Mata Banua Online
Jumat, November 28, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Menghadirkan Kesehatan dengan Meneladani Nabi

by Mata Banua
27 November 2025
in Opini
0
D:\2025\November 2025\28 November 2025\8\8\nanang qosim.jpg
Nanang Qosim, S.Pd.I.,M.Pd (Dosen Agama Islam Poltekkes Kemenkes Semarang, Takmir Masjid, Peneliti dan Kolumnis)

Kesehatan merupakan karunia agung yang didambakan semua manusia. Ketika seseorang sakit, terlebih jika penyakitnya berat, maka pasti ia rela melakukan berbagai cara, bahkan sampai mengeluarkan biaya besar dan waktunya habis demi kembali sehat. Artinya, manusia baru memahami betapa mahalnya sehat ketika tubuh mulai melemah, kesakitan, atau ketika tim medis mulai menyebutkan istilah-istilah medis yang menyebut penyakitnya sehingga menjadi beban pikiran. Sayangnya, umumnya manusia sering mengabaikannya nikmat sehat dan waktu luangnya, sebagaimana ditegaskan Rasulullah Saw: “Ni‘matni maghbknun f+him kats+run minan-ns: ash-shihhah wal-fargh.” (HR. Bukhari). (Dua nikmat yang paling sering disia-siakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang).

Islam memandang tubuh manusia sebagai amanah. Hal ini sejalan dengan prinsip umum dalam Al-Qur’an yang mendorong manusia menjaga dirinya dari kerusakan (mafsadat). Ketika Allah berfirman, “Wa l tulqk bi ayd+kum ila at-tahlukah,” (Dan janganlah kalian menjatuhkan diri kalian sendiri ke dalam kebinasaan). Ayat tersebut mengajak manusia untuk menjauh dari perilaku yang mencelakakan fisik maupun mentalnya. Karena itu, seluruh ajaran Nabi Muhammad Saw yang berkaitan dengan gaya hidup, sekalipun tampak sederhana, semuanya mengandung orientasi menjaga keberlangsungan hidup. Nabi Muhammad Saw memberikan teladan pola hidup sehat yang memadukan kecerdasan fisik, emosional, dan rohani.

Berita Lainnya

D:\2025\November 2025\28 November 2025\8\8\foto opini 1.jpg

Monoplay Melati Pertiwi Hadirkan Pahlawan Perempuan Lewat Monolog

27 November 2025
D:\2025\November 2025\27 November 2025\8\8\nanang qosim.jpg

Urgensi Kesehatan dalam Perspektif Islam

26 November 2025

Di antara praktik yang paling terlihat adalah salah satunya puasa. Puasa bukan sekadar ritual menahan lapar dan haus, melainkan latihan pengendalian diri yang menyehatkan tubuh sekaligus jiwa. Sabda Nabi “Shkmk taci%%k” memberi penjelas bahwa puasa memiliki dimensi kesehatan yang sangat kuat dan teruji. Kini dunia kedokteran atau medis mengenal mekanisme “autophagy”, proses tubuh memperbaiki dirinya ketika tidak dibebani makanan secara berlebihan. Sains modern baru menamai dan menjelaskan proses itu, sementara Nabi telah mempraktikkannya jauh sebelumnya. Nabi Muhammad Saw. berpuasa Senin-Kamis, menjalankan puasa Daud, dan mengajarkan pola makan yang sangat terukur. Maka tak heran banyak ulama mencatat bahwa sepanjang hidupnya Rasulullah Saw. tidak pernah mengalami penyakit berat yang melemahkan.

Namun kesehatan ala Nabi tidak berhenti pada puasa. Nabi Muhammad Saw juga menekankan pentingnya menjaga perut. Sabdanya yang terkenal, “al-m’idatu baytud-d’, wal-himyaru ra’su kulli daw’ (HR. Dailami), (lambung manusia itu tempatnya segala penyakit, sedangkan pencegahannya itu pokok dari segala pengobatan). Hadits ini memberi petunjuk bahwa “ al-m’idatu “ berarti; lambung (ventrikulus), yang dalam bahasa Inggris disebut “stomach” merupakan salah satu organ-organ pencernaan dan tempat penyakit. Artinya, nabi menegaskan seolah menjadi peringatan agar manusia tidak memperlakukan perut sebagai tempat penampungan tanpa batas.

Rasulullah Saw, dalam sirah nabawiyah (sejarah nabi) dikenal tidak pernah sakit, salah satu rahasianya adalah karena sangat menjaga makanannya, sebagaimana sabdanya: “Nahnu qawmun l na’kulu %att najk‘a, wa idz akaln l nasyba‘.”(HR. Abu Daud). (Kita ini golongan umat yang makan karena sudah lapar dan berhenti makan sebelum kenyang). Bahkan Nabi sendiri makan sekadarnya, berhenti sebelum kenyang, dan memilih jenis makanan yang alami serta mudah dicerna.

Di era sekarang, penekanan tersebut terbukti dan sangat relevan. Ketika pola hidup serba cepat memaksa orang makan tergesa-gesa, bahkan mengganti makanan dengan minuman manis secara terus menerus, penyakit metabolik pun melonjak seperti diabetes, hipertensi, kolesterol tinggi, hingga serangan jantung menjadi fenomena umum terjadi di sekitar kita. Dan sungguh kehidupan sekarang ini, menciptakan kebiasaan yang berlawanan dengan makanan yang diajarkan Nabi Muhammad Saw.

Gaya hidup Nabi yang tampak sangat sederhana dan konsisten menyimpan filosofi kesehatan yang mendalam. Nabi tidak pernah makan dan minum berlebih. Setiap makanan dikunyah perlahan, ditimbang manfaatnya, dan selalu terkait dengan kesadaran spiritual. Bahkan membaca Basmalah sebelum makan juga menjadi pembiasaan. Rasulullah Saw, bersabda: “Kullu amrin dh+ blin l yubda’u bismillhi fahuwa aqm’ ”(Setiap perkara yang penting, jika tidak dimulai dengan bismillah, maka perkara itu tidak ada berkahnya). Para ulama sepakat bahwa membaca basmalah itu sunnah dibaca pada setiap melakukan pekerjaan dalam semua aspek kehidupan.

Oleh karena itu, sebelum makan dan minum, hendaknya kita menyebut nama Allah swt dengan membaca “bismillahirrahmanirrahim” dan jika lupa Rasulullah Saw mengingatkan dengan sabdanya: “Idz akala a%adukum falyadzkur ismallhi ta‘l. Fa in nasiy an yadzkur ismallhi ta‘l f+ awwalihi, faly aqul: Bismillhi awwalahu wa khirahu.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi), (Apabila salah seorang di antara kamu hendak makan dan minum, hendaklah membaca bismillahirrahmanirrahim, maka apabila ia lupa membaca bismillah pada permulaan makan dan minum, hendaklah membaca bismillahi awwaluhu wa akhiruhu). Ini menunjukkan pentingnya membaca basmalah disetiap memulai aktifitas yang bernilai ibadah.

Menyebut nama Allah bukan sekadar ritual verbal; tetapi harus menghadirkan mindfulness (kesadaran penuh) sehingga seseorang makan dengan senang, tenang dan berhenti pada waktunya. Ketika lupa menyebut Bismillah pada saat makan, Nabi mengajarkan “Bismillhi awwaluhu wa khirahu”, memperlihatkan bahwa makan tidak sekedar kegiatan fisik, tetapi keistiqoman yang terhubung dengan nilai ilahiah.

Syukur setelah makan dengan mengucap “Alhamdulillh” menjadi peneguhan penting bahwa makan tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga membangun hubungan emosional antara manusia dan Tuhannya. Rasa syukur semacam ini, menurut banyak psikolog, memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan mental. Ia meredakan kecemasan, menenangkan sistem saraf, dan membantu tubuh berfungsi lebih stabil.

Prinsip kebersihan dalam Islam pun sejalan dengan tujuan menjaga kesehatan. Nabi memberi perhatian luar biasa kepada kebersihan mulut. Nabi bersada “tasawwakk fa innas-siwka muthahhirun lil-fami mardhiyyun lir-rabbi” (HR. Ibn Majah), menegaskan bahwa siwak bukan sekadar alat pembersih gigi, tetapi praktik yang membawa ridha Allah sekaligus kesehatan fisik. Hari ini, penelitian medis menghubungkan kesehatan gigi dan mulut dengan kesehatan jantung, metabolisme, bahkan ginjal serta kualitas hidup pada umumnya. Kebiasaan bersiwak, dalam konteks modern menggosok gigi (sikat gigi) secara rutin, menjadi bukti bahwa kesehatan dalam Islam dimulai dari disiplin kecil yang dilakukan setiap hari.

Tak kalah penting, Islam memandang kesehatan sebagai perpaduan antara tubuh, jiwa, dan relasi sosial. Nabi menganjurkan sedekah sebagai salah satu ikhtiar kesembuhan: “$accink amwlakum biz-zakti, wa dwk markum bic-cadaqah, was-taqb+lk amwjal-bal’ bid-du‘’ wa at-ta

arru’.” (HR, Abu Daud). (Peliharalah harta bendamu dengan cara mengeluarkan zakat, dan obatilah penyakitmu dengan bersedeqah, dan hadapilah bertubi-tubi cobaan dengan do’a dan merendahkan diri kepada Allah). Melalui wasilah sedekah penyakit dan sakit yang diderita seseorang bisa hilang dan kembali sehat kembali. Selain itu juga, sedekah membuka jalan kelapangan hati, memperluas empati, dan menurunkan tekanan emosional. Sebab banyak penyakit tidak lahir dari tubuh semata, tetapi dari pikiran yang penat dan batin yang tertekan. Sedekah menjadi terapi jiwa yang senantiasa menghubungkan manusia dengan rasa cukup dan ketenangan.

Jika sebagian ajaran di atas dirangkai dengan penuh kesadaran dan dengan niat ittiba’ al-Rasul, maka kita menemukan sebuah pola hidup yang sangat sistematis. Rasulullah Saw. mempraktikkan prinsip kesehatan yang holistik sebelum konsep itu populer di dunia kedokteran modern. Nabi Muhammad Saw. memberi teladan tentang pola makan, kedisiplinan waktu, kebersihan anggota tubuh, ketenangan spiritual, dan keseimbangan mental, dan semuanya dilakukan dengan kesederhanaan, tanpa kemewahan, tanpa teknologi canggih, tetapi berbuah kesehatan yang paripurna. Bahkan, pola hidup ini bisa dijalankan siapa saja tanpa biaya besar.

Maka di era sekarang, ketika makanan cepat saji mendominasi, ketika hiburan digital menunda tidur, ketika stres menjadi bagian tak terpisahkan dari ritme kerja, ajaran Nabi menjadi oase penting untuk kembali dilatih untuk dilakukan. Menghadirkan nikmat sehat ala Nabi berarti mengembalikan diri pada ritme hidup yang proporsional. Makanlah dengan baik, bergizi, halal serta proporsional, kendalikan konsumsi gula dan lemak, perhatikan kebersihan gigi dan mulut, latih kedisiplinan melalui puasa, dan lapangkan hati dengan sedekah. Semua itu bukan sekadar anjuran yang statis, tetapi pedoman medis yang dinamis yang telah teruji lintas zaman.

Akhirnya, sehat bukan hanya milik orang kuat, tetapi milik mereka yang sadar. Rasulullah Saw. telah menunjukkan bahwa menjaga kesehatan adalah bagian dari ibadah, dan tubuh adalah amanah yang wajib dipelihara. Dengan meneladani Nabi Muhammad Saw, kita tidak hanya menjaga organ tubuh, tetapi juga menata jiwa. Sehat dalam Islam tidak sekadar bebas penyakit, melainkan kondisi ketika tubuh, hati, dan ruh berjalan selaras menuju Allah. Dan semoga kita menjadi hamba yang mampu mensyukuri nikmat sehat sebelum ia pergi meninggalkan kita. Semoga.

 

Mata Banua Online

© 2025 PT. Cahaya Media Utama

  • S0P Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper