Mata Banua Online
Jumat, November 14, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Jawaban Islam terhadap Krisis Kemanusiaan di Sudan

by Mata Banua
13 November 2025
in Opini
0

Oleh: Airin Elkhanza (Aktivis Dakwah Gen Z)

Konflik antara militer Sudan (SAF) dan pasukan paramiliter (RSF) telah memaksa jutaan warga meninggalkan rumah mereka sejak meletusnya konflik di tahun 2023. Menurut laporan terkini Aljazeera.com (06/11/2025), sekitar 80 ribu warga terpaksa meninggalkan rumah mereka setelah kelompok paramiliter Rapid Support Forces (RSF) menguasai kota El-Fasher, menandai babak baru memburuknya krisis kemanusiaan di Sudan.

Berita Lainnya

D:\2025\November 2025\14 November 2025\8\oPINI jUMAT\Ahmad Mukhallish Aqidi Hasmar.jpg

Paradoks Pahlawan di Negeri Reformasi

13 November 2025
D:\2025\November 2025\13 November 2025\8\Opini Kamis\master opini.jpg

Motor Brebet dan Cerminan Kegagalan Sistem Sekuler Kapitalis

12 November 2025

Kantor Hak Asasi Manusia PBB pun melaporkan terjadinya kekejaman ekstrem setelah pasukan paramiliter melakukan serangan besar ke kota El-Fasher. Juru bicara PBB Seif Magango mengungkap bahwa lembaganya menerima laporan tentang eksekusi tanpa proses hukum, pembunuhan massal, pemerkosaan, penyerangan terhadap petugas kemanusiaan, penjarahan, penculikan, hingga pengusiran paksa. (UN News, 31/10/2025)

Di tengah krisis kemanusiaan yang melanda ini mereka juga tengah menghadapi bencana kelaparan. Dikutip dari Aljazeera.com (04/11/2025), Lembaga IPC mengeluarkan peringatan bahwa diperkirakan tingkat kelaparan akan meningkat tajam dalam beberapa bulan mendatang seiring meningkatnya konflik yang terjadi dan menyusutnya pendanaan bantuan internasional. (Aljazeera, 4/11/2025)

Nasib Tragis Negara yang Kaya

Sudan adalah negara terbesar ketiga di Afrika, dengan luas wilayah sekitar 1.886.068 km² dan mayoritas penduduknya ialah muslim. Negeri ini memiliki potensi alam luar biasa, seperti cadangan emas yang diperkirakan 1.550 ton. Selain itu, Sudan memiliki sumber daya mineral lain seperti kromit, besi, tembaga, seng, timah, batuan industri (misalnya gipsum), dan potensi gas alam.

Posisi geografis Sudan juga strategis, terletak di timur laut Afrika dan berbatasan dengan tujuh negara diantaranya Libya, Chad, Republik Afrika Tengah. Ini menjadikan Sudan sebagai jalur perdagangan.

Ironisnya dengan luas wilayah, kekayaan sumber daya, dan posisi yang strategis ini tidak menghadirkan kesejahteraan kepada warga Sudan, melainkan menjadi sumber konflik dan perebutan pengaruh. Negara Barat pun tidak luput dari percaturan kepentingan di negeri kaya ini. Tentu muncul pertanyaan, apa yang sebenarnya terjadi di Sudan? Kenapa krisis kemanusiaan yang panjang terjadi di negara tersebut?

Alur Konflik dan Perebutan Pengaruh

Meski di permukaan hanya dilihat sebagai konflik internal terutama antara RSF dan ASF, tetapi sebenarnya krisis Sudan tak lepas dari intervensi kekuatan asing. Negara-negara besar diantaranya seperti AS dan Inggris memiliki kepentingan strategis terhadap sumber daya Sudan, terutama emas dan posisi geografisnya yang vital.

Melalui dukungan terhadap pihak-pihak tertentu, kekuatan global itu berusaha mempertahankan pengaruhnya. Beberapa negara sekutu mereka pun ikut terlibat, ini memperkuat kesan bahwa Sudan telah menjadi ajang perebutan kepentingan ekonomi dan politik global.

Dan muncul dugaan kalau konflik tersebut sengaja dirawat demi mempertahankan kepentingan mereka. Dugaan ini muncul, karena selama perang berlangsung, perdagangan emas ilegal tetap hidup dan sebagian emas mengalir ke pasar Dubai dan Rusia. Jadi, ada pihak ekonomi luar yang diuntungkan dari ketidakstabilan ini, karena regulasi negara yang lemah. Ditambah adanya arena pengaruh global, dimana masing-masing kekuatan luar punya “jagoannya” sendiri, mereka tidak benar-benar ingin perang ini berakhir, selama pihak yang mereka dukung belum menang.

Struktur dan lembaga internasional yang idealnya menjadi pelindung kemanusiaan juga terkadang tidak cukup mandiri atau kuat untuk melawan hambatan politik, birokrasi lokal, dan pengaruh kekuatan besar dalam konflik seperti di Sudan. Hal ini kemudian memunculkan perpetuasi dominasi donatur atau kekuatan asing atas negara-negara berkembang, terutama yang memiliki penduduk muslim atau di wilayah global selatan.

Akibatnya, walau ada bantuan dan institusi internasional, negara seperti Sudan masih gagal keluar dari siklus kemiskinan, ketidakstabilan, dan ketergantungan. Ini yang memperkuat analisis bahwa “perlindungan kemanusiaan” internasional seringkali bagian dari relasi kekuasaan global yang lebih kompleks. Akibatnya, Sudan yang kaya raya tetap terjebak dalam kemiskinan, ketidakstabilan, dan ketergantungan.

Solusi Krisis di Sudan

Krisis demi krisis yang terjadi di Sudan haruslah juga dilihat dengan kacamata keimanan, dimana perlu ada upaya bersama dalam menghentikannya. Selain karena unsur kemanusiaan, ikatan akidah telah mewajibkan kita untuk memperhatikan mereka, karena mereka adalah saudara kita. Perlu senantiasa untuk membela dan mendoakan saudara-saudara kita di Sudan, juga Uyghur, India, Myanmar, ataupun Gaza yang hari ini juga tengah mengalami penindasan.

Situasi ini juga menunjukkan betapa pentingnya umat memiliki kesadaran politik dan cara pandang global yang lebih dalam. Umat perlu memahami bahwa krisis yang terjadi di negeri-negeri Muslim, tidak bisa dipandang sebagai peristiwa terpisah, melainkan bagian dari peta besar pertarungan ide dan kepentingan di dunia.

Untuk itu, kita perlu sistem dan kepemimpinan yang mampu menyatukan kekuatan umat, mengelola sumber daya dengan mandiri, dan menolak segala bentuk dominasi asing. Hanya dengan kesadaran kolektif dan persatuan, negeri-negeri Muslim dapat keluar dari lingkaran penderitaan yang terus berulang.

Sudah saatnya umat bahu membahu berjuang untuk bersatu dalam naungan sistem pemerintahan yang diwariskan nabi, yakni Khilafah Islamiyah. Yang mana dengan institusi ini negeri-negeri muslim yang hari ini tercerai berai bisa bergabung menjadi satu sehingga punya kekuatan politik global, bersinergi dan mandiri, serta terhindar dari pada dominasi asing. Terutama terkait kemandirian dan pengelolaan sumber daya alam yang sesuai syariat Islam. Dimana harusnya sumber daya alam yang ada dikelola sebaik-baiknya oleh negara Islam (Khilafah) lalu dikembalikan hasilnya kepada umat karena merupakan bagian dari kepemilikan umum. Bukan malah menjadi barang rebutan untuk keuntungan pihak asing.

“Kaum Muslimin berserikat dalam tiga hal: air, padang rumput, dan api.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad)

Diriwayatkan dari Abu Dawud bahwa Nabi pernah memberikan tambang garam kepada seorang sahabat (Abyadh bin Hammal), tetapi kemudian beliau mencabutnya kembali setelah diberitahu bahwa tambang tersebut seperti “air yang terus mengalir” (yakni sangat besar).

Refleksi Bersama

Sudan hanyalah satu dari banyak cermin bagaimana kekayaan alam negeri Muslim menjadi sumber bencana ketika tidak dikelola dengan kekuatan mandiri. Sudah saatnya umat berpikir strategis, bukan reaktif, untuk menentukan arah peradabannya agar sesuai dengan yang digariskan oleh syari’at Islam.

“Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara.” (TQS Al-Hujurât [49]: 10)

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh; apabila satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan panas dan demam.” (HR Muslim no. 2586)

“Agama adalah pondasi, dan kekuasaan (pemerintah) adalah penjaganya. Sesuatu yang tidak memiliki pondasi akan runtuh, dan sesuatu yang tidak memiliki penjaga akan hilang.” (Imam Al-Ghazali, Ihya’ ‘Ulum ad-Din, jilid I, hlm. 17)

Wallahu’alam.

 

Mata Banua Online

© 2025 PT. Cahaya Media Utama

  • S0P Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper