Mata Banua Online
Jumat, November 28, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
Mata Banua Online
No Result
View All Result

45 Persen Bansos Salah Sasaran

by Mata Banua
26 November 2025
in Ekonomi & Bisnis
0
D:\2025\November 2025\27 November 2025\7\7\ok 2.jpg
SASARAN PENERIMA MAFAAT – Kementerian Sosial saat ini melakukan pemutakhiran Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) sebagai syarat utama untuk memperbaiki ketepatan sasaran bantuan sosial. Hal ini mengingat bantuan sosial selama ini hampir 45 persen penyaluran bansos tidak tepat sasaran.(foto:mb/ant)

JAKARTA – Kementerian Sosial mene­gas­kan pemutakhiran Data Tunggal Sosial Eko­nomi Nasional (DTSEN) sebagai syarat uta­ma untuk memperbaiki ketepatan sasaran bantuan sosial.

Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menyebut hasil evaluasi Dewan Eko­nomi Nasional (DEN) yang menemukan 45 persen penyaluran bansos tidak tepat sa­saran harus dijadikan dasar pembenahan me­n­yeluruh.

Berita Lainnya

D:\2025\November 2025\27 November 2025\7\7\hal 7 - 2 klm (Bawah).jpg

Serikat Buruh Menanti Kepastian UMP 2026

26 November 2025
D:\2025\November 2025\27 November 2025\7\7\ok 1.jpg

Harga Cabai Rawit Rp51.150/kg, Telur Ras Rp31.750/kg

26 November 2025

Dalam rapat koordinasi pengelolaan DTSEN di Kantor Gubernur Jawa Tengah, Se­ma­rang, Selasa Gus Ipulmenjelaskan Ke­menterian Sosial melakukan pengecekan la­pa­ngan terhadap 12 juta Keluarga Penerima Manfaat.

“DEN mengumpulkan berbagai data ban­sos dan subsidi sosial, yang mana 45 per­sennya ditengarai bansos ini tidak tepat sa­saran. Kami menganggap ini satu ma­suk­an,” ujarnya di hadapan para kepala dae­rah.

Ia mengatakan, pengecekan tersebut me­libatkan pendamping, petugas Badan Pu­sat Statistik, dan pemerintah daerah. Dari 12 juta KPM yang diverifikasi, sebanyak 1,9 juta dinyatakan tidak layak menerima ban­tuan.

Gus Ipul juga menyoroti temuan pe­ne­rima bansos di Jawa Tengah yang tercatat hi­ngga 18 tahun, bahkan lintas generasi. “Bay­angkan, itu ada yang 18 tahun, 17 tahun, 16 tahun. Mungkin itu turun dari ba­paknya ke anaknya kemudian ke cu­cunya,” ucapnya.

Ia menerangkan sebelum DTSEN di­lun­curkan, banyak lembaga negara dan pe­me­rintah daerah menyusun data sosial ma­sing-masing sehingga menimbulkan ke­ti­dak­sinkronan. “Indonesia merdeka sudah le­bih dari 80 tahun, datanya kita masih be­lum sepenuhnya solid,” katanya.

Menurut dia, peluncuran DTSEN ber­tu­juan menyatukan basis data sosial agar ke­bi­jakan subsidi dan bantuan dapat ber­basis bukti.

Gus Ipul menekankan DTSEN harus di­perbarui secara berkala karena dinamika so­sial terus berubah. Ia meminta kepala dae­rah terlibat aktif dala proses pemu­tak­hiran, sekaligus mengajak masyarakat mem­perbarui data secara mandiri melalui situs web DTSEN. “Dengan DTSEN, pe­me­rintah tidak lagi bekerja berdasarkan opi­ni atau desakan politik, tapi pada evidence ba­sed social policy,” ujarnya. rep/mb06

 

Mata Banua Online

© 2025 PT. Cahaya Media Utama

  • S0P Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper