Mata Banua Online
Senin, November 10, 2025
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper
Mata Banua Online
No Result
View All Result

Momen Wisuda dan Refleksi Titik Awal Perjuangan

by Mata Banua
1 Oktober 2025
in Opini
0
D:\2025\Oktober 2025\2 Oktober 2025\8\Opini terbit Kamis\nanang qosim.jpg
Nanang Qosim, S.Pd.I.M.Pd. (Dosen Poltekkes Kemenkes Semarang)

Wisuda selalu menjadi momen sakral dalam perjalanan akademik seorang mahasiswa. Pada tanggal 1–2 Oktober 2025, Poltekkes Kemenkes Semarang kembali menyelenggarakan upacara wisuda bagi ribuan mahasiswanya, yakni wisuda yang ke 122 dan ke 123. Prosesi ini tidak sekadar seremonial semata, tetapi juga momentum bersejarah yang menandai babak baru dalam kehidupan para lulusan yang diwisuda.

Kebahagiaan para orang tua ketika menyaksikan putra-putrinya mengenakan toga kebesaran. Ada rasa bangga, haru, dan syukur karena perjuangan panjang akhirnya berbuah manis. Begitu pula bagi para wisudawan, momen ketika kucir dipindahkan oleh pimpinan Poltekkes Kemenkes Semarang telah menjadi simbol resmi bahwa mereka telah sah menyandang gelar akademik, baik sebagai ahli madya, sarjana terapan, profesi, magister terapan di bidang kesehatan.

Berita Lainnya

D:\2025\November 2025\10 November 2025\8\master opini.jpg

Krisis Moral Generasi, Cermin Gagalnya Pendidikan Sistem Kapitalis Sekuler

9 November 2025
Beras 5 Kg Tak Sesuai Takaran

Angka Bunuh Diri Anak Sekolah Meningkat, Kegagalan Sistem Pendidikan Sekuler

9 November 2025

Wisuda adalah pesta akademik. Poltekkes Kemenkes Semarang memilih Gedung Muladi Dome Universitas Diponegoro Semarang menjadi ruang pertemuan yang dipenuhi keluarga, sahabat, serta kerabat yang ikut merasakan kebahagiaan. Namun, sejatinya wisuda bukanlah garis akhir, melainkan pintu gerbang menuju perjalanan baru dan titik awal perjuangan sesungguhnya.

Euforia dan Realitas

Selepas prosesi wisuda, biasanya ada jeda singkat untuk beristirahat. Sebagian wisudawan pulang kampung untuk berkumpul bersama keluarga, atau sekadar melepaskan penat setelah bertahun-tahun berjuang dengan tugas, ujian, praktik klinik, penelitian, hingga penyusunan karya tulis. Tiga tahun, empat tahun atau lebih bukanlah waktu yang sebentar. Maka wajar bila ada rasa lega dan bebas dari tekanan akademik.

Namun, euforia itu hanya sementara. Sesudah toga dilipat kembali dan foto kenangan tersimpan rapi, realitas baru segera menanti, dunia kerja yang penuh persaingan didepan mata. Sebagian lulusan mungkin sudah memiliki tujuan jelas, entah melanjutkan pendidikan, atau mengikuti seleksi ASN PNS, PPPK, atau BUMN, atau langsung bekerja di fasilitas kesehatan yang beragam. Namun, ada pula yang masih kebingungan harus melangkah ke mana.

Di era digital, tantangan lulusan semakin kompleks. Dunia kesehatan membutuhkan tenaga yang adaptif, inovatif, dan memiliki soft skills unggul. Tidak cukup hanya mengandalkan ijazah, tetapi juga kemampuan komunikasi, kerja tim, pemanfaatan teknologi, hingga kreativitas dalam menghadapi persoalan kesehatan masyarakat.

Tantangan

Menjadi lulusan Poltekkes Kemenkes Semarang memiliki keunggulan tersendiri. Sebagai institusi yang berada di bawah Kementerian Kesehatan dengan akreditasi institusinya yang Unggul dan 100% Prodinya juga sudah unggul menjadi nilai lebih diantara yang lain, termasuk para alumni sudah terbiasa dengan kultur akademik yang berorientasi pelayanan. Namun, kenyataan di lapangan tetap tidak mudah.

Formasi tenaga kesehatan di instansi pemerintah sangat terbatas, sementara jumlah lulusan kesehatan dari berbagai perguruan tinggi terus bertambah. Persaingan semakin ketat, baik untuk menjadi ASN, PPPK, maupun yang lain. Bahkan, sebagian besar rumah sakit, puskesmar dan klinik swasta kini menerapkan standar rekrutmen tinggi, mulai dari uji kompetensi, keterampilan praktik, hingga wawancara mendalam tentang etika dan profesionalisme.

Tidak jarang adakalanya lulusan baru merasa frustrasi karena berkali-kali gagal dalam seleksi. Sementara itu, tuntutan ekonomi keluarga terus berjalan. Di titik inilah muncul pertanyaan besar, apakah harus terus menunggu kesempatan menjadi pegawai, atau berani membuka jalan lain melalui wirausaha di bidang kesehatan?

Persiapkan Diri

Pengalaman menunjukkan bahwa menunggu terlalu lama tanpa kepastian justru bisa menjadi beban psikologis. Karena itu, wisudawan perlu mempersiapkan diri dengan dua opsi sekaligus, yakni siap menghadapi seleksi kerja, tetapi juga berani mengambil peluang di luar jalur formal.

Banyak lulusan kesehatan yang akhirnya memilih jalur wirausaha, dengan cara membuka klinik kecil, praktik mandiri, jasa konseling gizi, usaha herbal, hingga platform edukasi kesehatan berbasis digital atau yang lain. Dengan dukungan teknologi, peluang wirausaha kini semakin terbuka lebar. Bisnis online di bidang kesehatan, misalnya penjualan produk kesehatan terpercaya atau layanan konsultasi daring, sudah banyak digeluti generasi muda.

Berwirausaha memang penuh risiko, tetapi justru di situlah letak pembelajaran penting. Wisudawan Poltekkes sudah dibekali pengetahuan akademik, keterampilan klinik, dan etika profesi. Tinggal bagaimana keberanian, kreativitas, dan jejaring dikembangkan.

Titik Awal Perjuangan

Wisuda di Poltekkes Kemenkes Semarang tahun 2025 ini harus dipahami sebagai titik awal perjuangan, bukan titik akhir. Pilihan jalan hidup ada di tangan masing-masing lulusan, menjadi pegawai, berwirausaha, melanjutkan studi, atau bahkan menggabungkan semuanya.

Kita memang tidak bisa memungkiri bahwa menjadi pegawai menawarkan kenyamanan, gaji tetap, status sosial, dan kepastian. Namun, kenyamanan sering kali membuat kita lupa bahwa kebutuhan hidup akan terus meningkat. Karena itu, keberanian mencoba jalur baru—terutama menjadi wirausaha kesehatan—patut dipertimbangkan.

Robert T. Kiyosaki (1997) dalam bukunya Rich Dad’s Cashflow Quadrant, pernah menjelaskan bahwa ada dua kuadran kesuksesan, yaityu kuadran kiri (pegawai) dan kuadran kanan (pengusaha/investor). Kuadran kiri memberi rasa aman, tetapi pertumbuhannya lambat. Kuadran kanan penuh risiko, tetapi justru bisa melahirkan lompatan besar. Sebagai sarjana kesehatan, kita ditantang untuk memilih, atau bahkan menggabungkan keduanya secara cerdas.

Menatap Masa Depan

Kunci dari semua itu adalah keberanian. Berani mencoba, berani gagal, berani bangkit, dan berani sukses. Wisuda hanyalah momentum simbolik, artinya perjalanan panjang baru saja dimulai.

Bagi wisudawan Poltekkes Kemenkes Semarang angkatan 2025 tahun ini, semoga momentum ini menjadi pengingat bahwa ilmu yang diraih tidak hanya untuk kebanggaan pribadi atau keluarga, melainkan untuk pengabdian yang lebih luas bagi bangsa. Di tengah meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular, masalah gizi, dan tantangan kesehatan global dan lainya, Indonesia menanti kiprah generasi muda kesehatan yang tangguh, inovatif, dan berdaya juang tinggi.

Akhirnya, mari kita sambut masa depan dengan penuh optimisme. Jadikan wisuda ini bukan akhir dari perjuangan, melainkan awal dari pengabdian. Selamat berjuang, selamat berkarya, dan selamat menapaki jalan baru menuju kesuksesan. Selamat dan sukses bagi seluruh wisudawan Poltekkes Kemenkes Semarang Tahun 2025.

 

Mata Banua Online

© 2025 PT. Cahaya Media Utama

  • S0P Perlindungan Wartawan
  • Pedoman Media Siber
  • Redaksi

No Result
View All Result
  • Headlines
  • Indonesiana
  • Pemprov Kalsel
  • Bank Kalsel
  • DPRD Kalsel
  • Banjarmasin
  • Daerah
    • Martapura
    • Tapin
    • Hulu Sungai Utara
    • Balangan
    • Tabalong
    • Tanah Laut
    • Tanah Bumbu
    • Kotabaru
  • Ekonomi Bisnis
  • Ragam
    • Pentas
    • Sport
    • Lintas
    • Mozaik
    • Opini
    • Foto
  • E-paper