Mata Banua Online
Senin, November 17, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Muhammadiyah dan 113 Tahun Kontribusi untuk Indonesia

by Mata Banua
16 November 2025
in Opini
0

Oleh: Edy M Yakub

Ibarat kakak-adik, Muhammadiyah dan NU adalah gerakan Islam terbesar di dunia yang saling melengkapi, karena basis pendirian kedua organisasi kemasyarakatan itu memang berbeda latar belakang, tapi keduanya bisa saling menyempurnakan dalam dakwah.

Berita Lainnya

D:\2025\November 2025\17 November 2025\8\8\8\master opini.jpg

Kain Sasirangan dan Alam Belangian Jadi Daya Tarik Wisata Meratus

16 November 2025
D:\2025\November 2025\14 November 2025\8\oPINI jUMAT\Ahmad Mukhallish Aqidi Hasmar.jpg

Paradoks Pahlawan di Negeri Reformasi

13 November 2025

Sebagai kakak, Muhammadiyah memang lahir lebih dulu pada 18 November 1912 atau tahun ini berusia 113 tahun (1912-2025), sedangkan NU (Nahdlatul lama) dilahirkan 4 tahun kemudian, yakni 31 Januari 1926, meski embrio NU sudah ada sejak 1914 (Nahdlatul Wathan), atau bahkan pesantren (abad 15).

Dikatakan saling melengkapi, karena basis pendiriannya memang tidak sama dan cenderung saling menyempurnakan. Muhammadiyah lahir sebagai persyarikatan dengan latar belakang Al-Qur’an Surat Al-Maun yang “dibumikan” oleh KH Ahmad Dahlan.

Dalam usia 113 tahun, kali ini, KH Ahmad Dahlan yang nama aslinya Muhammad Darwis itu mampu menjadikan Surat Al-Maun tentang “pendusta agama” itu menjadi implementatif dalam gerakan Muhammadiyah yang mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara menuju kemajuan umat Islam dan bangsa.

Hal itu berbeda dengan NU yang lebih merupakan “kebangkitan ulama”, sehingga gerakannya berbasis pesantren atau pendidikan/madrasah. Keduanya saling melengkapi dalam dakwah, karena Islam memang memadukan keimanan (hablumminallah) dan kebaikan sesama (hablumminannas).

Keduanya bisa berjalan seiring. Muhammadiyah pada sisi gerakan pendidikan modern, NU pada sisi pendidikan tradisional. Muhammadiyah pada sisi kesehatan/kemanusiaan yang modern (hablumminannas), NU pada sisi ajaran keagamaan pada skala desa (hablumminallah). NU fokus pada sisi religi, Muhammadiyah pada sisi sosial-kemasyarakatan.

Faktanya, Muhammadiyah telah menunjukkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang sangat dinamis, hingga peran di Malaysia dan Australia. Ratusan sekolah dari taman kanak-kanak sampai universitas telah dibangun.

Pada aspek kesehatan, ratusan rumah sakit sampai klinik dibangun oleh Muhammadiyah dalam menghadirkan gerakan nyata dalam persoalan kesehatan. Pada tahun 1923, Muhammadiyah telah mendirikan PKU (Penolong Kesengsaraan Umum) untuk melayani dhuafa’ di Yogyakarta sebagai embrio rumah sakit Muhammadiyah.

Bahkan, rumah sakit pun dilengkapi dengan pendirian panti asuhan dan rumah miskin. “Teologi Al-Ma’un ala KH Ahmad Dahlan pun berkembang dalam gerakan Trisula Muhammadiyah abad kedua,” kata aktivis IMM Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Asyraf Al Faruqi Tuhulele.

Trisula Abad Kedua Muhammadiyah adalah Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu), Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM), dan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC).

Trisula Lazismu

Jika merujuk laman Lazismu pada tahun 2019 sampai pertengahan 2020, lembaga itu secara nasional merilis data zakat terkumpul sampai Rp239.003 miliar yang disalurkan kepada masyarakat, meski Lazismu secara formal berdiri dengan SK Menteri Agama RI Nomor 90 Tahun 2022.

Selain itu, Lazismu juga mengambil peran dalam menyukseskan pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang dicanangkan oleh pemerintah, dengan mengambil lima peranan dari 17 tujuan (pendidikan, ekonomi, kesehatan, dakwah, dan kemanusiaan). Semua itu diwujudkan dalam program konkret, seperti Sekolah Cerdas, EdutabMu, dan Timbang.

Sekolah Cerdas atau Sekolah Ceria, Damai, dan Siaga Bencana merupakan sekolah yang mengintegrasikan persiapan sekolah dengan risiko bencana dan kekerasan, yang mengajarkan mitigasi risiko melalui budaya dan kebijakan.

EdutabMu merupakan sebuah program pendidikan dengan basis teknologi dalam melakukan percepatan kualitas pendidikan, saat pandemi. Program ini memiliki tujuan mengentaskan masalah kesenjangan dalam akses teknologi di berbagai daerah.

Lain halnya dengan Timbang atau Tingkat Kemampuan Gizi Seimbang (Timbang), program ini berkolaborasi dengan Nasyiatul Aisyiah dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya melakukan pencegahan stunting, dengan menyusun rancangan aksi di tingkat desa sampai pusat.

Dengan tiga program itu, Lazismu sebagai salah satu dari Trisula Abad Kedua Muhammadiyah pun menerima penghargaan pemenang terbaik satu dalam “Indonesia’s SDGS Action Awards 2022”.

Tidak hanya peran dalam skala nasional, Lazismu juga menjalankan misi kemanusiaan pada skala global, seperti di Palestina, Inggris, India, Australia, Singapura, dan sebagainya.

Selan itu, Lazismu bersama “Trisula” MDMC juga berkolaborasi dalam “Muhammadiyah AID” untuk membantu korban bencana, mengadakan program kurban di negara-negara konflik, seperti Rohingya dan Afrika, mengikuti konferensi internasional dalam membangun kesadaran berzakat, dan memberikan donasi di Gaza, Palestina, berupa air bersih, obat-obatan, dan alat kesehatan.

Muhammadiyah AID

Secara normatif, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) memiliki tugas, sesuai namanya, yakni akselerasi pemberdayaan masyarakat di berbagai daerah melalui diklat (pendidikan dan pelatihan) dengan pendekatan ekologi perkembangan manusia.

Terkait hal ini, garapan MPM ada empat poin, yaitu memberikan penyadaran kepada masyarakat mengenai hak dan kewajibannya sebagai seorang warga negara, melakukan pengembangan kebutuhan dasar/pendapatan masyarakat yang termarjinalkan, menjadi advokator kebijakan terkait kaum termarjinalkan, dan melakukan pengembangan pusat krisis yang membangun pusat pemulihan di tingkat wilayah dalam merespons cepat terhadap problem masyarakat.

Misalnya, di Lampung, dalam rentan waktu 10 tahun, dari 2010-2020, MPM telah menjalankan program menanam 1.000 pohon cemara laut, memberikan bimbingan teknis mengenai peternakan, perkebunan, perikanan, dan pertanian.

Contoh lain, di Kabupaten Sorong, Papua, MPM menginisiasi pemekaran wilayah agar suku Kokoda memiliki daerah administrasi yang formal. Di sini, MPM berperan sebagai advokator (melakukan pendampingan) pada pemerintah kabupaten.

Selain itu, MPM juga mengadakan diskusi publik mengenai pertanian dalam rangka menghadapi kondisi El-Nino. Muhammadiyah juga menyiapkan Sekolah Kader Pemberdayaan Masyarakat (SEKAM) bagi kader-kader untuk melahirkan aktor yang melakukan pendampingan masyarakat.

Selain MPM, “Trisula” MDMC pun bergerak dengan fokus pada lembaga resiliensi kebencanaan, tanggap darurat, serta rehabilitasi pascabencana. Lembaga ini aktif merespons berbagai bencana, mulai dari banjir, longsor, gempa bumi, kebakaran, dan bencana alam lainnya.

Tentu saja, anggota MDMC dibekali dengan kemampuan SAR, kesehatan, dapur umum, sosialisasi, penyaluran logistik, pembuatan jembatan darurat, hunian darurat, sampai psikososial.

Saat pandemi, MDMC membuat gerakan “One Muhammadiyah One Response” (OMOR) bersama Lazismu sebagai garda depan dalam memberikan pelayanan bagi penderita COVID-19. Selain itu, MDMC juga mengadakan pengobatan gratis keliling di beberapa daerah.

Jaringan “Muhammadiyah AID” juga dibentuk dalam skala internasional, yang bergerak dalam ruang konflik sosial dan peperangan, seperti dalam konflik di Myanmar dan Bangladesh dalam membantu masyarakat Rohingya, di Filipina ketika terjadi konflik antara pemerintah dan MORO, kemudian konflik di Thailand Selatan, dan Palestina.

Jadi, Muhammadiyah sebagai organisasi Islam tertua di Indonesia yang berusia satu abad lebih itu telah mewujudkan aksi nyata dalam persoalan kemanusiaan bagi Indonesia dan dunia, sekaligus memberi kontribusi yang responsif selama 113 tahun dalam sektor pendidikan, kesehatan, dan pendampingan atau kemanusiaan. (ant)

 

Mata Banua Online

© 2025 PT. Cahaya Media Utama

  • S0P Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper