
RANTAU-Kasus Diabetes Melitus (DM) di Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan, terus meningkat dan kini menjadi penyakit dengan prevalensi peringkat dua di Kalsel.
Kepala Dinas Kesehatan Tapin, Noor Ifansyah menyebutkan, Dinas Kesehatan Tapin mencatat jumlah pasien diabetes hingga Oktober 2025 mencapai 3.053 orang, naik dibanding 2024 sebanyak 2.939 pasien dan didominasi warga berusia di atas 40 tahun.
“Perubahan pola penyakit dalam sepuluh tahun terakhir menjadi indikator kuat pergeseran risiko kesehatan masyarakat,” ujarnya di Rantau.
Jika sebelumnya, ucap Ifansyah, penyakit menular seperti diare mendominasi wilayah Tapin, kini digantikan oleh Penyakit Tidak Menular (PTM) dengan diabetes sebagai peringkat pertama.
“Sekarang paling banyak itu DM. Dalam lima besar juga ada gangguan jiwa. Artinya pola penyakit kita sudah berubah,” katanya.
Karena itu, kata dia, Dinkes Tapin memperkuat strategi deteksi dini melalui pelayanan pemeriksaan kesehatan keliling.
“Setiap hari tim keliling ke kantor-kantor melakukan pemeriksaan. Cek gula darah, kolesterol, tekanan darah, semuanya untuk deteksi dini,” ujarnya menambahkan.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Tapin Puji Winarta mengatakan, rendahnya kesadaran masyarakat menjadi penyumbang utama tingginya kasus diabetes.
Menurutnya, banyak masyarakat enggan melakukan pemeriksan kesehatan secara berkala, kurang memperhatikan pola makan, serta minim aktivitas fisik.
“Padahal diabetes bisa dicegah dengan langkah sederhana asal konsisten. Tantangan kita adalah membangun kesadaran itu, karena perubahan perilaku tidak bisa instan,” ucapnya.
Piju menyebutkan, upaya pencegahan dilakukan melalui kampanye Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), edukasi di sekolah dan tempat kerja, serta pembiasaan gaya hidup sehat tanpa rokok.
Bagi penderita diabetes, kata Puji, penanganan dilakukan secara menyeluruh meliputi edukasi gizi, aktivitas fisik, hingga terapi obat atau insulin.
“Kunci utama keberhasilan program pencegahan berada pada kesadaran masyarakat. Anggaran tentu ada porsinya, tetapi faktor terbesar tetap perilaku,” ujar Puji.{[an/mb03]}

