakyatnya.

Tidak hanya itu, dalam Islam setiap siapapun yang mau belajar, bekerja, melakukan penelitian akan difasilitasi oleh negara tanpa takut dikenakan biaya yang tinggi. Pemberdayaan manusia, setiap individu punya potensi untuk diangkat martabatnya melalui pendidikan, akhlak, dan kerja. Maka dalam Islam potensi-potensi tersebut akan diarahkan dan diberi dukungan untuk bisa menjadi kebermanfaatan untuk umat sehingga dari berbagai potensi dan keahlian-keahlian ini tercipta lapangan-lapangan kerja yang memadai. Negara dalam sistem Islam memastikan rakyatnya tidak berpaku pada bantuan tetapi bisa berdaya dan difasilitasi.

Catatan Akhir

Kita harus melihat lebih dalam dan menyadari bahwa masalah kemiskinan di Kabupaten Tabalong bukan hanya persoalan angka melainkan tantangan multidimensional, ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, dan nilai.

Melihat ironisme tadi, dimana wilayah yang pertumbuhan ekonominya tinggi tetapi justru menjadi wilayah yang tinggi angka kemiskinannya tentu adalah sebuah ketimpangan sosial. Maka ini menjadikan kita harus berkaca pada soulsi-solusi yang selama ini dilakukan, apakah sudah menyelesaikan akar masalahnya ataukah ternyata hanya mematikan cabang-cabangnya saja.

Sebagai Muslim sudah seharusnya kita kembali pada tuntunan Rasulullah, memegang teguh ajaran beliau dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam berneara. Dari Islam, solusi harus membumi dalam keadilan, akhlak, dan pemberdayaan manusia sebagai makhluk mulia.

Jika kedua pendekatan ini bisa dijalankan secara bersinergi yakni kebijakan publik yang informatif dan inklusif, serta pendekatan moral-keagamaan yang membangun kesadaran maka Tabalong tidak hanya akan keluar dari peringkat ketiga kemiskinan, tetapi akan menjadi kabupaten yang tahan terhadap kemiskinan, mandiri secara ekonomi, dan kuat secara nilai.

Wallahu’alam bisshawab…

 

Mata Banua Online

© 2025 PT. Cahaya Media Utama

  • S0P Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper