Oleh : Siti Sarah
Kepala Badan Reserse Kriminal Polri KomjenSyahardiantono mengumumkan hasil penindakan hukum terhadap kerusuhan saat demonstrasi 25 Agustus – 31 Agustus 2025 di berbagai daerah di Indonesia. Dalam Konferensi persnya di Gedung Bareskrim Polri pada Rabu (24/09/2025), disebutkan ada 959 tersangka, dengan rincian 664 dewasa dan 295 anak (Tempo.co, 24-09-2025).
Dari penetapan adanya tersangka anak pada demonstrasi tersebut menunjukkan kepada kita bahwa kesadaran politik mulai tumbuh pada diri para pemuda hari ini. Kehidupan yang erat dengan media sosial membuat mereka dengan mudah mendapatkan berbagai informasi terkait kondisi bangsa saat ini.
Memang akhir-akhir ini begitu nyata terlihat ketidakadilan akibat penerapan kebijakan-kebijakan oleh pengusa, korupsi yang merajalela, kondisi ekonomi masyarakat yang sedang terpuruk menambah keresahan yang mereka rasakan. Selain itu, sikap dari para pejabat negara yang jauh dari harapan, mereka hidup dengan fasilitas negara sementara rakyat hidup dengan kesusahan.
Kesadaran politik para pemuda hari ini adalah sebagai bentuk kepedulian dan sikap kritis mereka terhadap penguasa. Adanya aksi ini juga sebagai tuntutan serius dari masyarakat untuk menuju pada perubahan. Namun turunnya mereka ke jalan untuk menyuarakan aspirasi malah di labeli sebagai sebuah sikap yang anarkis. Bahkan hal ini seolah sengaja di giring sebagaipengaburan terhadap adanya tuntutan perubahan terhadap tata kelola negara. Padahal seharusnya sikap kritis ini jadi bahan koreksi bagi para penguasa atas kebijakan yang telah berjalan.
Dalam sistem demokrasi kapitalis, negara melindungihak warga negara untuk menyuarakan aspirasinya, namun sering kali hal ini tak sesuai dengan fakta yang terjadi. Kerap sekali demonstrasi malah berujung kepada kriminalisasi sehingga suara rakyat menjadi terbungkam. Di sayangkan sikap egois ini malah membuat orang takut untuk bersuara karena takut ancaman hukum. Hal ini tentu berbahaya karena berpotensi membiarkan berbagai pelanggaran.
Ini lah salah satu fakta kerusakan sistem demokrasi. Dengan jargonnya dari rakyat untuk rakyat namun dalam faktanya tidak mencerminkan hal demikian. Suara rakyat hanya diperlukan untuk meraih kekuasaan. Ini juga menjadi fakta lemahnya akal manusia ketika membuat kebijakan, karena hanya menguntungkan salah satu pihak dan mengorbankan pihak lain. Rakyat diperbolehkan bersuara ketika itu tidak bertentangan dengan penguasa. Tapi ketika itu membahayakan penguasa dan para kapitalis tidak jarang malah beujung jeruji.
Pemuda memiliki potensi besar untuk membawa bangsa kepada perubahan. Dan sejarah telah membuktikan adanya peran pemuda dalam hal ini. Potensi pemuda ini seharusnya selalu di bimbing untuk menuju kepada perubahan ke arah yang positif. Ketika kita melihat bagaimana perjuangan Rasulullah SAW dalam mendakwahkan Islam sebagai sebuah agama dan sistem kehidupan, beliau senantiasa dikelilingi oleh para sahabat yang sebagian besar adalah para pemuda yang luar biasa. Kita tentu tidak asing dengan nama – nama seperti Ali bin Abi Thalib, mus’ab bin Umair dan banyak lagi yang lainnya. Mereka adalah contoh pemuda Islam yang mengerahkan potensinya untuk perjuangan Islam.
Para sahabat dengan di bimbing oleh Rasulullah SAW berjuang membawa bangsa arab menuju kepada perubahan, negara Islam yang sebelumnya hanya sebagai negara kecil menjelma sebagai sebuah kekuatan adidaya yang mampu menggentarkan musuh-musuhnya. Muslim maju di segala bidang, bahkan menjadi mercusuar ilmu pengetahuan.
Adanya kesadaran politik pada para pemuda hari ini hendaknya disikapi bijak oleh penguasa. Kesadaran ini harus senantiasa di bimbing menuju perubahan yang benar, bukan malah di patahkan atas nama kekuasaan. Perubahan yang hakiki adalah dengan perubahan menuju kepada penerapan Islam dalam seluruh aspek kehidupan sebagai wujud ketundukan hakiki kepada Allah SWT.
Islam pun memerintahkan amar makruf nahi mungkar agar tidak terjadi penyelewengan dari syari’at oleh penguasa. Sikap ini sebagai sebuah kontrol terhadap penguasa dan wujud kepedulian terhadap kondisi negara. Tugas pemuda hari ini adalah mengarahkan potensi yang di miliki agar selaras dengan visi misi Islam. Negara juga hadir untuk membina para pemuda Islam dengan sistem pendidikan berbasis aqidahislam sehingga menjadi pemuda yang berkepribadian Islam serta memiliki kesadaran politik yang tinggi. Pemuda Islam menyuarakan aspirasi kepada penguasa bukan sebagai luapan emosi dan berujung kepada anarkis tapi sebagai penunaian terhadap perintah Allah SWT. Mereka senantiasa memperjuangkan Islam agar peadaban Islam dapat kembali dan Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam.