JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikanproduksi beras nasional Januari-November 2025 mencapai 33,19 juta ton. Angka ini meningkat 12,62 persen dibanding periode sama tahun 2024 yang tercatat 29,47 juta ton.
Capaian tersebut memastikan ketersediaan pasokan beras nasional dalam kondisi aman. Bahkan, produksinya melampaui capaian sepanjang 2024 yang hanya 30,34 juta ton.
“Dengan produksi Januari-November yang diperkirakan menembus 33 juta ton, ketersediaan pangan pokok semakin terjamin. Beras bukan lagi faktor pendorong nflasi, melainkan penopang stabilitas harga dan daya beli masyarakat,” ujar Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah, di Jakarta.
Selain mencatat lonjakan produksi, BPS jga melaporkan Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada September 2025 sebesar 124,36. Angka ini naik 0,63 persen dibanding bulan sebelumnya yang mencapai 123,57. Kenaikan dipicu indeks harga yang diterima petani (It) lebih tinggi dibanding indeks harga yang dibayar petani (Ib).
Habibullah menjelaskan, peningkatan NTP terutama dipengaruhi sejumlah komoditas unggulan. “Indeks harga yang diterima petani atau It naik 0,71 persen, lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yng dibayar petani (Ib) sebesar 0,08 persen. Komoditas dominan yang memengaruhi peningkatan indeks harga adalah kopi, kelapa sawit, cabai merah, dan karet,” katanya.
Sub Sektor dengan kenaikan tertinggi tercatat pada Tanaman Perkebunan Rakyat dengan peningkatan NTP sebesar 1,57 persen. Hal ini dipicu kenaikan It sebesar 1,68 persen, lebih tinggi dari kenaikan Ib sebesar 0,9 persen. Komoditas dominan yang mendorong subsektor ini adalah kopi, kelapa sawit, karet, dan cengkeh.
Penopang lain datang dari subsektor Peternakan yang mencatat enaikan NTP sebesar 1,51 persen. Subsektor ini meningkat karena It naik 1,62 persen, lebih tinggi dari Ib yang hanya 0,11 persen. “Komoditas yang dominan memengaruhi subsektor peternakan antara lain ayam ras, daging, telur ayam ras, ayam kampung, serta sapi potong,” tambah Habibullah.
Secara keseluruhan, dari 38 provinsi yang diamati, 25 provinsi mengalami kenaikan NTP. Papua Barat Daya mencatt kenaikan tertinggi dengan 5,62 persen. Selain itu, BPS melaporkan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) nasional pada September 2025 sebesar 128,28 atau naik 0,56 persen dibanding bulan sebelumnya.
Sementara itu, dibnagian lain BPS mencatat harga bras naik pada September 2025, baik di tingkat penggilingan, grosir, maupun eceran.
Habibullah mengatakan harga beras di tingkat penggilingan Rp13.512 per kilogram (kg). Harga itu naik 5,83 persen secara tahunan (yoy), tetapi turun 0,62 persen secara bulanan (mtm).
“Jika kita pilah berdasarkan kualitas beras di penggilinga beras premium turun 0,72 persen (mtm), tapi naik 5,6 persen (yoy). Beras medium turun 0,54 persen (mtm), tapi naik 6,17 persen (yoy),” kata dia.
Sementara itu, harga beras di tingkat grosir Rp14.290 per kg, naik 5,54 persen secara tahunan, tetapi turun 0,02 persen secara blanan. Adapun harga di tingkat eceran naik 4,06 persen (yoy), tetapi turun 0,13 persen (mtm) ke level Rp15.375 per kg.
“Harga beras yang kami sampaikan ini merupakan rata-rata harga beras yang mencakup berbagai jenis kualitas dan juga mencakup seluruh ilayah di Indonesia,” katanya. cnn/mb06